Selasa, 01 Desember 2015

Foto Model Suamiku

Perkenalkan, umurku 31 tahun dan namaku Alya. Aku seorang wanita menikah, dan tahun ini merupakan tahun ke-4 pernikahanku dengan seorang laki-laki yang sangat aku cintai. Bram suamiku, berusia 2 tahun diatasku. Oh iya, badanku sebenarnya biasa-biasa saja menurutku, dengan tinggi 151cm dan berat badan 45 kg, aku tampak mungil sekali dibandingkan dengan mas Bram suamiku yang tinggi besar (171cm, 75kg), namun meski aku mungil, tetap di berikan kelebihan dengan kulit yang putih serta ukuran payudaraku yang mampu membuat setiap kaum adam menelan ludah meski hanya dengan meliriknya. cup D, ya payudaraku mempunyai ukuran yang membanggakan untuk aku, meski terkadang sedikit menyusahkan saat berbelanja bra di dept.store.

Aku seorang business woman, super aktif dan mudah bergaul dengan siapa saja. Hal itu juga yang mungkin menyebabkan aku membuka usaha travel agent yang cukup berkembang pesat. Berbeda dengan suamiku, dia sedikit pendiam dan pekerja kantoran seperti kebanyakan orang-orang perkotaan.

Kehidupan seksual kami sebenarnya bisa dibilang memuaskan, malah bisa dikategorikan hot. Meski mas Bram pendiam tapi untuk urusan yang satu ini dia tidak terlihat pendiam. Awal pernikahan kami, aku sebagai istri tergolong istri yang lugu untuk urusan sex, tapi mas Bram memberikan banyak sekali bimbingan sehingga aku benar-benar tahu bagaimana menikmati sex, bukan hanya sebagai pelengkap pernikahan semata, melainkan juga sebagai penikmat seperti halnya menikmati makanan.

Suamiku, mas Bram punya hobi fotografi dan dia senang sekali menjadikan aku objek foto, mulai dari gaun sexy, bikini, sampai telanjang sudah semua aku lakukan sebagai model foto dadakan mas Bram. Yah pikirku daripada bayar wanita lain sebagai modelnya, dan siapa juga yang bisa menjamin kalo setelah sesi foto-foto terus langsung pulang, lebih baik aku saja yang menjadi model suamiku sendiri.

Hobby suamiku ini lah yang akhirnya membawa aku masuk ke petualangan yang tidak pernah aku bayangkan sebelumnya. Semuanya berawal dari seringnya suamiku menunjukan hasil foto-fotonya kepada teman sekantornya yang juga hobby fotografi sama dengan suamiku.

Dan di Sabtu sore, terjadilah perbincangan ini.

‘ma, ayolah…’ rengek suamiku sore itu, ‘Agus sudah meyakinkan Nia juga untuk acara ini….’ lanjutnya lagi.

‘ah papa, masa istri sendiri di jadikan model foto sexy orang lain’ ujarku.

Ternyata suamiku membuat kesepakatan dengan teman sekantornya untuk menjadikan istri-istrinya sebagai model foto sexy, yah aku dan mbak Nia akan berpose sexy menggenakan bikini, begitu kira-kira yang di rencanakan oleh suamiku beserta mas Agus.

‘pa, mama bukan model profesional yang bisa berpose begitu begini didepan kamera orang lain’

‘selama ini mama melakukanya dan berani karena papa juga’, aku memberikan penjelasan sebisa mungkin. Namun tampaknya suamiku terus menggempur dengan rayuan-rayuannya dan berusaha meyakinkan aku.

Singkat cerita, akhirnya suamiku menang dengan iming-iming sesi pemotretan dilakukan di sebuah villa di Bali. Hitung-hitung sekalian liburan pikirku, apa salahnya.

Sebulan kemudian akhirnya, kami berempat berangkat ke Bali. Menyewa sebuah Villa dengan private pool dan 2 kamar yang menghadap ke kolam renang. Siang itu kami langsung beristirahat dan siap-siap untuk sore nanti untuk memulai sesi pemotretan supaya tidak terlalu terik matahari, karena konsep pemotretan menggenakan bikini di sekitar area kolam renang.

Aku memilih bikini dengan warna terang bercorak dengan model 2 pieces, payudaraku sedikit berontak setiap kali aku menggenakan bikini. Rasanya risih sekali tapi mau dikata apalagi, sudah terlanjur di Bali.

Mbak Nia aku lihat sudah menunggu beserta mas Agus dan mas Bram di tepi kolam renang sambil menikmati beer di gelas masing-masing. Dia tampak cantik sekali, dengan bikini model 2 pieces warna biru gelap bergaris putih, tampak sempurna sekali bak model profesional. Postur tubuh mbak Nia mendukung sekali, dengan tinggi 170kg dan berat sekitar 55kg untuk menjadi seorang model. Meski berdada agak rata tapi lekukan pinggulnya serta rambutnya yang sedikit keriting sebahu, kulit putih, hidung mancung, dan bibir tipisnya, mampu membuat iri setiap wanita yang melihatnya.

‘ayo kita mulai dek Alya….’ seru mas Agus sedikit berteriak, ‘kok malah bengong disitu’.

Aku pun tersadar dari lamunan minderku dan tersenyum serta perlahan tapi pasti menghampiri suamiku, mas Agus, serta mbak Nia yang sedari tadi menunggu. Sebenarnya kalo saja bukan acara foto hanya liburan saja, aku tidak masalah memakai bikini di lihat orang lain, tapi masalahnya sekarang aku harus menjadi foto model dadakan, hal itulah yang mendadak membuat aku sedikit gugup.

Akhirnya sesi pemotretan pun di mulai. Aku beserta mbak Nia berpose seadanya, sambil sesekali tertawa cekikian saling menertawakan satu sama lain, ledek-ledekan dengan pose konyol. Namun hal itu yang membuat suasana canggung akhirnya cepat berlalu menjadi lumer. Sampai pada akhirnya mas Agus memberikan ide untuk kami berdua toples, dan sontak saja aku serta mbak Nia menolaknya.

Sambil terus berfoto dan berpose, tanpa terasa matahari hampir tenggelam. Saat sunset menjelang tiba-tiba tangan mas Agus menarik tali bikini atasanku dari belakang, aku kaget sekali dibuatnya. Sambil sedikit terpekik tertahan aku mencoba menutupi payudaraku yang besar ini, dan melirik suamiku,namun dia malah ikut-ikut tertawa beserta mas Agus dan mbak Nia.

‘Ya udah klo gitu aku juga lepas deh….nih…’, mbak Nia tiba-tiba saja melepas bikini atasnya yang dikenakan tanpa canggung, dan suaminya menyambut riuh dengan sorakan serta tepuk tangan, suamiku malah ikut tepuk tangan juga. Aku jengah dibuatnya namun akhirnya hanya bisa pasrah. Akhirnya di penghujung sunset kami berpose toples di foto oleh suami-suami kami.

Malam harinya, karena capek kami hanya memesan makan malam melalui room service. Kami makan berempat malam itu dengan diiringi canda dan tawa. Malam itu aku hanya menggunakan baju kaos terusan selutut, karena aku berpikir toh gak kemana-mana juga, dengan bra serta cd warna senda kulit menonjolkan keseksian dibalik baju kaos terusanku. Mbak Nia malam itu menggunakan tshirt tanpa bra serta celana super pendek, cantik sekali. Beda dengan aku dengan dandanan yang siap untuk tidur.

Setelah makan malam sekedarnya, kami berkumpul di tepi kolam renang sambil menikmati wine yang telah kami pesan melalui room service saat memesan makan malam tadi. Pembicaraan kian hangat, ditambah lagi minuman ini tampak mendominasi libidoku. Mas Agus tak segan memuji-memuji badanku yang mungil namun menggairahkan menurutnya. Sambil melihat-lihat hasil jepretan kamera melalui laptop, sesekali mas Agus mulai nakal dan genit. Matanya menatap kearah dadaku terus.

‘Bram, coba lihat hasil lu tadi’, ujar mas Agus kepada suamiku.

‘sebentar gw ambil dulu di dalam’, suamiku menjawab sambil bangkit menuju kamar untuk mengambil kamera yang tadi sore dipakai untuk pemotretan.

‘wah, Alya…kamu meski mungil tapi mampu membuat suamiku terus-terusan jepret kamu dengan kameranya’, tiba-tiba mbak Nia berkomentar, dan memang benar 65% hasil jepretan mas Agus adalah tentang diriku.

Untung suamiku tak lama datang, sehingga mencairkan perasaan sedikit ketidak nyamanan aku terhadap mbak Nia. Mas Agus langsung menghubungkan kamera suamiku dengan laptop, dan mulai menjelajahi hasil jepretannya yang ternyata sama saja, suamiku lebih banyak membidik mbak Nia ketimbang diriku. Dasar lelaki ujarku dalam hati membatin.

Sambil melihat-lihat hasil foto sore tadi, aku perhatikan mas Agus sesekali melirik kearahku genit sambil tersenyum. Awalnya aku jenggah dibuatnya, tapi karena pengaruh alkohol dari wine yang aku minum, aku bisa cuek menanggapinya. Tak henti-hentinya mas Agus memperhatikan payudaraku yang tertutup bra serta baju kaos tipis, dan entah kenapa makin lama aku makin senang dibuatnya. Perasaan senang menjadi pusat perhatian ini lama-lama membuat libidoku kembali meninggi, otak ku mulai berpikir macam-macam. Aku perhatikan mas Agus cukup ganteng, dengan badan yang atletis dengan tinggi hampir sama dengan mbak Nia.

‘ah, aku sudah ngantuk…pamit duluan yah tidur’ ujarku pamit seraya berdiri meninggalkan mereka bertiga yang masih asik membicarakan hasil foto tadi sore. Aku memutuskan untuk tidur saja daripada otak ini berpikir yang bukan-bukan. Mungkin pengaruh alkohol atau pengaruh cemburu karena mas Bram sedari sampai di Bali siang tadi matanya tidak pernah lepas memandang tubuh mbak Nia.

5 menit….10 menit….15 menit berlalu begitu saja. Aku di dalam kamar yang sudah mati lampunya berjuang untuk tidur, meski mata terpejam namun jantung berdetak dengan keras, entah kenapa. Ah mungkin pengaruh wine yang kuminum batinku.

Tidak lama terdengar langkah kaki di kamar, ‘ah mas Bram masuk ke kamar’, batinku tanpa menoleh sedikitpun memeriksa siapa yang datang, dan perlahan Suamiku memeluk ku dari belakang. Hal ini membuat darahku tiba-tiba berdesir dan daerah kewanitaanku berdenyut. Aku biarkan suamiku menciumi pundak leherku dari belakang, aku nikmati ciuman yang mulai disertai jilatan-jilatan kecil yang membawa sejuta sensasi kenikmatan dalam tubuhku. Tanganya mulai meraba kedepan, kerah payudaraku. Aku hanya bisa melenguh nikmat mendapatkan perlakuan seperti itu. Kalo saja libidoku tidak setinggi ini, aku pasti masih bisa menahan. Namun alkohol dalam wine tadi membuat libidoku meninggi dengan cepat, dan lebih gilanya lagi aku membayangkan mas Agus yang tengah asik menciumi leher serta meremas payudaraku dari belakang, dan hal ini juga yang membuat aku tidak membalikkan badan. Aku menikmatinya, tapi bukan suamiku melainkan mas Agus.

Tak lama bajuku ditarik keatas, dan aku dengan mata masih terpejam membiarkanya. Badanku dibalikanya sampai terlentang. Dan payudaraku mulai diciuminya sambil diberikan jilatan-jilatan kecil. Sekarang brakupun ditariknya dengan sekali hentakan, dan aku sekarang toples hanya menggunakan cd saja. Puting payudaraku di hisapnya pelan, ditariknya menggunakan bibir bergantian kiri dan kanan, sambil tanganya terus sibuk mengusap seluruh permukaan kulit tubuhku. Aku hanya bisa mendesah dan mendesah sambil memejamkan mata sambil memikirkan mas Agus yang melakukan semua itu bukanya mas Bram suamiku.

‘oohhhhh….’, desahku pelan saat tanganya mulai menyentuh vaginaku dari luar, karena aku masih menggunakan cd.

Ciuman-ciuman dan hisapan di sekitar payudaraku serta putingnya mulai menuju ke bawah melalui perut. Hampir saja aku teriak menahan nikmat bercampur geli kalo saja aku tidak cepat-cepat menahan terikan itu dengan lenguhan panjang,

‘aww….sssttt….oooohhhhh’.

Aku menikmati sekali jilatan di sekujur tubuh bagian depanku ini, menikmatinya dengan mata terpejam.

Perlahan tapi pasti jilatan itu menuju ke arah vaginaku yang sudah basah semenjak aku masih memakai baju lengkap. Akhirnya cd ku ditarik kebawah, dan aku pun merenggangkan kakiku. Aku benar-benar menikmati sekali setiap perlakuan suamiku, aku sedikit heran kenapa suamiku bersikap lembut dan pelan-pelan. Tidak seperti biasanya yang sedikit kasar dan buru-buru. Namun aku tidak peduli, karena saat ini aku sedang membayangkan mas Agus yang tengah menjilati vaginaku.

Sapuan sapuan hangat lidahnya, ciuman ciuman serta hisapan bibirnya di klitorisku, membuat aku tidak tahan lagi, sedikit lagi aku hampir orgasme, namun tiba-tiba……….

‘mas Agus?’, aku terperanjat kaget saat aku membuka mataku, ternyata sedari tadi yang melakukan semua ini bukan suamiku tapi benar-benar mas Agus seperti yang aku bayagkan. Bagai disambar petir aku kaget setengah mati.

Mas Agus hanya tersenyum sambil berkata ‘aku pengen ngerasain ngentot sama kamu dek Alya’.

Aku hanya terdiam mendengar ucapanya itu, yang ada di otakku cuma bengong tidak bisa memikirkan apa-apa lagi selain meneruskan menikmati permainan lidah mas Agus di klitrosiku yang kian gencar. Mungkin dari awal aku sudah berpikir mas Agus jadi aku cepat menerima perlakuan mas Agus tanpa perlawanan atau penolakan.
Tiba-tiba mas Agus menghentikan aktifitasnya, bangkit dan membuka celana pendeknya serta menyodorkan penisnya ke arah mulutku. Aku tidak percaya dibuatnya, penis mas Agus besar, lebih besar dari suamiku. Dengan bentuknya yang agak ke kiri serta urat-urat yang menonjol di pensinya membuat aku tidak berpikir panjang lagi, langsung aku raih penisnya dan kubenamkan kemulutku.

Aku mengoral mas Agus sambil menahan nikmat jari-jarinya yang dimasukan ke vaginaku. Kami berdua meracau keenakan.

Mas Agus tidak lama meminta aku menjempit penisnya di antara payudaraku. Penis itu terasa hangat berada dibelahan payudaraku. Mas agus terlentang dan aku diatas memijat-mijat penis mas Agus dengan payudaraku. Tapi tidak lama, karena aku sudah tidak tahan lagi,aku langsung bangkit menduduki mas Agus yang tenga merem melek menikmati pijatan payudaraku.

‘ARRGHHH…..’, kami berteriak tertahan bersamaan saat aku masukan penis mas Agus dengan cara mendudukinya. Aku mulai menggoyangkan pinggulku yang mungil, dengan perlahan namun pasti mas Agus mengimbangi goyanganku dengan sesekali meremas kedua payudaraku.

Mas Agus mencoba berdiri, dan mencoba mengangkat tubuhku yang mungil turun dari atas ranjang. Badanku mulai perlahan terangkat, dan…’argghhhh….’, sensasinya luar biasa saat itu. Mas Agus menggendong aku seperti anak kecil sambil penis dan vagina kami berdua tetap beradu. Namun hal itu tidak bertahan lama. Kini mas Agus melepaskan penisnya dan meminta aku berdiri di ranjang sambil sedikit jongkok, aku tidak mengerti pada awalnya, namun tidak berapa lama kemudian mas Agus memasukan penisnya dari belakang menuju vaginaku dengan posisi tetap berdiri. Kedua tanganku ditarik kebelakang menahan tubuhku yang hampir jatuh kedepan, penis itu semakin dalam mengocok vaginaku, terasa penuh sekali karena ukuranya yang besar. Aku hanya bisa mendesah desah tanpa melakukan perlawanan, begitu juga dengan mas Agus tanpa bicara apa-apa hanya desahanya yang terdengar mengimbangi desahanku.

Dengan sekali hentakan tiba-tba, mas Agus mendorongku kedepan dan tanpa melepaskan penisnya, dia menarik pinggulku keatas. Aku mengerti hal ini, doggy style, yah gaya ini memang salah satu gaya favoritku dalam bercinta.

‘arghh…arghhhh….yah terus mas…terus…’,

‘begitu mas, lebih cepat lagi kocok memeknya’,

aku makin menggila dengan gaya favoritku, ditambah lagi semenjak awal orgasmeku tertahan terus, tampaknya mas Agus pandai sekali membaca situasi dan tidak membiarkan aku merasakan orgasme, selalu saja ditahanya. Entah berapa kali orgasmeku gagal karena permainan tarik ulur mas Agus, tapi saat ini aku sudah benar-benar di ujung orgasmeku, mas Agus tidak tahu kalau doggy style adalah gaya favoritku dalam bercinta.

‘arghhh….mas…maaassss….a rghhh…kocok terus mas’, aku mulai tidak sadar mengeluarkan suara keras.

‘arghhhh…setaaann…ngentooo tttt…..aku sampe masssss…..’, erangku tertahan. Yah saat aku orgasme memang kebiasaan selalu mengeluarkan kata yang sedikit kasar, karena menurut suamiku itu seski.

Mas Agus membiarkan penisnya tertancap didalam vaginaku, memberikan ruang dan waktu untuk aku merasakan orgasmeku. Vaginaku berdenyut-denyut, seperti menyedot-nyedot penis yang masih tertancap didalam vaginaku.

Dengan sisa tenaga aku membalikan badanku, terlentang mengangkang membuka kedua kakiku dan terangkat keatas, membiarkan mas Agus memulai penetrasi kembali menggunakan penisnya kedalam vaginaku.

Dengan gaya missionary ini, mas agus memompa aku dari atas. Perlahan-lahan pada awalnya dan makin lama makin cepat. Mas Agus tampak menikmati sekali pemandangan payudaraku yag berukuran besar ini, sambil mendesah-desah liar dia menciumi kedua payudaraku bergantian, mungkin lebih tepatnya membenamkan mukanya kedalam payudaraku.

Gesekan-gesekan penisnya yang terasa penuh di vaginaku, mulai menaikan hasratku dengan cepat. Aku mulai merasakan gelombang-gelombang kenikmatan yang semakin intense di sekujur badan bagian bawahku khususnya daerah vaginaku.

‘arghhh….terus mas…teruss…..’,

‘lagi mas…lagii……arghhhhh…’,

Aku semakin belingsatan menahan sesuatu yang mendesak keluar dari dalam vaginaku yang tidak bisa aku tahan sebenarnya.

‘arghh…….lagiiiiiiiii….m assssss…..ngentottttt…aku sampe lagi maaaaaaaassss…..’, sambil aku cengkram erat tubuh mas Agus dan sedikit gigitan tertahan dipundak kirinya.

Mas Agus tidak memberhentikan gerakanya, malah makin liar menghujankan penisnya kedalam vaginaku, aku hanya bisa memejamkan mata menikmati orgasmeku sambil ditusuk penis besarnya. Dan dengan gerakan cepat, mas Agus mencabut penisnya serta mengarahkan penisnya kearah payudaraku.

‘arghhh…arghh…arghh….arr rghhhhhhhh’, 4 tembakan besar dari penis mas Agus membanjiri payudaraku yang besar ini dengan spermanya. Panas seketika kulit payudaraku yang sensitif ini, namun cepat terasa hangat, sensasi yang aku senangi sebenarnya saat sperma tertumpah di payudaraku dan sedikit mengenai wajahku serta bibirku. Tampaknya mas Agus mengeluarkan sperma yang cukup banyak.

Aku tarik penisnya, dengan tanganku kukocok lembut dan kumasukan kemulutku, aku bersihkan sperma yang menempel di penis mas Agus. Mas Agus hanya bis pasrah serta mengerang menahan nikmat.

Malam itu aku tidak punya tenaga lagi bangkit dari tempat tidur untuk membersihkan sperma yang menempel di payudara, wajah, serta bibirku, begitu juga dengan mas Agus. Dia hanya tersenyum sambil mengecup mata kiriku, aku meraih bajuku dan membersihkan sisa sperma yang menempel di payudaraku.

Malam itu untuk pertama kalinya aku merasakan penis selain penis mas Bram suamiku mengaduk-ngaduk vaginaku, mencicipinya dengan mulutku.

Sempat terlintas dibenaku pertanyaan-pertanyaan seperti, dimana mas Bram? Apa dia sedang bersama mbak Nia? Apa mas Bram tahu kalau temanya, mas Agus menyetubuhi istri tercintanya? Tapi otak dan tubuhku terlalu lelah dipakai untuk menikmati persetubuhan dengan mas Agus, sudah tidak bisa dipakai berpikir lagi dan mencari mas Bram. Dan aku pun terlelap disamping mas Agus yang juga langsung tertidur.

0 komentar:

Posting Komentar