Senin, 01 Juni 2015

Pagar Makan Tanaman

Namaku Robby. 10 tahun yang lalu, aku punya kisah nyata yang sangat asyik dan sayang untuk tidak aku bagikan pada rekan netter 17Tahun. Pengalamanku memuaskan istri teman yang sedang birahi berat namun tidak mendapatkannya dari sang suami, sangat membekas dalam kehidupanku, sehingga karena pengalaman ini pula yang membuat aku sampai kini sering sulit untuk menolak beberapa istri kesepian yang membutuhkan pemuasan birahi. Seperti netter ketahui (yang sudah berpengalaman RT), bila istri sudah birahi dan tidak mendapatkan pemuasan yang maksimal, banyak efek samping yang akan timbul, seringkali keluhan nyeri kepala, mual dan gangguan emosional selalu menyertainya.

Aku hidup dan berbisnis di kota D dengan pulaunya yang sangat terkenal di mancanegara, juga dengan pantai K nya yang indah, tempat wisatawan menjemur diri. Aku bergerak dibidang farmasi. Aku punya teman dekat, baik secara persahabatan maupun dalam bisnis. Namanya Har (samaran) dan istrinya cantik, anggun, usianya sekitar 25 thn, biasa dipanggil Henny. Hubungan bisnisku dengan Har dan istrinya berjalan sinergis, karena Har dan Henny bergerak dibidang Alat Kesehatan (Alkes). Aku sering membawa klien/konsumen pada mereka, demikian juga aku sering mendapatkan orderan dari mereka. Setiap Har memberikan orderan sales untukku, Henny selalu menambahkan orderan tersebut, sehingga menguntungkan aku secara value. Hal ini menambah rasa respekku pada Henny, karena dia selalu memperhatikan dan membantu salesku kalau sedang jelek, tanpa sang suami mengeluhkannya.

Berjalannya waktu, sekitar 1,5 tahun sejak aku kenal mereka, bisnis kami berdua sukses dan Har mengembangkan usahanya sampai keluar kota, bahkan keluar pulau. Seringkali kalau Har pergi cukup lama, dia selalu menitipkan istri dan anaknya padaku untuk aku perhatikan segala sesuatunya. Karena kedekatanku sudah seperti keluarga sendiri, setiap pesan Har selalu aku perhatikan. Aku akui, bahwa Har sungguh berbahagia memiliki istri yang boleh aku katakan mendekati sempurna, dengan tinggi 167 cm, berat sekitar 49 kg, kulitnya putih mulus, penampilannya lemah lembut dengan sedikit kemanjaan dan di pipinya tak ketinggalan dengan lesung pipitnya. Kesanku bahwa kedua insan ini nampak rukun, damai, karena setiap aku berkunjung ke tempatnya, tak pernah sekalipun sang suami tidak didampingi istrinya dan setiap kali istrinya selalu tidak pernah jauh duduk disebelah suaminya sambil salah satu tangannya menggelayut dipundak sang suami, mesra sekali nampaknya. aku jadi iri dibuatnya.

Suatu ketika, Har telepon aku dan berpesan titip anak dan istrinya, karena Har akan ke pulau K selama seminggu.
"Rob, aku mau ke K seminggu, kamu kalau butuh order, langsung aja sama henny yach, tolong perhatikan juga anak istriku ya", pesannya.
"Okey Har, ngga usah kuatir, akan aku bantu apapun keperluan istrimu".
Seperti biasanya, setiap Selasa aku selalu datang ketempat keluarga har untuk mendapatkan orderan, dan seperti biasa juga bila sang suami tidak ada maka Henny yang menemuiku.
"Hay Hen, gimana kabarnya, aku minta orderan nikh, kasih yg banyak ya", pintaku padanya.
"Mau berapa kamu Rob, aku sih siap bantu kamu berapapun kamu minta", balasnya.
Ahh, kalau itu sih aku yakin Henny tahu kebutuhanku, iya ngga?".
Setelah pelanggan sepi dan aku mendapatkan orderan dari Henny, aku akan pamit pulang.
"thanks orderannya ya Hen, kalau ada problem, kontak aku aja", pesanku.
Aku langsung tancap kemobil dan membuka pintu.
"Robby, Rob, ntar dulu, kenapa sih buru-buru pulang?", tanya Henny.
Belum sempat aku menjawabnya, dia langsung menyampaikan keluhannya.
"Rob, itu lho si Raymond (anaknya) agak ngga enak badan, suhu badannya tinggi, dimana yach dokter anak yang bagus, kamu khan tahu?", katanya.
"Oh ada, itu dr. AH di jl.Diponegoro, bagus dokternya", kataku.
"Kamu bantuin aku yach, antarin aku ntar sore", pintanya.
Aku bingung untuk menjawabnya, bingung antara menolong sebagai istri teman baikku dengan perasaan sungkanisasi yang tinggi karena suami tidak ada, kuatir jadi bahan gunjingan tetangganya, apalagi dokter spesialis anak tsb sampai malam selesainya. Henny tahu keraguanku.
"Ayolah Rob, please bantu aku. Pegawai dan sopirku jam 05.00 sore khan udah pulang. Apa aku perlu telepon istrimu untuk mintain ijin?".
Karena kasihan anaknya sakit dan dia sendirian tanpa suami, aku iba.
"Okeylah, kamu mau telepon istriku atau ngga, terserah. Pokoknya ntar sore jam 16.50 wita, aku jemput kamu yach, jangan terlambat", jawabku.
"Thanks ya Rob, kamu baik banget deh, aku udah siap pasti", sahutnya.

Tepat pukul 16.50 wita aku sudah berada di depan pintu rumahnya. Aku tekan bel rumah dan selang beberapa saat Henny muncul dengan pakaian sederhana.
"Ntar ya Rob, tadi ada pelanggan itu lho, aku jadi belum siap kamu datang. Tunggu bentar yach, kamu baca-baca dulu deh", katanya.
"Okey Henny, sampaikan dulu, rias yang cantik biar dokternya naksir ama kamu", gurauku padanya tanpa ada jawaban darinya.
Sekitar 15 menit kemudian, muncul Henny dari balik pintu kamar dengan Gaun yang amboi indahnya. Gaun yang sepantasnya digunakan saat ada pesta atau acara resmi. Aku tertegun akan kecantikannya, kelembutannya dengan mengenakan gaun tersebut. Dengan gaun panjang, putih halus kombinasi bunga-bunga tulip pink didadanya kebawah, aroma parfumnya yang lembut dan pati harganya diatas 1 juta. Dengan sepatunya yang tidak terlalu tinggi (memang Henny body nya sudah tinggi), menambah keanggunan dirinya.
"Hey Rob, emangnya kenapa? koq bengong gitu sih? cantik ngga gini?", tanya Henny.
"Aduh, anggun banget lho Hen. sampai aku terpesona. Apa ngga terlalu bagus untuk hanya kedokter anak, Hen?", saranku padanya.
"Karena Robby yang suruh, okey aja aku tukar bajunya. Kalau gitu, kamu tunggu dulu ya Say..", jawabnya sambil berlari masuk ke kamarnya.
Terkejut aku dibuatnya. apa aku ngga salah dengar nikh, sejak kapan Henny panggil aku semesra itu? Memang bukan henny kalau tidak buat hatiku selalu berdetak keras, dag.. dig.. dug..! Kejutan demi kejutan makin membuat aku mengaguminya. Aku sendiri diruang tamu menunggu sang bidadari ganti pakaian. Sudah 2 kali aku dikejutkannya. Lamunanku pada kejutan pertama dengan gaun indahnya, kedua panggilan mesra yang "mungkin hanya boleh ditujukan pada orang yang paling dicintainya".
"Rob, gimana kalau aku pakai pakaian casual gini, masih feminin ngga?", tanyanya dengan penuh manja sambil menggendong si Raymond (anaknya).
Kembali aku tertegun dibuatnya.Dengan jeans ketatnya dikombinasikan atasan tipis warna biru muda, dengan bunga-bunga kecil warna putih hijau, dibagian bawah bajunya ditali simpul, menampakkan keanggunannya walaupun dengan pakaian gaya apapun. Bisa feminin, bisa juga sensual dengan pakaian casualnya.
"Rob, koq diam aja sih, ngga setuju aku casual gini ya?", tanyanya.
"Henny bidadariku, aku sangat setuju 1000% deh, anggun banget kamu".
"Apa, apa kamu tadi bilang Rob, coba ulangi sekali lagi?", pintanya sambil mendekat dan mencubit perutku sebelah dalam.
"Aduh, sakit lho Hen!", teriakku kecil, karena takut si kecil terkejut.

Tanpa basa-basi lagi, aku segera ajak Henny dan anaknya segera berangkat, karena aku sudah daftarkan dan mendapatkan urutan nomor 26. Perjalanan aku tempuh cukup singkat dan aku bersama Henny terdiam membisu selama menunggu giliran dipanggil masuk. Pikiranku berkecamuk membayangkan kemanjaannya, cara dia mencubitku. Juga saat itu aku kuatir bila ada teman istriku yang lain ketemu dipraktek tsb, atau jumpa relasi, khan bisa timbul rumors macam-macam nantinya, walaupun kalaupun istriku tahu, tidak akan menimbulkan masalah. Kemudian giliranku dipanggil masuk, aku suruh dia masuk sendiri keruang dokter, tapi wajahnya cemberut tanda protes. Aku bingung, gimana nanti sang dokter ngga kaget, koq aku sama perempuan lain? (dokternya sudah kenal denganku). Aku ikuti saja kemauannya, dan setelah aku jelaskan persoalannya pada sang dokter, diperiksa dan diberikan resep. Aku keluar dan menebus obat racikan diapotik sebelah praktek dokter.

Semua berjalan lancar dan aku meluncur pulang kerumah Henny. Si kecil ternyata tertidur pulas dan ternyata tiudrnya terus sampai pagi tidak bangun. Rupanya si kecil cukup paham terhadap sikap, keinginan hati sang maminya. Dalam perjalanan, aku tidak banyak komentar, demikian juga dengan Henny. Entah mengapa, sejak aku panggil dia bidadari, sejak saat itu dia banyak diam. Diam yang bagaimana, hanya Henny yang bisa menjawabnya. Namun nampak wajahnya penuh sorot bahagia, dibuatnya dikit-dikit manja padaku, tanpa mau bicara. Itulah wanita, seribu rahasia hatinya disimpan rapat, bagaikan merpati yang tulus dan suci. Tapi kalau sudah kena hatinya, apapun dia akan pasrahkan, apalagi kalau sang arjuna bisa memanjakannya. Aku rasa semua wanita mempunyai kemiripan yang sama, wanita itu ingin dipuji, dipuja, disanjung, dimanjakan, maka pasti seluruh jiwa raganya akan dipasrahkan pada kita. Banyak pria kurang memahaminya, wanita dijadikan obyek derita, wanita dijadikan pelampiasan nafsunya, tanpa mau mengerti perasaan wanita. Karena hal ini, timbul banyak maslah RT dalam perkawinan, itu tidak lain karena kaum Adam biasanya super egois. Tapi syukur, aku salah satu type pria yang mau mengerti jiwa wanita, aku bisa menyelami perasaan wanita dan aku punya kelebihan bisa membaca suasana hati wanita yang sedang aku hadapi. Demikian yang aku hadapi saat ini, sesosok istri yang cantik, anggun dan manja, penuh romantisme, feminin dsb.

Tepat pukul 18.55 wita, aku tiba kembali dan Henny segera masuk kamar tidur si kecil dan aku menutup pintu pagar. Mobil tetap aku parkir diluar, karena aku pikir tidak lama aku akan pamit pulang. Semua aku lakukan hanya demi menghormati teman baikku, tidak enak berlama-lama dirumah dengan istri orang sendirian saja.
"Rob, kamu jangan pulang dulu yach, temenin aku dinner, okey?", tegur Henny setelah keluar dari kamar.
"Aduh Hen, sorry deh, ini udah malam, ngga enak dilihat tetangga. Khan suamimu ngga dirumah", jawabku.
Tanpa kuduga, wajahnya langsung memerah dan menampakkan kekecewaan yang dalam.
"Rob, aku itu ngga bisa ma'em sendirian, ntar aku ngga ma'em sakit, khan kamu yang repot nganterin aku ke dokter lagi", rayunya padaku.
"Gimana ya Hen", jawabku singkat dan bingung.
"Udah deh, apa aku perlu teleponin istrimu. Please Rob, please bantu aku, temenin aku sekali aja, khan ngga tiap kali kamu bisa nemenin aku berdua aja dinner di rumahku?", rayunya penuh manja.
"Khan udah sering aku makan malam disini, Hen", jawabku menguji.
"Aku pingin berdua aja ama kamu Say.., please yach. Aku mau banyak curhat ama kamu, kapan lagi Rob, mau ya, yach?", pintanya terus merengek tanpa aku diberi kesempatan menjawabnya.

"Ayolah Rob, aku udah siapin masakan kesukaan kamu lho siang tadi. Kamu khan paling suka Tenderloin steak thoo..?", serbunya tanpa aku bisa komentar.
"Okey Hen, gini aja. Aku call suamimu dulu deh, biar suamimu tahu anakmu sakit dan aku tadi ngantarin kamu dan.. aku diundang dinner kamu, gimana okey..?", ini permintaanku yang rasanya win-win situation.
"Boleh aja Rob, berarti kamu mau khan, asyiik..!", begitu responsnya.
Aku berpikir, gawat juga deh menghadapi istri seperti gini, situasi ini bikin aku sulit menolaknya dan segera aku kontak si Har untuk memberitahunya dan ternyata Har penuh pengertian dan sangat percaya padaku dan istrinya.Akankah kepercayaan ini disalahgunakan?
Pembicaraanku dengan suaminya didengar oleh Henny dan langsung wajahnya menampakkan sinar bahagia, seperti anak kecil mendapatkan ice cream.
"Nah Rob.., kamu tunggu bentar yach, aku ganti baju dulu dan siapin ma'em nya biar asyik, benar ngga Say..?", pintanya dengan senyum manis.
"Yach.., aku tunggu deh", sahutku.
Aku pikir, sejak sore hari sudah 3 kali panggil aku dengan kata "Say", apa gak salah tuh istri Har ini?
Setelah aku tunggu cukup lama sekitar 20 menit, Henny keluar dari balik pintu kamarnya dengan "daster tipis tembus pandang" warna pink.Daster yang menurut aku hanya layak digunakan di kamar tidur bersama suami tercinta. Apalagi dasternya model tali kecil di pundak, dengan potongan di dadanya sangat rendah, sehingga jelas nampak olehku dadanya yang putih mulus dengan belahan bukit kembarnya yang aduhai.. seperti buah sedang ranum-ranumnya. Gila benar Henny ini, pikirku. Karena sinar lampu kamarnya yang sangat terang sedangkan diruang tamu cukup redup, maka di balik dasternya terlihat belahan pahanya yang mulus sampai ke pangkalnya. Di balik daster tipisnya, terlihat BH dan CD mininya berwarna "merah anggur", kombinasi warna yang sangat serasi dan nampaknya Henny ini sukanya warna-warna pastel dan pintar mengkombinasikan warna. Pikirku, di ranjangpun pasti suaminya puas, pasti Henny juga pintar mengkombinasikan gerakan-gerakan ataupun variasi sex yang bikin pria melayang-layang bagaikan di langit ke tujuh.

"Robby sayang.., koq ngelamun terus to, ngga rela yaa dinner disini? Atau ada janji ama WIL mu? he.. he.., bercanda lho Rob..", sapanya bikin aku tersadar dari lamunan sambil dia mendekat padaku.
"Ngawur aja WIL, emangnya aku ada tampang nge-WIL apa? Ngapain mikirin WIL yang jauh, wong ada bidadari disini..", sahutku.
Aku pikir pertanyaan tentang WIl itu pasti cuman pancingan aja dari Henny dan sudah kepalang basah aku buat Henny makin tersanjung aja dengan panggilan bidadari. Aku ingin tahu reaksi selanjutnya.
"Kamu anggap aku bidadari Rob? Ngga salah tuh? Apa pantas sih Rob?", pancingnya lagi makin mendekat, dekat sekali sampai tercium wanginya.
Aku pikir, kena tuh pancinganku. Aku paham benar hati seorang istri/ceweq, kalau udah dimanjain gitu pasti langsung terkapar klepek-klepek, seperti ayam baru disembelih.
"Iya bidadariku.., aku tadi bukan ngelamun tapi kagum ama penampilanmu Hen. Aku bayangkan betapa bahagianya suamimu punya istri seanggun gini. siapa ngga akan kerasan di rumah terus? Seandainya aku punya istri kayak Henny, wah.. aku betah dirumah..", aku sanjung lagi dia.
"Itu menurut kamu.., tapi Har dingin banget koq ama aku. Lagian, apa hanya suami aja yang harus dibahagiakan istrinya? Apa istri juga ngga patut dibahagiakan Rob..?", protesnya dengan manja padaku.
Wah.. mati aku, makin terbuka aja nampaknya nikh. Kena juga pancinganku.
"Wouw, salah besar kalau suami harus dibahagiakan "tanpa" istrinya ikut bahagia. Itu pandangan jaman Siti Nurbaya Hen..!", sanggahku.
"Terus, gimana pendapatmu tentang posisi seorang istri Rob?", tanyanya.
"Aku sangat tidak setuju dengan type cowoq begitu. Di mataku, ceweq itu ciptaan Tuhan yang sempurna, patut untuk disayangi, dihargai, dimanjakan dan untuk itu kita nikah khan karena saling menyayangi, Hen..!".
"Apa suamimu dingin toh Hen..? Kasihan dong kamu Hen..?", tambahku.

Di luar dugaanku, dia tidak menjawab pertanyaanku tapi malah merebahkan kepalanya di pundakku, dan bajuku tahu-tahu sudah basah oleh airmatanya.
"Rob, hanya kamu pria satu-satunya di luar suamiku yang tahu hal ini. Aku percaya kamu, aku tahu kamu baik dan bisa menyenangkan hatiku, makanya aku berani buka penderitaan bathinku selama ini", sahutnya pelan.
"Ak.. ak.. aku lama memendam derita ini Rob! Istri mana yang kuat dengan situasi, Rob..!", tambahnya sambil mulai sesenggukkan.
"Aku pingiin banget cerita ama kamu, aku tahu kamu penyabar dan pasti mau dengerin keluh kesahku.. dan aku harap kamu pria yang bisa membahagiakanku, mau kamu Rob..?", terus aja dia nyerocos tiada henti dan nampaknya bagi Henny malam inilah puncak pemberontakan hatinya.
"Jangan gitu Hen, apalah aku, aku siap koq bantu kasih masukan ke suamimu bila perlu", jawabku sebisanya karena hatiku sudah terbuai aroma birahi.
"Jangan.. jangan Rob, percuma. Dia sudah sangat dingin dan ngga akan berubah dan aku.. aku.. udah ngga respek lagi ama suamiku", jawabnya sambil tangannya menarik tanganku, didekapnya tangan kananku dan pelan-pelan ditaruh di dadanya sambil ditahan oleh kedua tangannya (posisi dia ada di sebelah kiriku).

Perlahan-lahan aku tarik dia dan aku ajak duduk disofa panjang, aku tenangkan dia dan dia kududukkan dikiriku tanpa aku lepas tanganku didadanya, kapan lagi pikiranku yang sudah mulai ngeres. Aku belaian rambutnya yang harum dengan penuh kasih sayang dan kukecup keningnya tanpa permisi lagi. Dia diam saja bahkan matanya dipejamkan sambil wajahnya dipalingkan kearahku, seperti menanti ciuman berikutnya ditempat yang lebih nikmat, benar-benar siap menanti kulumanku.
"Hen.. berapa lama kamu udah menderita, bidadariku..?", rayuku sambil tangan kananku mulai aku turunkan perlahan-lahan.
"Bukan pertanyaan itu yang aku butuhkan Robbyku..", sambil reflek bibirnya menyerangku.
Dikulumnya bibirku, diciumnya dengan nafsu sampai ke hidungku segala, demikian birahinya Henny malam itu.

Tanpa memikirkan bahwa itu adalah istri temanku sendiri dan memang "nafsuku akan sangat cepat meningkat" bila melihat kemanjaan wanita seperti di hadapanku saat ini. Ditambah gaunnya yang menerawang, aroma parfumnya yang pasti harganya jutaan, ketiaknya yang putih bersih tanpa bulu, mata hatiku sudah gelap.. gelap sekali. Aku balas ciuman bibirnya, aku mulai buka mulutkan, aku mainkan lidahnya, aku kulum bibir luarnya yang tipis dan sensual, aku jelajahi rongga mulutnya dengan jilatan lidahku sambil tanganku mulai berani makin turun. aku remas-remas halus, halus sekali buah dadanya. Henny mulai mendesah panjang, ahh.. ohh.. hhm.. hmm..! Tanganku kubawa ke belakang, ingin aku buka ikatan tali BH nya, ehh.. malah dia membusungkan dadanya seolah menginginkan agar segera tali BH itu dibuka.

Sekali tekan, lepaslah tali itu dan.. Henny makin buas menyedot-nyedot lidahku, sampai ketarik dalam sekali dan mau muntah nikmat rasanya. Tangan kananku mulai kedepan kembali, kusentuh pinggir putingnya tanpa aku mau menyentuh putingnya dulu dan tangan kiriku membelai rambutnya. Dia memajukan dadanya, menggerak-gerakkan seolah minta segera disentuh putingnya, dan.. sengaja makin aku jauhi puting itu, makin dia penasaran dan makin desahannya tidak karuan (itu memang teknik aku memancing birahi wanita yang sudah puncak, aku biarkan birahinya tersiksa, dengan teknik ini wanita akan mampu orgasme berkali-kali. Pengalamanku dengan istriku, hanya foreplay dengan sentuhan dan kuluman bibirku di bibirnya di variasi di puting, di telinga dan terakhir di bibir vagina sampai masuk kena klitorisnya, dia bisa orgasme 2-3 kali. Baru setelah itu, aku tembakkan senjataku yang teramat tegang dengan kocokan lembutnya dengan berbagai variasi selama sekitar 10-15 menit, akan membuat minimal orgasme sekali dengan gelora birahi paling puncak dan biasanya aku mencapai klimaksnya dengan memuntahkan spermaku).

"Robby sayang, sentuh.. sentuh putingku Rob, kulum.. cepet kulum Rob.. aku butuh kenikmatan darimu Rob.., ayo.. jang.. jangan mainkan birahiku Rob, aku tersiksa bertahun-tahun, puaskan aku.. puaskan aku, please..!", pintanya sambil berontak dan gaun itu sudah tidak karuan lagi posisinya dan aku terkejut, bibirku digigitnya.
Aku kecup lehernya yang jenjang dan aku kasih kecupan membekas merah anggur, karena aku tahu suaminya masih lama datangnya. Di tengah gelora nafsuku, otakku masih bisa berpikir normal, peduli amat, kalau suaminya mau datang masih nampak merah, aku kerokin aja lehernya, suruh Henny bilang kalau masuk angin, khan beres ngga akan curiga suaminya.

Ciumanku mulai turun ke dadanya, aku lama bermain di sekitar itu sambil jari kananku mulai sentuh putingnya lembut sekali. Puting itu demikian tegangnya, entah berapa lama ketegangan itu terjadi. Dia menggelepar menerima sentuhan lembut pertamaku di putingnya. Aku pilin pelan-pelan dan tangan kiriku mengangkat ketiaknya. Aku angkat dia biar berdiri dengan maksud aku ingin membuka dasternya. Dia paham banget dan membantu menaikkan dasternya keatas dengan cepat dan penuh nafsu, dilemparkannya daster itu jauh sekali sambil menyerbu bibirku kembali.

Tinggallah dua bukit indah dan kenyal di hadapanku dan dibawahnya masih menempel CD merah anggurnya. Demikian buas dan binalnya Henny bila birahinya memuncak, padahal Henny yang kukenal sangat kalem dan lemah lembut. Itulah wanita, sangat berbeda bumi langit antara penampilan luarnya dengan saat di ranjang (kalau mengerti merangsangnya lho yach). Dengan bertelanjang dada dan dengan nafsunya, aku ditarik keras sampai terjatuh di sofa panjangnya. Mungkin ini sudah diharapkan oleh Henny. Tertindihlah tubuh Henny olehku, dengan perlahan tanpa mau melepaskan bibirnya dari bibirku, dia merebahkan diri sambil tangan kirinya menekan kuat aku ketubuhnya, dia ngga mau tubuh kami terpisah, terasa olehku kekenyalan bukit kembarnya.

Tanpa melewatkan kesempatan yang indah di depanku dan situasi birahi Henny yang sudah demikian meletup-letup, maka perlahan tapi pasti ciuman bibirku mulai mengarah ke payudaranya yang kanan, sementara tangan kananku masih melanjutkan memilin-milin puting kirinya. Desahan birahi dan geleparan badannya sudah tidak teratur. Tercium olehku aroma birahi wanita dari nafasnya. Jika pria kurang perhatian, pasti mereka tidak mengetahui perubahan aroma nafas seorang wanita yang birahinya memuncak. Lidahku aku mainkan menggelitik puting kirinya, sebentar aku lepas sesat kemudian aku kulum lagi. Nampak rasa kecewa Henny saat bibirku lepas dari putingnya, tapi matanya terpejam kembali sambil melenguh panjang bila bibirku menyentuh putingnya kembali. Permainan ini sengaja aku ciptakan, biar Henny merasakan ketagihan yang luar biasa, disitu biasanya orgasme wanita hampir tiba.

Tangan kananku mulai lepas dari puting kirinya, perlahan dengan lembut sekali hampir tidak menempel di kulitnya, aku rabakan tangan kananku menurun ke perut dan sekitar pusarnya. Pantatnya sedikit terangkat sambil rambutku dijambak-jambaknya, pertanda meminta sentuhan yang lebih jauh dan lebih nikmat. Dipaksanya kepalaku turun ke bawah, tapi sengaja seolah aku kurang paham, aku terus permainkan puting kanannya, lidahku berputar-putar bagaikan baling-baling helikopter, menerjang keras dan kadang lembut, sambil tangan kananku berputar-putar di antara bawah pusar dan di atas rambut kemaluannya. (Pria yang paham akan hal ini, akan mempermainkan jari-jarinya cukup 1-2 menit di daerah ini, karena daerah ini mempunyai sensitifitas yang tinggi bagi wanita, aliran darah akan memusat di sekitar daerah tersebut, hingga menimbulkan rangsangan yang puncak untuk siap menyemprotkan cairannya. Aku permainkan jariku di situ tidak lama hingga timbul reaksi yang di luar dugaanku sama sekali.
"Hayo.. sayang, ayo.., sentuhlah pusat kenikmatanku. Henny butuhkan saat ini, ay.. ayo.. ayoo.. Rob. Kejam kamu Rob, kejam kamu, aku mau puncak Rob!", teriaknya keras sekali sambil pantatnya terangkat tinggi bertumpu pada kakinya.
"Iya bidadariku.., tunggu saatnya tiba, aku tahu kapan saat kenikmatanmu akan tiba, aku akan buat bidadariku terbang ke Surga kembali, melayang diawan-awan, ayo Hen.. rasakan.. rasakan yach.., terus.. nikmati aja", celotehku tak karuan lagi sambil tetap memujanya.
Pantatnya terus diangkat beberapa kali sambil menggelepar-gelepar, rambutku dijambak, didorong minta pusat kewanitaannya segera aku sentuh. Aku tetap mendiamkannya, aku buat dia tersiksa dan ciuman bibirku kupindahkan ke puting kirinya dan "secepat kilat", jari tengah kananku menyetuh bibir kemaluannya. Makin menggeleparlah dia dan terasa sudah sangat becek oleh cairan kewanitaannya. Aku gosok-gosok lembut antara bibir kemaluannya sampai ke bawah mendekati anusnya. Saat jariku menyentuh bagian bawah dekat anus, Henny berteriak keras sambil memukul kepalaku.
"Robby.. Robby.., jangan siksa aku, ayoo.. lakukan untukku Say..", pintanya.
Secara pelan aku gosok 3-4 kali, mendadak seluruh tubuhnya mengejang, pantat diangkat tinggi sekali, berteriak histeris dan pundakku dicengkeram dengan kuat dan sampai tergores oleh kukunya. Saat itu menyemprotlah cairan kewanitaannya sangat banyak. Semprotannya seperti pria sedang buang air seninya, sampai mengenai seprei putih di kasurnya. Inilah orgasme pertama yang diterimanya dariku.

Pikirku, tunggu bidadariku, sebentar lagi kubuat kamu melayang-layang kembali, menyemprotkan cairanmu kembali bagaikan pemadam kebakaran menyemprotkan air secara deras. Sejenak tubuhnya melemas, cengkeramannya lepas dari pundakku tapi tangannya mengelus kepalaku. Kulihat senyum manis.. sekali terlihat dari bibirnya yang sensual. Tangan kananku lepas dari kemaluannya, aku elus pahanya sambil bibirku menciumi pusarnya.
"Ahh Rob, geli.. geli Rob! Sayang.., kamu hebat Say.. belum apa-apa aku sudah kamu buat orgasme. Sampai berapa kali Say mau buat aku orgasme seperti tadi?", tanyanya mengandung makna meminta dan meminta.
"Tenang Hennyku yg lembut, berapa kalipun kamu inginkan, aku siap memuaskanmu, kamu malam ini menjadi milikku sepenuhnya", kataku merayu.
"Jangankan malam ini, selamanyapun kalau Robby mau memilikiku, aku siap tinggalkan Har, serius sayangku. Aku butuh kenikmatan darimu", sahutnya.
"Bener nikh bidadariku? Itu tadi belum apa-apa lho, tunggu babak berikutnya yang lebih heboh, surprise untukmu bidadariku..", janjiku.
"Kapan.., sekarang dong Say, aku udah siap nikh menerima serbuanmu".
"Tunggu sayang, sabar aja yach! Kamu akan rasakan bedanya sentuhanku dibanding suamimu dan pria lainnya, tunggu yaa..!", aku meyakinkannya.

Tanganku mulai meraba bawah pusarnya secara halus, terasa gelinjang pantat Henny menerima sentuhanku kembali. Bibirku mulai menjelajahi ketiak kirinya. Menggelinjang lagi dia. Ketiak yang tanpa bulu, putih bersih dan harum baunya, membuat penisku berdenyut-denyut keras dan tak kuduga menyentuh tangan kanan Henny yang masih menggelayut lemas di pinggir sofa.
"Rob.., apa nikh.. pentung karet atau Mr. "P"-mu Say?", celetuknya. (Henny pakai istilah itu untuk penisku).
"Emangnya kenapa bidadariku?", tanyaku pura-pura tidak paham.
"Koq gede banget, panjang dan keras.Apa ngga jebol vagina ceweqmu?", katanya terheran-heran.
"Emang punya suamimu seberapa?", pancingku ingin tahu punya suaminya.
"Ahh.. sudahlah.. jangan nanya-nanya itu lagi. Aku udah bilang, muak aku ama suamiku..", bentaknya.
Bentakan seorang istri yang aku tahu tidak pernah mendapatkan kepuasan dari suaminya, walaupun menunggu sekian tahun, yang saat ini sedang merengkuh kenikmatan tersebut dan merajut kasih dengan teman suaminya.
"Sorry Say, aku merusak susana kenikmatanmu. Okey lupain yach", kataku.
"Ngga apa-apa sayang, sorry aku marah. Aku tidak mau terlewatkan sedetikpun kenikmatan yang baru aku raih bersamamu, Rob..!", sahutnya.
"Robby, mau khan kamu kasih kenikmatan aku lagi, please mulai ya..", pintanya padaku dengan manja sambil mengelus meraih batang kemaluanku.
Tanpa mendapatkan jawabanku, aku mulai menjelajahi seluruh permukaan perutnya dengan bibirku. Aku cium, aku sedot pusarnya yang bersih dan harum (mungkin tadi sedikit disemprotkan parfum).
"Ahh.. nakal kamu yaa Say, geli banget lho Say..!", serunya.
"Mau yang geli atau yang sakit, bidadarku?", tanyaku balik.
"Terserah kamu aja. Aku seneng lho Rob kamu panggil aku bidadari".
Aku teruskan cium pusar itu, terus turun dan turun mendekati bulu indah kemaluannya. Dipikirnya aku akan melanjutkan ke bawah dan mungkin ini yang diharapkan dan aku tahu itu. Sengaja aku buat "trik" agar dia protes dengan cemberut manjanya. Ternyata benar juga.
"Rob, terusin ke bawah donk. Kenapa, jijik ya? Emang kamu ngga pernah kiss kewanitaan istrimu?", pancingnya penuh arti.
"Tenang bidadariku, tunggu dong, sabar..! Kenikmatan akan makin puncak kalau dilakukan dengan lembut sayangku", sahutku.
"Ini yang ngga aku dapetin dari Har lho sayang..", pengakuan jujurnya.
Aku kulum terus sekitar pusar dan bulu halus kemaluannya dia terus mendesah dan makin keras desahan itu sambil mengangkat tinggi pantatnya minta kusentuh klitorisnnya. Tapi aku biarkan dia menderita dengan kenimatannya, aku bikin nafsu birahinya mendekati puncak lagi. Aku baru mau memulai babak kedua untuk kenikmatannya.

Babak kedua aku mulai dengan mencium mata Henny. Dia diam dan menikmatinya sekali. Kudiamkan cukup lama kecupanku di matanya, sambil jari tengah tangan kananku bermain di pusarnya. Kuraba pinggir pusarnya, berganti masuk ke dalam pusarnya. Keluar lagi, masuk lagi terus menerus sampai dengus nafasnya mulai timbul lagi karena rangsangan itu.
Ciumanku beralih ke rambutnya, turun ke telinga kanannya, lidahku menjilati daun telinga bagian dalamnya, menjelajahi semua daerah dalam telinganya dan nampak tubuh Henny mulai menggeliat penuh nafsu. (Bagi sebagian wanita, daun telinga karena kulitnya sangat tipis, sangat sensitif menerima rangsangan dan hasilnya biasanya dahsyat, biasanya langsung cairan kewanitaannya mengalir keluar di vaginanya).

Aku tahu dia suka dengan jilatan di telinga itu, maka sengaja kuperlama, terus turun leher bagian dalam (bawah dagu) dan naik lagi ke dagunya. Lenguhan panjang mulai sering keluar spontan dari mulutnya. Kuturunkan ciuman tersebut ke payudara kirinya, sementara tangan kananku mulai turun menyentuh bibir kemaluannya, mengelusnya, sedangkan tangan kiriku memilin-milin puting kanannya. Aku tekan keras, aku longgarkan, aku tekan lagi sambil aku lakukan gigitan mesra di puting kirinya.
"Auuw.., ihh nakal cayang yaa..", jerit kecilnya sambil membelai rambutku dengan manja.
"Teruskan Say.. Say.., aku suka koq, gigit lagi Say, gigit..", pintanya.
Ahh.. kena juga pancinganku, tambah lagi daerah sensitif Henny yang kuketahui (telinga, pusar, sekitar bulu kemaluannya dan putingnya). Seolah tanpa merespons, aku sedikit menjauh dan ternyata dia menyorongkan susunya mulutku. Aku gigit mesra lagi, pelan tapi lama tak kulepaskan. Dia menggeliat hebat dan menjambak rambutku.
"Gila kamu Rob, pintar banget kamu menaikkan nafsuku. Gila.. gila..", celotehnya nggak karuan sambil tetap menjambak rambutku keras sekali.

Aku buat strategi baru.Tangan kananku meninggalkan kemaluannya dan dia nampak tidak mau tanganku menjauh dari situ, sebab tangannya menuntun tanganku kembali ke sana. Tapi aku lepaskan. Kedua tanganku beralih ke gunung kembarnya yang putih dengan putingnya yang masih kemerah-merahan. Melihat bentuk sekitar putingnya, nampaknya si Har jarang menyedot dan mengulumnya. Sebab kalau puting sering dikulum dan disedot, apalagi sudah punya anak, pasti akan berubah warna coklat kehitam-hitaman. Aku remas-remas kedua susunya sambil aku mainkan putingnya. Kemudian aku tarik sama-sama ketengah dan kutemukan ujung puting kiri dan kanannya, aku hisap dalam-dalam sambil aku gigit pelan sekali. Nampaknya dia menikmati sekali dan minta lagi dan lagi dengan menekan kepalaku agar tidak bisa lepas dari kedua ujung putingnya.

"Ahh.. Ohh.. hhm.. hmm.., terus Rob, terus! Gila bener, Ahh.. terus sedot, terus gigit Say sampai pagi, nikmat sayangku.. nikmat sekali, jangan pernah berakhir Say, terus.. terus, Ahh.. Ohh..!", rintihnya hebat.
Wouw.. aku lihat rona wajahnya memerah pertanda telah terjadi dilatasi atau pelebaran semua pembuluh darahnya, menampakkan darah mengalir deras ke seantero tubuhnya. Kepalanya menengadah keatas sambil melenguh panjang. Terus aku sedot-sedot, aku pilin-pilin kedua putingnya dengan lidahku. Aku putar-putarkan lidahku menjelajahi semua daerah putingnya, makin mengeras sekali kedua putingnya (mungkin suaminya tidak pernah membuat sensasi seperti ini). Didorongnya kepalaku mengarah ke bawah dengan kedua tangannya yang halus dan aku tahu apa yang diinginkannya, tapi kembali birahinya benar-benar aku permainkan, aku ingin dia mendapatkan orgasme kedua kalinya. Aku acuh saja dan tetap menyedot kedua putingnya, sampai dia berteriak.
"Ohh.. geli, ngilu, kejang semua tulangku Rob, stop.. stop ngga kuat aku Say, udah.. udah..! Ahh.. hmm.. hmm.. ehh..", dengusnya sambil mengangkat dadanya.

Pelan-pelan aku lepaskan kedua puting susunya, ciumanku mulai turun ke sekitar pusarnya lagi, tangan kananku mulai meraba bibir vagina. 'Serangan fajar' mulai kuaktifkan, klitorisnya mulai aku sentuh dengan jari tengahku dan ciumanku di sekitar pusar dan bulu kemaluannya aku tingkatkan sambil aku sedot-sedot. Ini menaikkan aliran darah vaginanya. Jariku mulai masuk perlahan-lahan, mencari lubang pipisnya, terus masuk menjelajahi rongga-rongga labia minoranya. Secara refleks pantatnya terangkat keatas meminta agar terus disentuh. Pelan tapi pasti, jariku terus masuk dan naik ke atas klitoris bagian dalamnya, mencari pusat G-Spotnya. Dia berontak bukan marah tapi mungkin berontak, 'mengapa tidak dari tadi kau sentuh bagianku ini?'. (Siapapun wanita itu, kalau G-Spotnya sudah ditemukan dan dirangsang lembut, pasti akan terbang melayang diawan-awan dan dijamin 100% semprotan cairan kenikmatannya akan segera datang).

Kutemukan segumpal daging kecil seperti kutil, masih lembut dan halus dan lembek. Perlahan tapi pasti aku gosok-gosokkan jariku disekitar G-Spotnya, dan.. bagian itu mulai mengeras, tidak lagi lunak tapi mulai kasar permukaannya, bagaikan pasir mengeras, bergerigi dan membesar. Gerakan tubuh Henny sudah tak teratur dengan lenguhan panjang penuh birahi, pertanda semprotan kedua segera tiba.
"Ahh.. Oou.. ngilu Rob, ahh.. aku koq pingin pipis Rob, pipis Rob, pipis..! Rob.. tunggu, tunggu Rob, aku mau pipis nikmat..", rintihan birahinya.
"Pipiskan aja Say, keluarkan, semprotkan Say, muncratkan, nikmati Say..", bisikku mesra ke telinganya.
"Ngga kuat Rob.. ngga kuat! Ngga apa-apa to aku pipis?", tanyanya.
Gila.. pikirku, dia ngga pernah ngerasain pipis birahi? Gila.. apa yg dilakukan suamimu Hen.., keluhku dalam hati. Betapa menderitanya Henny tanpa pernah ada yang membahagiakan bathinnya.
"Aahh.. Ahh.., Rob.. aku pipis Rob..! Rob, tolongin aku Rob, ngilu Rob.., ngilu banget Rob! Ahh.. ahh..", teriaknya dengan histeris sambil tangannya mencakar punggungku kedua kalinya.
Cairannya menyembur keluar seperti yang pertama, kembali mengenai sofanya banyak sekali.
"Robby cayang, gila benar kamu Rob! Udah dua kali kamu buat aku mencapai puncak, meskipun Mr "P"-mu belum sempat menyelam lubang pipisku..", celoteh kekagumannya.
Aku biarkan dia mengoceh dengan kenikmatannya.
"Rob, aku lemes, panas! Keringatku banjir lho Rob.., bawa aku ke kamar, di kamar sejuk karena AC-nya udah aku hidupin dari tadi", sambil kedua lengannya menggelayut di pundakku pertanda minta kugendong manja.
"Okey tuan putri, demi bidadariku, aku siap melakukan perintah tuan", sahutku memanjakannya.
"Aku cayaang.. banget ama kamu Rob, kamu pintar banget puasin aku".
"Hen, itu baru ronde kedua dan belum apa-apa lho, masih kuat ngga?", tanyaku memancing nafsunya sambil menggendongnya dan masuk ke kamarnya.
Kamar yang sangat pribadi yang hanya boleh dimasuki oleh suami istri sah, saat ini aku menginjakkan kakiku di dalamnya. Gila, suasana kamarnya demikian romantis, ranjangnya dibungkus kelambu tipis seperti dalam film roman barat atau seperti kamar hotel bintang lima saja. Dindingnya penuh wallpaper bernuasa lembut dan romantis. Kasurnya sangat empuk dan 'mentul-mentul'.

Kuletakkan tubuhnya dengan lembut di ranjang, tapi lengannya tak mau lepas dari pundakku. Ditariknya aku mendekat dan diciumnya mataku dengan manja. Aku elus lembut betisnya, perlahan naik kepahanya dan aku stop sampai disitu dulu, memberi kesempatan dia melepas lelahnya. Dia nampaknya tidak setuju dan dia mengelus batang kemaluanku sambil tidur memandangku. Spontan penisku tegang. Dielusnya lembut naik turun penisku, nikmat sekali rasanya mendapatkan sentuhan seorang istri kesepian yang haus kenikmatan birahi. Matanya sayu menatapku dengan wajah meminta dilanjutkan di ranjangnya.
"Rob, kapan kamu keluarinnya. Sini aku hisap mau..?", pintanya memelas.
Batinku, 'Siapa yang ngga pingin? Tapi ntar dulu bidadariku. Aku akan bikin kamu bergetar lebih hebat dalam ronde ketiga, sampai habis cairan nikmatmu nanti'.
Karena elusan lembut tangannya pada buah zakarku, aku mengelinjang dan jujur saja nafsuku naik demikian hebat. Mataku sudah gelap, ingin segera kutembakkan penisku ke liang memeknya. Tapi alam sadarku masih main, aku bertekad bikin Henny benar-benar terkapar dan mencari kenikmatan terus dariku.

Henny telentang di tepi ranjang. Wajahku mulai kuturunkan ke kakinya. Henny heran dan melihatku ke bawah sambil meremas penisku tanpa sadar.
"Kamu mau ngapain cayang, koq ke kakiku?", tanyanya dengan heran.
Tanpa menjawab, aku teruskan program kerjaku ngerjain Henny, kapan lagi aku bisa tunjukkan kemampuanku memuaskan dia, pikirku. Aku ciumi ujung jarinya, aku hisap jempol kakinya.
"Ahh.. gelii..", reflek dia tarik kakinya menjauh dari mulutku.
"Aduh sayang.. nikmat sekali. Pintar juga kamu menaikkan birahiku", tambahnya sambil meremas penisku yang tak lepas dari genggamannya.
Aku tarik kembali kakinya dan kuteruskan menciumnya, terus naik ke betisnya. Dia mulai menggoyangkan kedua kakinya, bergerak kesana-sini. Aku tahu dia mulai terangsang lagi. Segera bibirku kuarahkan ke lututnya dan aku cium kuat-kuat sambil kupegangi agar tidak lepas dari ciumanku. Dia berontak hebat.
"Oouw.., geli..! Teknikmu banyak banget sih Rob, bisa gila aku ML ama kamu..", celotehnya penuh nafsu sambil mulai mengocok penisku lembut.

Aku teruskan ciumanku karena aku tahu dia menikmatinya dan lututnya diangkat ke atas sambil melenguh panjang. Tangan kiriku mulai meraba pahanya, pelan tapi pasti rabaanku menuju pangkal pahanya dan seperti mengerti dan memang menanti, dia buka lebar pahanya, sehingga terlihat klitorisnya yang memerah. Darah sudah mengumpul didaerah itu, pasti sensitifitasnya udah sangat tinggi. Jariku berputar-putar dibibir kemaluannya sambil sesekali seperti tanpa sengaja aku menyerempetkan tanganku ketengah vaginanya, dia menggelinjang manja seperti berharap terulang lagi. Setelah basah lututnya oleh air liurku dan penisku sudah ngga tahan karena elusan jarinya yang lembut, aku mengalihkan ciumanku ke pahanya. Nampak dia melenguh manja sambil kepalanya menggeleng ke kiri dan ke kanan, tanda birahinya mendekati puncak. Pelan tapi pasti, kucium terus sampai menyentuh area lipatan pahanya yang menghubungkan bibir kemaluannya. Sebagian wanita, juga sangat mengharapkan daerah tersebut disentuh, dijilati dan dihisp-hisap. Kenikmatannya sungguh berbeda, mengantarkan ke puncak orgasme. Benar juga dia sudah mulai menggelinjang keras sambil mengangkat pantatnya, sehingga rambut halusnya menyentuh hidungku. Bibirku perlahan-lahan masuk ke wilayah rambut kemaluannya yang tipis. Bulu Henny tipis sekali, tidak terlalu lebat dan tidak kasar. Nampak sengaja bulu itu dirawatnya dengan baik dan harum bercampur aroma khas kewanitaannya mulai aku rasakan, menambah syahwatku meningkat. Kudenguskan nafasku ke liang vaginanya tanpa menyentuhnya dulu. Ini teknik juga untuk memancing agar sang wanita memburu dan setengah memaksa meminta agar menyentuhnya. Benar saja, dia sodorkan bibir kemaluannya ke mulutku kedua kalinya.

Langsung aku meresponsnya karena aku pikir sudah saatnya gelombang kenikmatan aku antarkan ketiga kalinya. Dengan kedua jariku, kubuka sedikit bibir kemaluannya, kutemukan klitorisnya, kukulum, kujilat dan.. kusedot-sedot. Wouw.. rekasinya sungguh dashyat, pantatnya melonjak keatas memukul gusi dan gigiku, luar biasa reaksi wanita yang sedang penuh birahi. Kulumat lembut ujung klitorisnya, merembet ke tepi bibirnya dan menuju bibir bawah yang menyambung ke anusnya. Kembali lonjakan histeris terjadi hingga dia berteriak keras.
"Rob.., ahh.. ahh.., aduhh.. ngga kuat, ayo masukkan, masukkan..", pintanya histeris.
Aku diamkan saja, aku goyang-goyangkan dan lidahku menari-nari di permukaan vagina Henny. Gerakan kakinya tak beraturan lagi, kepalanya ke kiri-ke kanan sambil jari tangan kiriku aku masukkan ke mulutnya. Disedot-sedotnya jariku sambil kadang digigitnya menahan kegelian klitorisnya yang kusedot-sedot.

Lidahku makin menjelajah lebih dalam ke rongga vaginanya, keatas-kebawah, sambil menari-nari. Cairan sudah mengalir namun orgasme belum tiba. Tangan kananku sedikit membantu membuka jalan agar lidahku bisa masuk jauh ke dalam, bila perlu sampai ke dekat G-Spotnya. Lidahku bisa masuk dan mulai naik ke bagian atas klitoris bagian dalam dan tak lama..!
"Robby.., aku mau pipis lagi Rob! Gila kamu Rob, kamu apain aku ini?", teriaknya sambil kukunya mencengkeram rambutku dan menekannya keras kepalaku lebih menempel ke liang vaginanya dan kakinya menjepitku.
"Crutt.. cruut.. cruut..! Ahh.. gila.. gila Rob, ngilu Rob..", cetusnya.
Seketika itu juga cairan itu muncrat dan masuk ke kerongkonganku. Asin, gurih, putih pekat dan nikmat sekali. Langsung kaki dan tangannya lepas mencengkeramku dan kini lemah terkulai diatas kasurnya. Cairan itu tidak sampai jatuh ke sepreinya, karena tertelan semua olehku. Aku mulai menjilati vaginanya, membersihkan cairan yang tersisa dan menelan semuanya.
"Ihh.. ngilu Rob.., kamu ngga jijik Rob?", tanyanya menatapku heran.
"Ngapain jijik ama cairan orgasmemu, kalau sayang, maka segalanya yang bisa menyenangkan hatimu, pasti aku lakukan", jelasku padanya.
"Kamu baik ya Rob! Aku ngga pernah lho dimimik ama suamiku. Apalagi mau sampai jilatin, wong orgasme sampai muncrat kayak tadi aja gak pernah", keluh kesahnya padaku sambil mengelus penisku.
"Kamu bikin aku gila beneran Rob! Nafsuku menggila, puncak kenikmatanku pertama kali gila kayak gini. Aku bisa tergila-gila ama kamu Rob..", tambahnya belum puas memujiku.
"Kamu belum tembakkan pelurumu, aku udah 3X orgasme, wah.. ceweq mana ngga gila ama kamu, Rob..!", celotehnya terus karena kepusan yang kuberikan.
"Aku ngga pernah main ama ceweq lain kecuali istriku", bantahku.
"Kalau malam ini sama siapa Rob, hayoo..!", sergahnya.
"Ohh, itu lain bidadariku. Berdosa aku kalao nggak memuaskan birahimu", jawabku.

Sambil saling memuji dan menyanjung, tanganku mulai memainkan putingnya lagi hingga terjadi denyutan di bibir vaginanya. Aku lihat handuk kecil di ujung ranjang. Aku tarik dan aku pergi ke toilet untuk memberikan sedikit air di handuk tersebut, lalu aku oleskan dengan lembut di vaginanya. Segera kukeringkan bibir kemaluannya dengan tiupan dari mulutku. Henny terkejut menggelinjang geli, mungkin sisa-sisa rasa ngilunya masih tersisa. Karena sudah ketiga kalinya aku membuat Henny orgasme, sudah menjadi kebiasaanku pada istriku, saatnya tiba babak terakhir dimana biasanya aku masukkan penisku ke liang kemaluan istriku. Dihadapanku ada Henny yang terkapar kenikmatan, sementara aku belum meraihnya, ini saatnya.

Langsung straight, ciumanku tertuju pada klitorisnya. Kujilati kiri dan kanan, atas dan bawah sampai pertemuan anusnya. Anusnyapun tak luput aku jilati. Disini Henny menjerit hebat sambil pantatnya terangkat. Cairan putih membasahi klitorisnya, aku hisap dalam-dalam sampai Henny berontak melompat.
"Rob.., ahh.. ooh.., geli Rob! Ayoo.. masukkan, aku capek Rob, please..", pintanya.
Aku naiki tubuhnya dan posisiku menindihnya. Spontan lengan Henny meraih penisku.
"Penismu gede banget cayang, ayoo masukin yach..", pintanya.
Digosok-gosokannya ke klitorisnya, turun ke bawah dekat anus, ke klitoris kembali, sedikit ditekan masuk dan ditarik keluar kembali.
"Ayoo cayang, aku udah ngga kuat. Ngga kebayang gimana ngilunya aku saat penismu yang besar ini nembus liang kenikmatanku..", pintanya.
Perlahan dituntunnya penisku ke arah liangnya, pelan dan dengan lembut aku bantu dorong masuk, agar Henny tidak terkejut dan nyeri karena penisku. Kutekan, kutarik, kutekan dan kutarik. Makin lama tekanannya makin dalam dan.. masuklah setengah penisku ke liang kenikmatannya.
"Oou.. sakit Say, pelan aja yach. Sini aku bantu", katanya meringis.
Karena sudah terlumasi oleh cairan kewanitaannya, cukup mudah penisku masuk walaupun agak sempit. Makin lama makin habis tertelan penisku dan Henny melenguh nikmat sambil matanya melek merem, kepalanya ke kiri dan kanan. Kudiamkan sejenak, ini teknik juga buat membuat wanita menderita menanti sodokan akhir. Henny mengangkat pantatnya meminta aku memulai sodokan mesra.

Kusodok pelan-pelan, bagaikan film slow motion.Ini membuat Henny merengkuh kenikmatan yang luar biasa. Biasanya kaum Adam kalau sudah begini digenjot seenaknya sendiri tanpa variasi kenikmatan pasangannya.
"Hayo.. Rob, aku udah ngga kuat..! Aku mau puncak lagi nikh", rengeknya.
Terasa penisku disedot-sedot di dalam lubang kenikmatannya, kuat sekali cengkeraman Henny sampai lututku terasa ngilu dibuatnya. Dipelintir, disedot tak karuan lagi rasanya, hanya nikamt surga kurasakan. Kugenjot makin kuat dan keras, terdengar bunyi ceplak.. ceplok.., karena basahnya bibir kenikmatan Henny. Selama 10 menit dengan posisi itu, Henny berteriak-teriak histeris karena penisku menyentuh mentok rongga dalam vaginanya. Seprei sudah acak-acakan dan cakaran-cakaran nikmat banyak tergores dipunggungku. Karena aku sudah lelah dan Henny juga loyo, tak terasa sudah 3 jam berlalu, dengan seluruh fantasiku, kupaksakan diri untuk segera orgasme. Dengan beberapa sodokan kilat, aku mengerang keras sambil menjambak rambut Henny. Demikian juga Henny mengerang keras makin menyedot-nyedot penisku di dalam, kedua pahanya menggapit pinggulku kuat sekali. Kepalanya bergoyang tak beraturan lagi.

"Ahh.. ahh.., Hen.. aku keluar Hen! Ahh.. Ohh.., ayo sama-sama, Hen..", pintaku.
Crott.. crott.. crott.., tembakan cairan spermaku keras menyembur di liang kenikmatan Henny. Demikian juga Henny.
"Robby.. Robby.., peluk aku Rob, nikmat Rob, nikmat sekali..", lenguhnya keras sekali.
Serr.. serr.. serr.., cairan itu dimuntahkannya. Terasa oleh penisku ada semburan hangat menerpa dan banyak sekali, deras..! Kami berdua lemas, lelah dan aku rebah disampingnya, diapun memiringkan tubuhnya tanpa mencabut penisku dari liang kenikmatannya.
"Robby, thanks berat yach! Aku ngga nyangka bisa orgasme 4X dalam sekali permainan. Kamu hebat bisa bikin aku gini. Aku takut kehilanganmu Rob, please jangan pernah lupakan aku yach..", cetusnya.
"Suamiku kalau ML denganku, ngga lebih dari 3 menit udah muncrat.., aku ngga pernah orgasme sekalipun, ini udah 7 tahun pernikahanku", keluhnya.
Tanpa terasa airmatanya menetes lagi dan kusuap dengan jariku penuh kasih sayang dan kuyakinkan dia bahwa aku akan selalu menyayanginya.
"Henny sayang, kapanpun kamu butuhkan aku, aku siap memuaskanmu. Suamimu di rumah, kamu call HP-ku, kita atur pertemuan di P Cottage yach..", pesanku.
Aku cabut penisku yg masih tegang dan kami berdua mengakhirinya dengan mandi bersama dan kami tidak jadi dinner karena sama-sama lelah dan terpaksa aku menginap di rumahnya sampai mentari menyingsing di ufuk timur. Bahagia sekali Henny pagi itu, bagaikan baru saja meraih piala Citra yang diidam-idamkan oleh para artis film Indonesia.

Demikian kisah nyataku dalam memenuhi birahi istri temanku sendiri dan akan kulanjutkan kisah asmaraku dengan Henny dalam episode berikutnya yang lebih seru dimana Henny merekomendasikan 2 temannya dengan status istri, untuk menikmati kebahagiaan seperti yang dirasakannya.

Tamat

0 komentar:

Posting Komentar