Senin, 01 Juni 2015

Pertukaran di Puncak

Hari Sabtu kami (aku dan Lily istriku) berangkat menuju ke Puncak sesuai rencana, kami akan bertemu dengan Erwin dan Diana istrinya di Puncak Pass, kemudian bersama-sama menuju ke vila keluarga di daerah Cipanas.

Pukul 11.00 siang kami sudah berada di Puncak Pass, ternyata Erwin dan Diana sudah menunggu kedatangan kami. Dengan memakai rok terusan berbelahan dada agak rendah tanpa lengan, Diana kelihatan begitu cantik, apalagi dengan rambut yang dipotong pendek sehingga menambah pesona dirinya, terlihat lehernya yang putih jenjang.

Setelah makan dan berbincang sebentar kami sepakat untuk menukar penumpang, Lily istriku ikut mobil Erwin begitu sebaliknya Diana ikut mobilku. Beriringan kami menuju ke Cipanas dengan mobil Erwin di depan. Jalanan sudah mulai padat, sehingga kami mulai kehilangan pandangan atas mobil Erwin. Selama perjalanan menuju vila, tangan Diana mulai menggerayangi selangkanganku, sesekali kubalas dengan elusan di pahanya dengan menyingkap roknya ke atas paha.

45 menit kemudian sampailah kami di vila keluarga P.Gun, ternyata mobil Erwin belum kelihatan. Tempatnya cukup terpencil dan jauh dari keramaian, hanya hamparan kebun teh di sekelilingnya, tidak ada tetangga atau vila lain dalam radius ratusan meter. Vila tersebut sangat besar dengan 5 kamar tidur dan kolam renang yang besar, bangunan untuk pengurus vila terletak jauh di belakang yang dihubungkan jalan setapak melewati taman.

Diana segera memberi instruksi ke pengurus rumah agar acara kami tidak terganggu, mengijinkan mereka pulang selama kami di sini, kecuali siang untuk membersihkan dan menyiapkan makan siang, jadi praktis vila tersebut tanpa pembantu yang mengganggu.

Kemudian Diana kembali ke teras depan dimana aku duduk sambil menikmati indahnya pemandangan dan sejuknya hawa pegunungan. Langsung saja dia duduk di pangkuanku. Tanpa menunggu lebih lanjut, kupeluk tubuhnya dan kami berciuman di kursi teras depan diselingi angin sepoi daerah puncak yang dingin.

"Disini lah pertama kali aku melayani Erwin dan Papanya." bisiknya sambil menjilati telingaku.
Tapi aku tidak terlalu memperhatikan, tanganku segera menjelajah ke tubuhnya yang menantang, buah dada adalah sasaran pertamaku, masih terasa kenyal dan padat seperti yang kurasakan beberapa waktu yang lalu. Kuremas dengan penuh nafsu pada kedua bukit di dadanya secara bergantian, sementara tanganku satunya membuka resluiting baju di belakang. Sekali terbuka maka rok terusan itu merosot turun hingga ke pinggang, dan tampaklah buah dadanya yang putih mulus dengan berbalut bra satin biru tua, sungguh kontras dengan kulitnya yang putih mulus, menambah sexy tubuhnya.

Ciumanku mulai mendarat di leher jenjangnya, tanganku tidak pernah lepas dari dada Diana. Dia hanya menggelinjang dan mendesah ketika lidahku menjelajahi lehernya, terus turun hingga bahu dan berputar di sekitar dada. Dinginnya udara puncak tidak dapat mengusir panasnya birahi kami berdua. Diana menjambak mesra rambutku ketika putingnya kukeluarkan dari bra-nya dan kupermainkan dengan lidahku, sambil tanganku mulai menyelinap di balik roknya dan menjelajah di sekitar pangkal pahanya yang masih tertutup celana dalam halus. Terasa lembab dan basah di antara pahanya.

"Sshh.. agh..!" desahnya di dekat telingaku sambil sesekali mengulum daun telingaku, membuatku kegelian dalam kenikmatan.
Akhirnya dengan sekali sentil di kaitan bra, maka terlepaslah bra dari tempat semestinya. Kini terpampang tepat di wajahku kedua belahan buah dada yang putih montok dengan puting yang kemerahan, sungguh indah dan menantang untuk diremas dan dikulum. Maka segera kudaratkan bibirku di antara kedua bukit itu dan kembali lidahku menjelajahi kulit mulus itu terus mendaki ke puncak bukit.

Kuputar-putar jilatanku di sekitar putingnya sebentar, lalu kukulum putingnya dan kusedot dengan gigitan-gigitan ringan nan nakal. Diana makin menggelinjang, pantatnya mulai digoyang-goyangkan di pangkuanku, sehingga menekan dan menggesek-gesek kemaluanku yang sudah menegang. Tangan kiriku sudah masuk di balik celana dalamnya yang basah. Mulanya satu jari masuk ke liang vaginanya, kemudian dengan dua jari kukocok vaginanya sambil kusedot kedua putingnya secara bergantian.

"Aaghh.. yess.. yaa.. truss.. sshh..!" desahnya makin kencang tidak perduli dengan suasana sekitar, bahwa kami masih di teras villa.
Goyangan pantatnya makin kencang seirama kocokan jariku di vaginanya. Kemudian dia berdiri, dengan sendirinya roknya merosot ke bawah, hingga tinggal celana dalam yang masih menempel, sekali tendang terlemparlah rok itu entah kemana.

"Nggak adil, aku sudah hampir telanjang horny tapi kamu masih lengkap." katanya sambil melepas kaosku dan langsung jongkok di depanku.
Dibukanya celanaku dan dikeluarkannya alat kebanggaanku dari sarangnya.
"Aku rindu batang besar ini..!" katanya sebelum bibirnya mungilnya menyentuh ujung kejantananku yang menegang.
Ujung kejantananku sudah basah, lidah Diana menari-nari di lubangnya sambil tangannya mengocok batangnya. Kepala kejantananku sudah berada dalam kuluman mulut manisnya, sementara tangannya menjelajah ke bawah ke kantong bola, dan tangan satunya memilin ringan putingku. Aku begitu terangsang dan kelojotan kenikmatan dibuatnya.

Kupegang kepalanya dan kugoyangkan pinggulku sehingga aku dapat mengocok mulutnya dengan kejantananku. Meskipun Diana tidak dapat mengakomodasi semua kejantananku yang 17 cm panjang dan 4 cm diameter, tapi dia cukup memberi rangsangan dengan menggoyang-goyangkan kepala saat kukocok mulutnya. Diana seperti kewalahan menghadapi kocokanku di mulutnya. Kuangkat tubuhnya, kutarik celana dalamnya ke bawah hingga terlepas lalu kutelentangkan di meja teras tubuh telanjangnya.

Baru kali ini aku dapat melihat dengan jelas tubuh telanjang Diana, begitu putih mulus dan padat berisi, sungguh beruntung Erwin mendapatkan istri Diana dan sungguh beruntung aku dapat ikut menikmati tubuh indah dan seksinya. Aku jongkok di antara pahanya, kucium aroma khas dari vaginanya yang sudah basah, kembali kumasukkan jariku ke liang vaginanya sambil kujilati klitorisnya yang merah mudah dan dikelilingi rambut halus tipis di sekelilingnya.

Diana menarik rambutku dan memaksanya untuk masuk lebih dalam lidahku ke vaginanya. Jilatan lidahku langsung menelusuri bibir vaginanya hingga akhirnya mengganti kocokan jari tangan dengan kocokan dan jilatan lidah di vagina basahnya. Diana kembali mendesah atau lebih tepatnya teriak histeris dalam gelombang kenikmatan. Tidak mau 'menyiksa'-nya lebih lanjut, maka aku berlutut dan mengatur posisiku di antara kakinya yang kurentangkan terbuka lebar. Karena aku masih ingat pada pertemuan terakhir, lubang vagina Diana terlalu sempit untuk ukuran kejantananku, hingga dia menjerit pada saat awalnya.

Dengan perlahan kuusap-usapkan kepala kejantananku di bibir vaginanya. Aku tidak mau terlalu bernafsu untuk segera memasukkan ke dalam, karena itu akan membuat dia kesakitan. Setelah kurasakan cukup, perlahan kudorong kejantananku masuk sedikit demi sedikit sambil menikmati expresi di wajah cantik Diana ketika menerima kejantananku di vaginanya yang sempit. Kulihat dia menggigit bibir bawahnya yang mungil dan tangannya meremas pinggiran meja.

Aku menghentikan sesaat doronganku untuk memberi dia kesempatan bernapas, kemudian kulanjutkan untuk membenamkan sisa dari batang kejantananku di vagina Diana. Setelah semua masuk, kudiamkan sejenak untuk kembali menikmati expresi wajah Diana yang memerah dalam kenikmatan.
"Sshh.., yess.., lakukan dengan pelan..!" katanya pelan bercampur desahan.
Perlahan kutarik kejantananku keluar dan memasukkan lagi dengan pelan, semakin lama semakin cepat hingga aku dapat mulai melakukan kocokan-kocokan ke vaginanya.

"Yess.. ya.. ouugghh.. yess.. good.. I love it.. I like it.. I miss it..!" desahnya.
Tangan Diana sekarang meremas kedua buah dadanya sendiri yang dari tadi bergoyang-goyang mengikuti goyangan atas kocokanku. Dipilinnya sendiri kedua putingnya sambil tetap mendesah dan mengerang dalam kenikmatan birahi. Kunaikkan kedua kakinya ke pundakku, sesekali kujilat dan kukulum jari-jari kakinya sambil mengocok vaginanya, Diana makin menggelinjang.

"Ougghh.. sshhit.. aaku.." belum sempat dia menyelesaikan desahannya, kulihat tubuhnya menegang dan kurasakan denyutan dan remasan dari dinding vaginanya.
Kemudian tubuhnya terkulai lemas di atas meja teras, aku masih belum menyelesaikan hasratku, bahkan belum separuhnya terpenuhi.
"Udah Hen, istirahat dulu, aku udah keluar, enaak banget, lemes nih..!" katanya memelas padaku.
Tidak kuperdulikan permintaannya, kocokanku makin kutingkatkan frekuensinya. Diana melotot padaku, tapi jadi tambah cantik dan lebih menggairahkan.

Kemudian kutelungkupkan tubuhnya di atas meja dan kakinya berlutut di lantai, aku masih ingin menikmati anal sex padanya tapi belum kesampaian. Kulakukan seperti yang dilakukan dengan suaminya di Singapore tempo hari, dimana dia mendapatkan double penetration denganku di vagina dan suaminya di anal.

Kuusapkan kejantananku yang basah di analnya, tapi Diana menolak, dia membimbing kejantananku ke vaginanya. Maka tanpa menunggu lagi, kusodokkan kejantananku dengan keras ke vaginanya.
"Aauugghh.. yess..!" dia menjerit kaget, tapi terus berlanjut dengan kenikmatan.
Kupegangi pantatnya dan kutarik maju mundur seirama dengan kocokanku. Dengan posisi seperti doggie style, penetrasi kejantananku di vaginanya dapat masuk ke dalam dan kurasakan kepala kejantananku menyentuh seperti rahimnya.

Kocokanku semakin lama semakin keras menghantam dinding vaginanya, kuputar-putar pantatku untuk memberikan gairah erotik pada Diana. Kedua tangan Diana kupegang dan kutarik ke belakang, kini dia bergantung pada tangannya yang kupegangi. Tidak lama kemudian kepalanya digoyang-goyangkan pertanda dia kembali mengalami orgasme hebat, tapi tetap aku tidak mau menghentikan kocokanku. Aku kembali duduk di kursi, Diana kutarik ke pangkuanku. Perlahan dia menurunkan pantatnya sehingga kejantananku melesak mulus masuk ke vaginanya.

Kini giliran dia ambil kendali. Diana mulai menggoyang goyangkan pantatnya, sehingga kejantananku terasa dipelintir di dalam vagina. Kusedot dan kupermainkan puting buah dadanya yang bergoyang-goyang di depan wajahku. Diana kembali mengimbangi permainan ini dengan posisi seperti itu dia bebas berkreasi, baik bergoyang maupun turun naik, ganti aku yang dibuat kelojotan olehnya. Dari expresi wajahnya aku yakin dia sudah orgasme untuk kesekian kali dengan posisi seperti ini. Dia sungguh menikmati posisi seperti ini.

Aku sudah hampir sampai di puncak kenikmatan ketika tiba-tiba kudengar bunyi klakson mobil dari luar pagar, tentu saja mengganggu kenikmatan dan konsentrasi kami berdua.
"Sialan..!" gumanku karena puncak yang sudah hampir terengkuh buyar begitu saja.
Diana hanya tertawa menggoda mendengar gerutuanku, tentu saja dia sudah mendapatkan puncak kenikmatan birahi beberapa kali sementara aku belum. Dia segera turun dari pangkuanku. Dengan tetap telanjang kemudian lari menuju pintu pagar yang tinggi dan tertutup fiber, lalu membukanya. Masukklah mobil Mercy Erwin ke halaman vila.
Setelah parkir di sebelah mobilku, Erwin dan Lily keluar dari mobil. Kulihat sepintas Lily menenteng celana dalam dan bra yang aku masih ingat tadi dipakainya sebelum berangkat.
"Apa yang telah mereka lakukan tadi..?" pikirku.
Belum sempat berpikir lebih lanjut, Erwin menyapaku duluan, "Wah wah wah.., rupanya kalian sudah mulai dan tak sabar menunggu kedatangan kita..?"
Diana sudah langsung menceburkan diri ke kolam renang di samping teras. Dengan telanjang tenang saja dia berenang. Aku tidak dapat mengikuti dia berenang karena memang aku tidak dapat berenang, tidak seperti istriku yang hampir tiap minggu berenang.

Ketika Erwin dan Lily sampai di teras, kutarik lengan istriku, kupeluk dan kucium lehernya. Bau sperma masih menyengat dari wajahnya.
"Aku ingin menyelesaikan permainan yang kamu ganggu tadi." kataku sambil meremas buah dadanya yang ternyata memang sudah tidak memakai bra.
"Tanya dulu sama dia, bukankah kita sudah sepakat..?" kata istriku menggoda sambil menoleh ke Erwin yang masih berdiri di belakangnya.
Erwin hanya tersenyum, "Boleh.., tapi setelah aku selesai dengan dia." jawabnya kalem, tapi tidak terlalu kuhiraukan.

Tanganku meremas pantatnya, kembali kurasakan kalau istriku sudah tidak memakai celana dalam di balik rok mininya, berarti Erwin sudah selesai dengan istriku, pikirku. Kembali aku mencium istriku, Erwin mendatangi istriku dari belakang, disibakkannya roknya ke atas hingga tampak pantat istriku yang telanjang. Erwin mengeluarkan kejantanannya tanpa membuka celana dan bajunya, hanya membuka resluiting celana. Dia mengusap-usapkan kejantanannya di pantat istriku yang kemudian mencondongkan tubuh dan mengangkat kaki kanannya hingga memudahkan Erwin untuk memasukinya dari belakang dengan tanpa melepas ciumannya dariku.

Lily istriku sedikit tersentak dan mendongak ke atas pertanda Erwin sudah berhasil membenamkan kejantanannya ke vaginanya. Sambil tetap memeluk tubuhku, istriku menerima kocokan Erwin dari belakang, sementara Erwin memegang pinggul istriku untuk lebih menghunjamkan kejantanannya lebih dalam di vagina. Istriku mulai mendesah kenikmatan di telingaku saat menerima kocokan ganas dari Erwin. Sodokan dan hentakan Erwin dapat kurasakan dari pelukan istriku.

"Yeah.. uugghh.. yess..!" desah istriku makin keras di telingaku sambil tangannya mulai mengocok kejantananku yang masih basah dari sisa Diana.
Aku mengimbangi dengan remasan-remasan di dadanya dan jilatan di leher, kocokan tangannya semakin keras sekeras sodokan Erwin padanya. Kulepas kaosnya dan rok mininya lewat atas, Erwin juga mengikuti melepas baju dan celananya hingga telanjang, karena dia juga sudah tidak bercelana dalam, maka itu dilakukan tanpa melepaskan kejantanannya dari vagina istriku.

Kini kami semua sudah telanjang bulat. Dan permainan diteruskan, kami main bertiga dengan Erwin sebagai leader karena dia sebagai 'owner' dari istriku saat ini dan aku adalah 'guest of honornya'. Dan aku harus terima kenyataan ini karena saat ini sebenarnya 'haknya' Erwin atas istriku dan sebaliknya 'hakku' atas istrinya. Sepintas kulihat Diana melihat permainan kami dari kolam renang, dia menikmati pertunjukan dimana suaminya sedang mengocok istriku di hadapanku. Tentu nanti akan terjadi sebaliknya, pikirku.

Lily membungkukkan badannya, kini kepalanya sejajar dengan kejantananku dan siap mengulumnya, ketika Erwin makin mempercepat tempo permainannya. Kami bergeser ke meja, istriku telentang di atas meja dan Erwin mengambil posisi di antara kakinya, aku mendekatkan kejantananku ke mulutnya yang segera disambutnya dengan kuluman ganas. Dengan sekali sodok ke vagina, melesakklah kejantanan Erwin kembali ke vagina istriku, dan langsung memompa dengan cepat. Tangannya meremas-remas kedua buah dada istriku sambil memilin putingnya dengan ringan.

"Uugghh.. eemmpphh.. eerrhh..!" desahan istriku yang tertahan keluar di sela kulumannya.
Ketika aku hampir memuncak, Erwin menarik kejantanannya dan menggeser ke posisiku untuk bertukar tempat, segera kami berganti posisi. Seperti halnya Erwin, dengan sekali sodokan keras kulesakkan kejantananku ke vagina istriku.

"Aauugg.. sshhitt..! Pelaan doong..!" teriak istriku sambil melepas kulumannya pada kejantanan Erwin.
Aku lupa kalau kejantanan Erwin tidak sebesar punyaku, sehingga istriku terkaget menerima sodokan kasar itu. Tapi tidak lama kemudian dia sudah dapat menguasai diri dan mengikuti irama kocokanku yang semakin cepat dan keras.

Tidak lama kemudian Erwin menyemprotkan spermanya di mulut istriku, Lily seolah menikmati aroma rasa sperma dan menjilati sisa di kejantanan Erwin hingga bersih. Tidak lama kemudian kocokanku makin keras dan tidak beraturan, dan menyemprotlah spermaku di vagina istriku bersamaan dengan dia mengalami orgasme. Aku segera menarik keluar dan menyodorkan ke mulutnya, kembali dia menjilati sisa sperma yang ada di kejantananku hingga bersih.

Kucium kening istriku dan kami bertiga menuju ke kolam renang untuk bergabung dengan Diana yang dari tadi menikmati pertunjukan threesome kami. Erwin, Diana dan Lily langsung menceburkan diri ke kolam, sementara aku hanya duduk di kursi samping kolam melihat mereka bertiga mandi telanjang.

Tidak lama kemudian kunikmati pertunjukan bagaimana Erwin menikmati istriku di kolam renang. Lily duduk di tepi kolam renang, sementara kepala Erwin sudah di antara kedua kakinya menikmati nikmatnya aroma vagina istriku. Tanpa menghiraukan dinginnya udara sore, istriku lalu mencebur ke kolam, mereka langsung berciuman dalam air. Dari bayangan air yang tidak terlalu jelas, sepertinya Erwin menggendong istriku secara berhadapan dan kaki istriku menggapit pinggangnya.

Mereka kembali 'in action', Erwin mengocok istriku dari depan sambil menggendongnya, karena di air maka tubuh istriku dengan mudahnya di angkat naik turun hingga semua kejantanannya masuk ke vaginanya bercampur dengan air kolam. Aku tidak dapat memperhatikan mereka lebih lanjut karena Diana sudah mendatangiku dan mulai menciumi punggungku. Kemudian aku terlalu sibuk menikmati Diana hingga tidak memperhatikan permainan mereka lebih lanjut.

Sebelum malam tiba kami telah menyelesaikan satu ronde di sekitar kolam renang, tapi aku masih penasaran karena belum merasakan kuluman Diana saat aku orgasme dan belum berhasil mendapatkan anal darinya.

Setelah makan malam, kami semua duduk di sofa ruang tengah sambil nonton VCD, pakaian yang kami kenakan hanya untuk sekedar mengusir dingin, tapi tetap membikin horny yang melihat, seminim mungkin pakaiannya, bila perlu tidak usah kalau tidak kedinginan. Istriku bercerita kenapa mereka terlambat datang. Dengan tenangnya dia duduk di samping Erwin, dia mulai bercerita.

"Kami sengaja jalan dulu ke Pasar Cipanas untuk mencari VCD porno di kaki lima pasar. Ketika menuju vila melewati jalanan setapak itu, kami menghentikan mobil di tepi jalanan yang sepi, karena jalan tersebut memang hanya menuju vila ini. Mulanya kami berciuman saja dan saling meraba, tetapi keadaan bertambah panas, maka pindah ke jok belakang. Erwin kemudian menyingkap rokku dan melepas celana dalamku lalu diikuti dengan melepas bra. Di jok belakang kami berciuman sambil tangan Erwin mengocok vaginaku hingga basah, lalu Erwin jongkok di depanku dan mengeluarkan kejantanannya. Ternyata dia sudah tidak memakai celana dalam, dengan mengangkat kakiku di pundaknya, dia memasukkan kejantanannya yang sudah mengeras ke vaginaku dan mulai mengocok dan menyodok. Mobil terasa bergoyang-goyang mengiikuti irama goyangan Erwin. Kemudian Erwin duduk di jok dan aku di pangkuannya, sekarang aku yang menggoyang-goyang di pangkuan Erwin dan mobil kembali bergoyang. Tidak lama kemudian Erwin menyemprotkan spermanya ke vaginaku, dan segera aku turun dari pangkuannya, kemudian kukulum kejantanannya hingga sisa sperma yang ada tak berbekas lagi karena sebagian sudah masuk ke mulut dan sebagian lagi di sapukan ke muka, leher dan dadaku. Makanya kami datang terlambat dan tubuhku tercium aroma sperma." cerita Lily pada kami.

Selama dua hari menginap kami berempat melakukan pesta sex hingga kepulangan balik ke Jakarta. Banyak kombinasi sex dan variasi yang kami lakukan, meskipun Diana seorang bi-sex, tapi karena istriku straight, maka kami tidak dapat menikmati permainan lesbi show.

Variasi aku bermain dengan Diana dan Istriku, sementara Erwin hanya melihat sambil memegangi sendiri kejantanannya yang akhirnya dikeluarkan di mulut salah satu Diana atau istriku, begitu sebaliknya. Dan juga bagaimana kami berdua, aku dan Erwin, secara bergantian mengeroyok Diana kemudian ganti mengeroyok istriku. Atau di ranjang yang sama kami main dengan pasangan masing-masing (bukan istri), kemudian berganti ke istri masing-masing tiap 5 menit dan kembali lagi ke pasangannya, yang keluar duluan jadi pononton. Atau siapa saja boleh melakukan terhadap istri/suami siapa saja dimana saja kapan saja asal dia mau.

Sepertinya kami berada di surga dunia, yang hanya berhenti bermain sex apabila saatnya makan tiba. Banyak yang kami lakukan bersama-sama, baik di ranjang, ruang tamu, kolam renang, taman, sambil makan atau bahkan di mobil. Tapi dari semua itu yang paling berkesan adalah ketika kami bermain sex dengan istri masing-masing di ruang tamu. Aku lagi mengocok istriku dengan doggie style di kursi sementara Diana duduk di pangkuan Erwin dengan posisi membelakangi suaminya di kursi sofa yang sama.

Ternyata mereka melakukan anal. Sambil mengocok istriku dari belakang, kuremas-remas buah dada Diana. Kulihat Diana menggosok-gosok klitorisnya dengan jari tangannya ketika menggoyang kejantanan Erwin yang tertanam di anusnya. Beberapa saat kemudian kukeluarkan kejantananku dari vagina istriku, kudekati Diana dari depan dan kucium bibirnya. Dia mengocok kejantananku dengan tangannya sambil tetap bergoyang di atas pangkuan suaminya, kemudian kudekatkan kejantananku ke tubuhnya, kuusapkan ke daerah sekitar vagina, dia menghentikan gerakannya.

Perlahan kudorong masuk kejantananku ke vaginanya yang terasa begitu sempit karena dinding vaginanya terdorong oleh kejantanan Erwin dari anus. Kuangkat kaki kanannya untuk memudahkan menembus vaginanya. Liang Vagina Diana jadi begitu sempit, dengan kesabaran dan pelan-pelan akhirnya aku dapat membenamkan seluruh kejantananku di vagina Diana. Kini dia menerima dua kejantanan di kedua lubangnya. Terlalu sulit bagi Diana maupun suaminya untuk bergoyang, maka aku lah yang mendapat kewajiban mengocok vaginanya.

Dengan satu goyangan dariku, baik Erwin maupun istrinya merasakan sensasi yang luar biasa. Kurasakan ganjalan kejantanan Erwin di dinding vagina istrinya saat aku mengocok keluar masuk. Sementara istriku mendekat ke arah Erwin dan mereka berciuman ketika aku mengocok vagina istrinya.

Tidak lama kemudian kurasakan denyutan pada dinding vagina Diana diikuti erangan keras dari suaminya. Ternyata Erwin menyemprotkan spemanya di anus istrinya, kuteruskan kocokanku. Sebenarnya aku berniat untuk mengganti posisi Erwin di anus Diana, tapi dia tidak mengijinkan. Setelah Erwin mengeluarkan kejantanannya dari anus istrinya, maka aku pun mengeluarkan dari vaginanya dan kembali berpaling ke istriku yang dari tadi memperhatikan aksi kami.

Setelah cukup lama aku mengocok istriku dengan berbagai posisi dan disaksikan suami istri Erwin-Diana, akhirnya aku mengalami orgasme. Kusodorkan kejantananku yang baru menyemprotkan sperma di vagina istriku ke mulut Diana yang lagi duduk di sebelah suaminya. Tanpa ragu disambutnya dengan penuh hasrat. Itulah variasi yang paling berkesan.

Kami memang sering melakukan acara seperti ini, terutama dengan pasangan yang usianya sebaya dengan kami. Just for fun dan sekedar mencari variasi dari pada selingkuh di belakang pasangan kami masing-masing. Lebih baik selingkuh 'resmi' seperti ini, paling tidak itu lah pemikiran kami saat ini, dan kami yakin banyak yang tidak setuju maupun yang setuju.

Tamat

0 komentar:

Posting Komentar