Kamis, 01 Oktober 2015

Gairah Di Persimpangan Jalan

Ari Rumaidi adalah salah salah satu mahasiswa Informatikan PTS swasta terkemuka di Jakarta bertinggi badan 170 cm dan berat badan 58 kg, berkumis tipis, tidak begitu kekar memang akan tetapi otaknya sangat brilian dalam hal mengotak-atik serta pemograman komputer. Ia juga mempunyai bengkel servis Handphone yang ia kelola sendiri dengan si Mamat tukangnya. Biasanya liburan semester seperti ini Ari pulang ke rumah neneknya di Bandung atau pulang ke rumah orang tuanya di Semarang, akan tetapi liburan kali ini Ari sedikit malas dan ia pilih mengotak-atik elektronik di kios sevis HP-nya di salah satu Mall terkemuka di Jakarta.

"Selamat siang Ari," sapa suara cewek lembut nan menawan.
"Yach.. siang.." jawab Ari seraya medongakkan kepalanya ke arah suara itu.
"Eh.. Shinta.. tumben kemari, dari mana saja kamu?" tanya Ari.
Shinta adalah "kembang kampus" ditempat Ari kuliah dan Ari sudah mendengar selentingan bahwa Shinta juga sering gonta ganti laki-laki namun Shinta dan Ari beda fakultas. Kadang Shinta terlihat berjalan bareng dengan cowok muda cakep kemudian ganti dengan om-om senang, lantas beberapa waktu lalu Shinta akrab dengan Sony teman sefakultas Ari dan baru beberapa minggu mereka tidak terlihat lagi bermesraan.

"Ini Ar! HP-ku ngadat tolong betulin yach.." seru Shinta seraya menyerahkan HP-nya kepada Ari.
"Tumben Ar nggak liburan ke Bandung, kan di sana banyak mojang-mojang nan menawan?" selidik Shinta.
"Nggak.. males saja mendingan cari duit, sini coba aku periksa," kata Ari seraya berdiri meminta kemudian memeriksa HP Shinta.
"Ar! emmhh.. bisa ditunggu nggak," tanya Shinta.
"Nggak usah dech.. entar malem aku anterin ke rumah kamu, kasih saja alamatnya." kata Ari dengan menyodorkan secarik kertas.
"Itung-itung main ke rumah kamu, aku kan belum pernah sama sekali." sambung Ari.
"Thanks.. tapi gue punya kartu nama khok, nich" Shinta menyodorkannya kepada Ari.
"OK, tunggu entar malem yach jam 19:30" sahut Ari.
"Jangan Ar! jam 21:00 saja, soalnya aku ada janji dengan keponakan gue," cegah Shinta.
"Ehem.. keponakan apa kepenakan?" ledek Ari.
"Iiich.. sebbel dech.." kata Shinta sambil mencubit lengan Ari. Ari hanya bisa meringis saja dan melihat Shinta berlenggok ria dengan pingulnya yang aduhai.
"Huuhh.." keluh Ari.

Memang, siapa yang tidak kenal dengan Shinta di kampus itu, disamping dia anak pejabat ia juga betul-betul cantik. Tubuhnya sekitar 167 cm, badannya tinggi langsing dan kulitnya kuning langsat bak pengantin, namun ia juga terkenal sombong dan materialistis dimata cowok maupun cewek. Payudaranya seksi 36 dan rambutnya tergerai indah. Bibirnya seksi kelihatan kecil namun tebal dan bergigi indah apalagi kalau tersenyum dengan lesung pipitnya. Ari sendiri orangnya liberal namun tidak pernah berpikiran buruk terhadap gadis manapun, ia hanya berkonsentrasi pada bisnisnya.

Pukul 20:00 Ari mulai memacu Kijang hadiah ulang tahunnya yang ke-20 dari ayahnya dua tahun lalu dan hampir 45 menit Ari sudah menemukan alamat Shinta. Ari sengaja berpakaian santai mengenakan celana pendek komprang dan T-shirt made in Dagadu bermotifkan kartun lucu karena disamping ke rumah Shinta ia sebenarnya akan main ke rumah Sri pacarnya untuk menyerahkan HP teman sekost Sri. Ia lantas membelokkan kijang kesayangannya itu ke arah gerbang kemudian turun untuk memencet bel.

"Treett.. Treett.. Treett.." suara bel telah berbunyi.
Agak lama ia menunggu kemudian datanglah pembantu Shinta untuk membukakan gerbang.
"Nggak usah dibuka Bik, aku cuman nitip ini buat Shinta." sergah Ari sambil menyerahkan HP Shinta kepada Bik Ijah.
"Ngg.. tapi Mas, tadi Non Shinta pesen kalo ada Mas Ari disuruh masuk dul.." belum habis Bik Ijah berkata kata Shinta menyahut dari kejauhan.
"Ari.. masuk dulu, soory aku habis mandi nich.. aku tunggu di ruang tamu yach!" teriak Shinta.
Ari tidak menjawab, segera setelah Bik Ijah membukakan gerbang ia memasukkan kijangnya ke halaman namun Ari sempat melirik ke gumpalan pantat Bik Ijah yang masih padat.

Rumah itu berhalaman luas dan berhiaskan taman nan elok serta kolam ikan lengkap dengan air mancurnya.
"Mas Ari mau minum apa?" tanya Bik Ijah setelah Shinta menyilakan Ari duduk.
"Jahe hangat boleh?" jawab Ari singkat.
Sebelum Bik Ijah menghilang dari depan Ari, ia melihat Bik Ijah sempat memberikan senyuman genitnya kepada Ari.
"Dasar genit.. tapi bahenol juga itu Bibik," batin Ari sambil melirik ke arah Shinta dan Shinta tersenyum penuh arti di mata Ari.
"Aku baru saja datang dari rumah Sony, kami pun bertengkar hebat karena Sony orangnya pencemburu berat," Shinta mencoba menjelaskan.
"Lagian dia juga.." Shinta menghentikan pembicaraannya sejenak dan matanya menerawang jauh.
"Dan akhirnya kami pun berpisah.." imbuh Shinta datar, Shinta kemudian menyilangkan kedua pahanya yang bulat mulus itu, tungkainya kecil dan indah.

"Dilihat dari tungkainya, Shinta mempunyai nafsu seks besar dan tenaga si Sony rupanya tenaga ayam.." batin Ari, dalam hati Ari sendiri pun sudah mendengar kalau Shinta itu hasrat seksnya meledak-ledak bak merapi, hal itu dia dengar dari salah seorang sahabatnya yang pernah menjadi gacoan Shinta. Dari penjelasan Shinta, Ari tidak percaya 100% dilihat dari mimiknya yang tidak serius dan kata-kata Shinta yang tak sempat terucap tadi. Ari sendiri adalah cowok bertubuh langsing bukan atletis dan dilihat dari tinggi dan kepalan tangannya, penis Ari pasti lebih dari cowok-cowok lainnya. Panjangnya sekitar 15 cm dengan diameter 3 cm, Ari sendiri pandai berolah gerak di ranjang dan tanpa sepengetahuan teman-teman lainnya Ari sudah seringkali diajak kencan oleh tante-tante girang di Jakarta.

"Sorry, aku pakai ginian nggak pa-pa kan, abis mandi kan biar segar.." Shinta mencoba memohon karena ia hanya memakai sleeping jas tanpa BH. Kedua putingnya terlihat menggunung tegak ke depan sehingga kedua putingnya tersembul merangsang di balik sleeping jasnya.
"Nggak pa-pa kok, santai saja.. malah.. oh nggak.." kata Ari.
"Malah apa Ar.. kamu senang, kan?" tanya Shinta diikuti silangan kedua pahanya yang mulus.
"I.ii.iya.. eh.. nggak.." jawab Ari sekenanya.
"Nggak pa-pa Ar, kita udah sama-sama besar kok," seru Shinta menetralkan suasana kaku yang tiba-tiba menyelimuti mereka.
"Silakan diminum jahenya Ar?" kata Shinta mempersilakan Ari.
"Terima kasih Shint, oh iya nich HP-mu udah betul, kalo ada komplain hubungi aku yach." jawab Ari seraya meneguk habis jahe bikinan Bik Ijah.

Entah dicampur dengan ramuan apa jahe itu sehingga tubuh Ari terasa lebih hangat dan berdesir kencang darahnya. Bik Ijah memang pembantu yang hebat, selain dia pintar memasak dia juga pandai mebuat minuman berkhasiat.
"Bik Ijah memang masih muda sekitar 32 tahunan menurut taksiran Ari dan ia adalah bukan janda juga bukan gadis karena ia telah ditinggal entah kemana oleh suaminya sekitar 3 tahun lalu," jelas Shinta. Shinta lantas mencoba HP-nya dan ia meminta Ari keluar, ke halaman sebentar karena ia akan menghubungi HP Ari.
"Yach Shin.. suaranya bagus kok," jawab Ari singkat.
"Entar dulu jangan di tutup dulu," sergah Shinta.
"Emang ada apa Shint? udah bagus kok suaranya aku terima," kata Ari sambil berjalan ke arah ruang tamu kembali.

"Emmh.. kamu mau nggak tidur di sini entar malem?" pinta Shinta.
Ari kaget bukan kepalang karena hal ini tidak pernah ia bayangkan sama sekali dan ia tiba-tiba setengah gugup, sejenak ia terdiam namun batinnya bergejolak karena minuman jahe hangat dicampur telor bebek, merica dan madu murni.
"Mmm.. tapi.." kata Ari.
"Nggak pa-pa Papiku lagi ke Surabaya kok, biasa ada proyek dan Mamiku lagi ke Bandung karena ada acara keluarga," kata Shinta.
"Jangan ngeres dulu akh.." imbuh Shinta.
"Eh siapa yang ngeress, aku cuman bingung.. kan ada Bik Ijah!" sergah Ari.
"Aaakh.. ngak usah pakai alasan macem-macem, pokoknya mau kagak?" tanya Shinta.
"Boleh.." sahut Ari singkat.
"Kalo gitu kita ke ruang tengah saja yach sambil lihat televisi atau film bagus karena aku punya koleksi baru dari Papi saat dinas ke luar negri.." ajak Shinta.

Berdua mereka menuju ke ruang tengah nan luas itu, berhamparkan karpet hijau muda dan bantal bantal dacron besar. Di sisi ruangan itu ada sebuah sofa panjang mengahadap ke kolam renang Ruangan itu terpisah dengan ruang lain dan hanya terhubung dengan sebuah pintu, menghadap ke kolam renang di samping rumah. "Kolam renang itu sendiri terisolasi dari ruangan lainnya dan sangat privacy sekali apalagi berdua dengan dara cantik," Ari menghela nafasnya dalam-dalam.Sedetik tubuh Ari mulai nyaman di lingkungan baru tersebut, lantas mengambil sebatang kretek 76-nya kemudian mengambil tempat duduk di karpet. Shinta lalu menceritakan tentang diri dan keluarganya yang sudah terancam hancur, papinya punya WIL dan maminya juga sering berganti-ganti gigolo untuk melampiaskan hasratnya.

Malam semakin larut dan jam dinding sudah menunjukkan pukul 21:30, Ari dan Shinta masih terpaku di hamparan karpet menyaksikan acara TV yang kelihatan membosankan. Berkali-kali Shinta memindah channel akan tetapi tidak ada yang menarik kemudian setelah ngomong kepada Ari Shinta menyalakan VCD semi XX.
"Mau nggak liat BF daripada acaranya membosankan, aku punya dua nich?" tanya Shinta.
"Aku sich seneng saja.." jawab Ari datar dikuti kepulan asap harum kretek kesukaannya.
"Ach sialan, emang lo yang nggak seneng apaan?" kata Shinta sambil menyalakan VCD XX-nya.
Kedua insan itu ngobrol ngalor-ngidul sambil menikmati anggur merah kesukaan Shinta dan sesekali saling cubit.
Meskipun bukan pacarnya, akan tetapi Shinta adalah teman akrab Ari untuk tempat belajar mata kuliah yang Shinta sendiri tidak mampu mengatasinya. Biasanya Shinta konsultasi mata kuliah dengan Ari di bengkel kerja Ari di Mall dan sehabis itu Shinta traktir makan siang. Tak lebih dari itu memang hanya sebatas hubungan baik dan Ari juga tidak berani bertindak lebih jauh lagi karena takut Shinta tersinggung ataupun Ari bukan type Shinta.

Pada adegan ranjang, wajah Shinta nampak mulai memerah tegang menahan hawa nafsunya. Kedua pahanya yang sejak tadi diam kini mulai kelihatan gelisah dan ia coba untuk digesek-gesekkan sendiri. Ari tahu memang apa yang sedang dialami Shinta dan juga pernah dialami oleh Sri, pacarnya. Shinta dengan sedikit kaku mendekatkan diri kepada Ari dan berbisik, "Ar! mau nggak kamu puasin aku malam ini?" tanya Shinta mengharap. Tanpa menjawab Ari kemudian mendekatkan diri ke shinta yang bersandar pada sofa, lengannya dilingkarkan di pundak Shinta kemudian Ari membisikkan sesuatu ke telinga Shinta.

"Kamu horny malam ini Shin?" tanya Ari.
"Akkh.. pake nanya lagi, mumpung lagi sepi.." kata Shinta sewot seraya mendaratkan french kiss di bibir Ari.
"Bik Ijah kemana..?" tanya Ari.
"Mau main berdua dengan Bik Ijah, kata Sony sich mainnya Bik Ijah lembut menghanyutkan." imbuh Shinta.
"Tapi entar lo puasin gue dulu nanti kalo memang aku udah ngilu kita gantian." kata Shinta kemudian merebahkan dirinya di pangkuan Ari.
"Mmmpphh.. aku ingin kehangatanmu malam ini Arr, karena tak ada lagi yang aku dapat harapkan.." pinta Shinta sambil meraba penis Ari yang sudah mulai setengah tegang.
"Mmpph.. punyamu panjang and besar.. benar dugaanku.." bisik Shinta.
"Kamu pasti akan menggelinjang kegelian nikmat Shin." sahut Ari seraya mendaratkan french kiss.

Berdua mereka sudah hanyut dalam buaian cumbuan penuh birahi, Ari sendiri sudah sibuk dengan pekerjaan tangannya di kedua bukit kenyal Shinta yang semakin kenyal saja. Tubuh Shinta menggeliat bak cacing kepanasan dan perlahan tangan Ari turun ke arah perut Shinta melepas tali sleeping jasnya. Kini sleeping jas telah terbuka dan tubuh Shinta mulai kelihatan mulusnya, di sudut selangkangannya tumbuh rambut-rambut halus terawat dan tepat di bawahnya ada segumpal daging yang merekah berwarna pink.

Tangan Ari turun ke bawah lagi untuk menggapai vagina Shinta yang sudah mulai membasah, dengan tetap mencumbui bibir Shinta Ari mulai membuka bibir luar vagina Shinta yang tebal seksi itu.Kedua jari telunjuk dan jari tegahnya ia buka membentuk huruf V. Tangan "V" Ari itu mulai menggosok lembut, mengapit, menjepit lembut dan sesekali dibuka lebih lebar lagi. Sementara jempolnya menekan lembut klitoris Shinta untuk memberikan sentuhan yang luar biasa nikmatnya. Tubuh Shinta kini oleng diiringi desahannya, sleeping jasnya ia buka tergesa-gesa dan dihempaskan di sofa.

Tubuh mulus putih itu kini menggelinjang-gelinjang di pangkuan Ari, sentuhan tangan Ari tidak hanya terbatas itu saja dan pada suatu kesempatan telunjuknya masuk ke lubang vagina Shinta dan di tusuk-tusukan lembut. "Uuugghh.. oogghh.. oogghh.. Arr.. aaghh.. tusuk teruss.. sshh.. Arr.." pinta Shinta terbata-bata memelas. Matanya merem melek, kedua bibirnnya terbuka mendesis, mendesah dan kedua pahanya ia buka lebar-lebar menikmati sensasi yang ada. Tangannya mecoba menggapai karpet untuk diremas karena ia menahan rasa ngilu, geli dan nikmat bercampur jadi satu karena permainan dua jari Ari. Kepalanya terlihat sesekali terangkat tak kuat menahan sensasi dua jari dari Ari.

Shinta lalu melipat lututnya dan membuka lebar-lebar agar tangan Ari mampu membuatnya menggapai orgasme yang dirindukannya. Tubuhnya semakin bergelinjang hebat dan kini tangan Shinta mulai merangsek celana pendek Ari, kemudian dilemparkannya sembarangan lalu tangannya terlihat menelusup ke dalam CD Ari. Ari tampaknya terengah juga mendapat perlakuan seperti itu, apalagi dalam sekejap Shinta sudah melepas CD Ari dan melumat batang pejal nan hangat itu.

"Aaakkhh.." pekik Ari saat Shinta mulai mengulum "topi baja" penisnya. Sensasi yang ditimbulkan akibat lingkaran kepala penis itu membuat Ari tegang dan sejenak ia melepaskan kuluman di puting Shinta. "Sesshh.. ookhh.. Arr.." Shinta hanya bisa merintih saat Ari mulai merebahkan dirinya dan mengatur posisi Shinta di atas. Shinta berdiri merangkak dengan lutut kirinya sementara lutut kanannya tetap tegak bagi orang jongkok. Posisi demikian adalah posisi bagus untuk melakukan seks 69 karena dengan begitu selangkangan Shinta mengangkang maksimal dan vaginanya terlihat merekah pink. Dengan lahap Ari mulai mematukkan ujung lidahnya tepat di klitoris Shinta sehingga membuat Shinta kelonjotan, sementara kedua jari telunjuk dan tengahnya membuka, sesekali menggosok lembut bibir luar vagina Shinta. Si pemilik lubang hanya mampu mendesah saat lendirnya mulai melumasi lubang kenikmatan miliknya dan memberikan rasa geli yang amat nikmat.

"Aaaoogghh.. emmpphh.. sedoth teruss Arr.." desah Shinta ketika Ari mulai menghisap lembut bibir dalamnya dan dilain bagian tangan Shinta juga mulai melakukan pekerjaannya mengocok, kadang membelai lembut batang hangat milik Ari. Ari hanya bisa merasakan sedikit asin saat mani Shinta mulai meleleh sedikit demi sedikit dan dihisapnya hingga terasa kesat bagi Shinta.Shinta sendiri rupanya dendam dengan orgasme karena si Sony ternyata hanya ayam sayur dimata Shinta.

Kocokan Shinta di penis Ari sebaliknya tidak terasa nikmat bagi Ari karena Shinta kocokannya tak karuan alias ngawur. Shinta hanya konsentrasi menggapai nikmatnya orgasme dengan mulut Ari dengan gelitik kumisnya. Gelitik kumis Ari di lembah antara bibir luar dan bibir dalam membuat Shinta semakin erat mencengkeram penis Ari dan karpet. "Ooouugghh.. aakkhh.. aakkhh.. Arr.. oogghh.. kumismu.. gelii.. aaghh.. aahh.. aahh.. aku.. keluaarr.." ceracau Shinta tak karuan, pinggulnya dihempaskan ke belakang menekan wajah Ari, tubuhnya mendongak melepas cengkeraman tangannya di penis Ari. Wajahnya mendongak ekspresif, matanya merem melek, kedua tangannya terlihat meremas rambutnya, kedua bibirnya terbuka lebar dan mendesis kenikmatan. Lidahnya menjilat bergantian di kedua lapis bibirnya menjulur tak peduli suaranya memekik memenuhi ruang itu.

Ari masih terlihat menjilat sisa-sisa lelehan mani Shinta yang masih terlihat meleleh di bibir luar lubang vaginanya hingga kesat dan Ari telah mempersiapkan jurus kedua bagi Shinta.Ari kelihatan puas membuat Shinta kelonjotan. "Oogghh.. ooghh.. makasih Arr.. emmpphh.." Shinta masih terengah kelelahan.

Perlahan Ari membalikkan tubuh langsing Shinta dan kemudian menggotongnya.

"Mau kemana Yang?" tanya Shinta manja dan masih terlihat sisa-sisa orgasme pertamanya namun Shinta tidak protes sebagai tanda tidak kesetujuannya.

Dalam bopongannya Shinta mencoba meraih bibir Ari dan mengulumnya.
"Heemmhh.. Yang.. aku.. pasti akan kau buat puas malam ini," bisik Shinta.

Kedua tangannya tetap dililitkan di leher Ari, saat Ari mulai menyandarkan tubuh indah kebanggaannya di sofa panjang. Shinta hanya terlihat pasrah apa yang diperbuat Ari yang kini beringsut mengambil dacron kecil dan diselipkannya di bawah pantat Shinta. Shinta sadar bahwa ia hanya ingin menjadi obyek untuk beberapa kali tempo foreplay ini maka dari itu ia hanya pasrah apa yang akan diperbuat Ari padanya.

Ari berlutut dan sejenak memandangi vagina Shinta yang terlihat tambah mencuat dan merekah karena pengaruh ganjalan dacron kecil di pantatnya. Klitorisnya semakin kelihatan menonjol kenyal karena terangsang hebat. Ari melipat kedua lutut Shinta dan meletakkan kakinya bertumpu pada sofa sehingga kelihatan seperti jongkok lalu mengisyaratkan Shinta untuk membuka lebar-lebar. Shinta hanya terpejam dan mendesis lembut saat Ari mulai mencumbui lubang vaginanya.

"Hemmhh.. vaginamu..harum.. Shin.. dann.. emmhh.." puji Ari yang masih terlihat sibuk dengan hisapan dan kuluman di selangkangan Shinta.

"Oookhh.. hisapanmu.. aakhh.. Ari sayaangg.." rengek Shinta panjang saat Ari mulai membuka bibir luar vagina Shinta dan menghisap bibir dalamnya.

"Aduuhh.. aahhgghh.. aahhkk.. aakkhh.. uughghh.. ngg.. emmpphh.." Shinta mulai mengigil lagi.

"Ooohhkkhh.. aakkhh.." pekik Shinta tertahan saat tiba-tiba Ari merebahkan tubuhnya dan kembali mengangkat ke tepi sofa. Pantat seksi Shinta diletakkan di sandaran tangan sisi sofa tersebut dan kedua lututnya tetap terlipat dan pahanya mengangkang lebar.

"Uuugghh.. Arr.. mau diapain guee.." tanya Shinta lemah. Tubuhnya tergolek indah dan pinggulnya terangkat tinggi di sandaran tangan sisi sofa. Ari tergopoh-gopoh ke sisi pinggul Shinta di sisi sofa dan ia berlutut di sana, tangan kirinya mulai meremas lembut dada Shinta yang kenyal. "Oookhhk.. Yaanngg.. aakhh.. ookhh.. nikmathnyaa.. aahhgghh.." desah Shinta merasakan kecupan bibir Ari di labia minoranya. Sensasi akibat gelitikan kumis Ari dan pilinan tangan kiri Ari di puting kanannya membuatnya teregah-engah. Terlihat Shinta mulai meremas sendiri payudara kirinya, wajahnya tegang memerah menahan birahi yang amat sangat mendesak untuk disemburkan.

"Aaakhh.. aahhgg.. oohhgg.. oohh.. Arr.. aku mau keluaarr.. nikmatt.." pekik Shinta saat kecupan bibir Ari mulai menggesek lembut lemah vaginanya. Bibir dalam vaginanya terhisap lembut namun terasa kuat dan dahsyat, lubang vaginanya juga terasa penuh gerigi lembut lidah Ari yang menyusup ke sana. Vagina Shinta seperti menetek ke lidah Ari, sementara lidah Ari mulai menjulur keluar masuk di vagina Shinta.

"Akuu.. kelluuarr.. Arr.. aaggh.. sshh.. aaghh.. aaghh.. uugghh.. sshh.. ooh my god.. nikmath banget.." Shinta terpekik keras saat Ari menghisap dalam dan mengapit kedua bibir dalam vagina Shinta dengan kedua bibirnya sementara lidah Ari dijulurkan maksimal ke dalam lubang rahimnya dan mengaduk aduk G-spot Shinta.

"Arr.. aku nggak tahaann.. nngghh.. aakgghh.. oohh.. Arii.. mmpphh.." ruangan itu kini penuh dengan desahan histeris Shinta. Shinta sudah tidak mempedulikan Ari lagi dan ia hanya ingin segera dapat menyemburkan maninya banyak-banyak agar tubuhnya terasa ringan dan lega."Aaahh.. Arr.. Aku keluarr.. ooghh.. laagii.. aawww.. aaghh.." pekik Shinta mengakhiri orgasmenya yang entah keberapa. Tubuhnya kelonjotan, bergelinjang-gelinjang kenikmatan. Ari sendiri sebenarnya sudah merasakan orgasme saat Shinta menikmati permainan oralnya, lubang penisnya terlihat meleleh cairan bening. Ari masih mengulang-ulang permainan mulutnya di vagina Shinta kali ini ia berdiri merangkak mengangkangi Shinta.

"Arr.. udah doongg.. ayoo masukiinn.." rengek Shinta.
"Mmmpphh.. semakin harum saja lubangmu Shin, apalagi cairanmu ini.." kata Ari seraya membenamkan kembali wajahnya di lubang Shinta.
"Sluurrphh.. Sluurrphh.." suara lidah Ari kenikmatan.
"Aaawww.. aawww.. uugghh.. aa.. Arr.. Pleasee.. masukin.. cepet.." rengek Shinta lagi.
Rupanya Shinta sudah tidak kuat menahan geli yang amat sangat dari permainan lidah Ari apalagi kalau dihisap bibir dalamnya terasa ubun-ubunnya ikut terhisap. Shinta sudah hampir tak punya tenaga lagi terasa terkuras bersama semburan maninya berkali-kali.

Ari kemudian membimbing Shinta bersandar di sofa lalu memberikan french kiss yang lembut berdiri dengan lututnya, cukup lama kedua insan itu bercumbu. Ada sensasi lain yang ia rasakan selain nafsu dan kini hatinya sedikit gundah.

"Ar! makasih yach, permainanmu memang hebat.." puji Shinta.
"Maukah kamu." imbuh Shinta.

"Ssstt.. nggak perlu dilanjutin aku tahu kok apa yang kamu akan ucapkan, lagian permainanku kan belum puncak.." sergah Ari sambil menempelksn telunjuk kanannya di bibir Shinta.

Kedua insan itu lantas terdiam kemudian saling membisu.

"Shin, maukah kamu menjadi kekasihku, lebih dari apa yang kita lakukan sekarang..?" tanya Ari sembari melepas kecupan di kening Shinta memecah kesunyian.

Rupanya diam-diam Ari terpesona dengan ekspresi Shinta, demikian Shinta takluk di lutut Ari. Ari kemudian teringat Sri pacarnya yang ia pacari hampir 1 tahun lalu dimana Sri hampir tidak pernah mau dengan permainan oral Ari. Sri sendiri tidak begitu antusias dengan seks dan hal ini tidak seimbang dengan hasrat Ari.

"Ar! kamu udah tahu semua tentangku kan? dan aku tidak mau mengecewakan kamu." kata Shinta.
"Apa pun itu Shin aku menerimanya, aku juga bukan orang yang suci." balas Ari datar.
"Lagian kamu orangnya hebat, nafsunya hot dan yang paling aku suka adalah keenam bibirmu," puji Ari."Enam..?" Shinta penasaran.
"Iya emang kamu nggak merasa.. apa?" tanya Ari sambil menenggak jahe gingsengnya yang kini sudah mulai digin. Shinta masih tampak kebingungan dengan maksud Ari. Kemudian Ari mengambil tempat duduk di sebelah kiri Shinta lalu mengambil kedua paha Shinta dan ditempatkan di pahanya. Tangan kanannya merengkuh tengkuk Shinta yang kini tergolek di pelukannya.

"Aku suka tubuhmu yang indah Shin.. tinggi, pinggulmu panjang, bibirmu yang tebal ini mengingatkan aku seperti milik Titi DJ, pantatmu padat berisi apalagi ini.." puji Ari seraya mengulum puting Shinta.
"Emmpphh.." sedang tapi kenyal bukan main.
"Ditambah dengan ini.. keempat bibir bawahmu yang tebal lembut dan harum terawat," puji Ari tak henti-hentinya.

Shinta semakin melambung ke awan dengan pujian dan rayuan Ari, kini aliran darahnya mulai mengalir deras kembali dan hangat terasa di bagian bawah pori-porinya. Tubuhnya terasa haus pelukan lagi menandakan gairahnya terbakar lagi. Ari masih terlihat menjilat, mengulum seluruh bagian kepala Shinta, penisnya terlihat sedikit mengendor. Ari tahu bahwa Shinta mulai horny lagi dan kini ia meningkatkan tempo pemanasannya.

"Uuugghh.. aagghh.. aagghh.. Arr.. aku mau lagi, Yang!" rengek Shinta lagi.
"Kita ke kolam renang yuk.." ajak Ari, kemudian dalam sekejap Shinta sudah dalam bopongan Ari.
Keduanya terlihat mencebur kolam bersamaan. Ari dan Shinta berenang telanjang bersama dan sesekali bercumbu mesra. Lima belas menit kemudian naik ketepian dan berjalan ke arah tembusan pintu dapur.

"Bik Ijaahh.. temenin aku doongg.. pakai tuh baju renangku di kamar mandi.." teriak Shinta keras sambil mengetok pintu.
"Tapi Shin.." sergah Ari.
"Ar, rasanya aku nggak kuat dech meladeni nafsu kamu yang.." Shinta mencoba menghentikan perkataannya seraya mendekat ke Ari.
"Iya Neng Shinta.." sahut Bik Ijah dari dalam.

Setengah menit kemudian Ijah keluar dan sudah mengenakan pakaian renang milik Shinta dan handuk dililitkan di pinggulnya.
"Wow kalo begini ini sich bukan pembatu tapi pantas jadi nyonya rumah.." guman Ari.
"Tubuhnya sintal, dadanya menggunung 36B, kulitnya kuning mulus, pantatnya.. wow sungguh pemandangan indah.." Ari masih terkagum pada penampilan Bik Ijah.
"Hush.. jangan bengong.. aku duluan.." protes Shinta memecah lamunan Ari.

Kemudian Bik Ijah menceburkan diri ke kolam renang lalu berenang sepuas hatinya. Di sisi kolam Ari dan Shinta mulai bercumbu, Shinta mengapitkan kedua pahanya di pinggul Ari karena kurang tinggi. Ari bersandar di tepian kolam dan mencumbui leher dan bibir Shinta bergantian."Emmhh.. oogghh.. aagghh.. Arr.. shhss.." desah Shinta memulai permainannya. Ijah mendekat ke arah Ari dan Shinta dan mengambil tempat di belakang Shinta, Ia membantu mengikat rambut Shinta. Kemudian Ijah perlahan melepas pakaian renangnya dan menempelkan dada motoknya di punggung Shinta.

"Ooohh.. hangat.. tetekmu.. Biik.. oohh nikmat Ar.." Shinta terbata. Ijah kemudian menggosok dan sesekali menekan sambil diputar payudaranya di punggung Shinta secara teratur.
"Emmphh.. aakhh.. aagghh.. sshh.. nngghh.. Ohh Arii.. lidahmu.. gelii.. oogghgh.. Ijah.. Ijahh.. oogghh.. tetekmu.. ooghh putingmu gelii.." ceracau Shinta tak karuan.

Ari melepaskan satu tangannya dari bokong Shinta dan melesak ke selangkangan Shinta.
"Aawww.. uughh.. pelan-pelan Arr.." Shita kesakitan karena Ari sedikit kasar tadi.

"Ar! penismu udah tegang.. masukin yach," rajuk Shinta lalu merapatkan kedua dadanya ke dada Ari dan menggeser ke belakang pinggulnya.

Sedetik kemudian..
"Slerrpphh.." dan, "Aaagghh.. aagghh.. oohh.. penismu panjang, Yang.." desah Shinta yang kemudian menggoyang pinggulnya pelan.

"Emmpphh.. oohh.. Arr.. nikmat Sayangg.." Shinta merem melek. Sensasi yang ia rasakan adalah kehangatan diantara dua tubuh dan sensasi pijatan air akibat gerakan maju mundurnya.Shinta masih bergelayut di pundak Ari, wajahnya expresif miring ke kiri sementara Ari melingkarkan lengannya di tubuh kedua wanita itu. Ari memainkan lidahnya di rongga Ijah untuk mencumbui wanita bahenol itu dan tampaknya Ijah sudah sangat terangsang. Permainan mulutnya sangat lembut dan penuh birahi, wajahnya memerah menahan birahinya.

"Mmmpphh.. Mass Arii.. ookhh.." desah Ijah.

"Biik puter lagi putingmu.. cepeeth.. aaughh.. aku.. aakk.. takk.. kuuwww.." Ijah tidak menjawab namun kedua putingnya ditekan keras lalu diputarnya, kedua tangannya memilin dan meremas payudara Shinta. Ari sendiri melepaskan kedua sanggahan tangannya di pantat Shinta karena Shinta sudah mempererat himpitan kedua pahanya di pinggangnya. Tangan Ari lalu menjelajahi pantat Ijah kemudian membukanya dan mulai permainan kedua telunjuknya di area antara vagina dan pantat Ijah. Telunjuknya ia gosokkan pelan dari arah belakang. "Ssshh.. oohh.. Mass.. sshh.. Arii.. tusuk lebih dalaam Mass.." Ijah mulai menggigil.

"Arr.. aawww.. aawww.. eengghh.. oogghh.. Aku keluaarr.. aahh.. aahh.. aahh.. oogghh.. ouughh.. sshh.. Arii.. aku gellii.." Shinta lalu mencabut gigitan vaginanya karena geli menahan orgasmenya kali ini. Ia mendorong kuat-kuat kedua kakinya ke dinding kolam sampai Ijah terhempas ke belakang dan gelagapan.

Kemudian Shinta berenang ke tepian, berjalan mengambil handuk lalu duduk di kursi menenggak jamu bikinan Ijah. "Maaf Bik, aku tadi ngilu banget.. sekarang milikmu.." Ari sejak tadi hanya terdiam karena spermanya sebetulnya tadi ingin segera ia semprotkan ke rahim Shinta kini tertunda. Akan tetapi kekecewaannya terobati setelah Ijah mendekatinya lalu mengajaknya ke tepian kolam. Ijah memposisikan dirinya doggy style kesukaannya dan dari sisi kolam yang dangkal Ari menghujamkan 16 cm penisnya keras-keras ke vagina Ijah. Ijah sendiri sebetulnya suka seks gaya sedikit keras dan tampaknya ia menikmati kocokan Ari.

Kocokan demi kocokan Ijah terus melenguh, mendesah, kadang menghempaskan tubuhnya menahan geli akan tetapi Ari kali ini tidak mau melepaskan mangsanya begitu saja, ia mencengkeram pinggul Ijah erat membuat Ijah semakin kelonjotan berteriak-teriak kegelian bercampur nikmat yang amat sangat. "Mass.. Arrii.. akuu.. aaghh.. aaghh.. aaghh.. oohh.. mauu.. lagii.." teriak Ijah panjang. Ari mekin keras menghujamkan penisnya ke dalam rahim Ijah dan semenit kemudian Ari dan Ijah berteriak keras bersamaan melepas semua beban birahinya. Shinta hanya tersenyum kelelahan di kursi sana lalu menawarkan minuman penghangat bagi Ari dan Ijah. Malam bergulir seiring dengan desahan manusia yang haus seks di rumah itupun mengiringi datangnya sang fajar.

Seminggu setelah kejadian itu, Ari putus dengan Sri dan resmi menjadi pacar Shinta dan rasanya mereka cocok dalam hal seks. Beribu macam gaya telah mereka lakukan untuk meraih kepuasan birahinya. Ijah sendiri kemudian menjadi wanita panggilan papan atas, atas saran Shinta daripada hanya sebagai pembantu.

TAMAT

0 komentar:

Posting Komentar