Minggu, 01 Februari 2015

Adikku

Aku sangat bahagia, setelah kematian suamiku. Adikku Jimmy setidaknya dua kali seminngu mendatangiku dan memberikan bantuan padaku. Walau dai masih SMA, 19 tahun, tapi dia sangat perhatian padaku.

Saat aku sedang susah memikirkan anak tungalku berusia 5 tahun atas kematian ayahnya, tak sedar airmataku mengalir. Aku benar-benar membutuhkan pendamping. Tapi untuk kawin lagi aku takut, anakku akan kehilangan kasih syangku.

"Sudah kak, tak usah menangis lagi. Malam ini aku tidur di sini menemani kakak," kata adikku.

Aku senang sekali. Kami tak berdua lagi. Malamnya, aku dan adikku menonton TV di ruang tamu di lantai atas rumah kami. Anakku sudah tertidur pulas. Adegan ciuman di TV membuatku jadi panas dingin. Inilah kesalahanku.

Tanpa sadar aku mengenggam tangan adikku dan merebahkan kepalaku di pundaknya. Jimmi mengelus-elus kepalaku dan aku semakin merasa tak menentu.

Ah... aku merasakan tetekku dielus oleh Jimmy. Ingin rasanya kutepis tangannya dari tetekku yang masih dibalut oleh T-Shirt da bra tipis. AKu tak kuasa. Benar-benar aku tak kuasa menepisnya.

"Jiiiimmmm..." hanya itu yang keluar dari mulutku.

Desah nafasku terasa sudah semakin kencang. Kembali aku memanggil namanya.

"Jiiimmm..."

"Kaaakkk..." jawab Jimmy dengan nafasnya juga sudah sangat tak beraturan lagi.

"Maukah kau memuaskan nafsuku yang tak tertahankan ini, Jim?" ucapku.

Aku tak memikirkan lagi, kalau dia adik kandungku. Langsung kuhadapkan wajahku ke wajahnya. Kukecup bibirnya dan kupeluk dirinya dengan mesra.

Jimmy membalas pelukanku dan membalas kecupan bibirku.

"Kak, aku mencintaimu. Sudah lama..." katanya. Aku terkejut mendengarnya. Hatiku terasa sepertai berbunga. Tak tak mau berbohong lagi. Mulanya juga aku senang kepada Jimmy. Sejak kecil kami sangat dekat, sampai kami SMP.

Tiba-tiba aku harus menikah, karean aku hamil pada sat aku kelas 2 SMA. Akhirnya suamiku meninggal dunia karean kecelakaan lalu lintas di jalan raya.

Kuangkat pakaianku dan kulepas bra. Aku tinggal memakai celana dalam saja.

"Puasi aku Jim," pintaku.

Jimmy ternyata tak menyia-nyiakan keadaan. Dia juga segera melepas pakaiannya. Seluruhnya, sampai dia benar-benar bugil. Aku melihat jelas penisnya yang... ah... sangat besar dan menantang.

Kutarik tengkuknya dan kurapatkan mulutnya ke tetekku. Jimmy mengerti keinginanku.

Dia menjilati pentil tetekku dan mengisap-isapnya dengan lembut. Aku benar-benar menikmatinya. Lidah adikku yang begitu mengerti akan kebutuhanku.

"Jim... maukah menjadi suamiku?" tanyaku manja kegelian.

"Sejak sekarang, kakak menajdi isteriku," katanya lembut di telingaku.

Kami rebah di atas karpet. Suara TV masih juga teredengar sayup-sayup. Kami sudah lupa jalan ceritanya. Jelasnya, aku dan Jimmy sudah bergelut.

Aku menjiati perutnya dan sekujur tubuhnya, Jimmy juga menjilati sekujur tubuhku. Jimmy berusia 19 tahun dan aku sudah 23 tahun.
Aku sudah tak mampu menahan kenikmatanku. AKu menggelinjang-gelinjang menahan nikmatkyu. Kutungu Jimmy memasukkan penisnya ke dalam vaginaku. Ah... aku tak mau menunggu terlalu lama. Kutuntun penisnya agar segera menusuk luabng vaginaku.

"Boleh kak?" tanya Jimmy.

"Ayo lah Jim. Puaskan aku kakakmu, isterimu, kekasihmu. Ayolah," pintaku mendayu mesra.

"OK isteriku sayang. Akan kuberikan keinginanmu," katanya.

Slep! Penisnya yang keras begitu cepat memenuhi rongga vaginaku yang sudah sangat basah dan berlendir.

Amboooiiii, aku tak tahu sedang berada dimana. Aku seperti terbang di atas awan-awan yang tinggi.

Tinggi sekali. Kupeluk tubuh Jimmy dengan kuat dan terus kusedot bibir dan lidahnya. Kugoyang pinggulku dengan memutar-mutar.

Jimmy terus menekan dan menarik penisnya dari lubang vaginaku.

Suara cplok...cplok...cplooook, dari luabbg vaginaku, membuat kami semain bersemangat. Jimmy tak henti-hentinya mengghunjamkan penisnya semakin dlam dan dalam.

"Oh... Jim... nikmat sekali sayang," bisikku.

"Ya sayang nikmat sekali. Aku suka ini. Lenapa tidak dari dahulu," katanya. Aku suka kata-katanya. membuat aku semakin bernafsu.

"Pepekmu sangat nimmat sekali isteriku," bisik Jimmy. Kata-kata kotornya ityu, membuat aku semakin bernafsu dan bernafsu.

"Kontolmu juga nikmat sekali, Jim," kataku mengimbangi kekotorannya.

"Kita tak boleh berpisah lagi. Syukurlah suamimu cepat mati. Kita sekarang bebas dan bebas menikmatinya," kata Jimmy.

"Biarkan dia mati sayang," kataku.

Keringat mengalir di sekujur tubuh kami. Kami sengaja tak ingin cepat-cepat mengakhiri kenikmatan ini. Kami sama-sama mengatur nafas kami.

Bila Jimmy sudah mau sampai pada puncaknya, aku sengaja mengigit tubuhnya sekuat-kuatnya sampai Jimmy kesakitan, membuat terputusnya kenikmatannya. Aku yang harus mencapai klimax-ku berkali-kali.

"Sayang aku cepek. Aku ingin cepat selesai," bujuk Jimmy.

"Ya, kita selesaikan dahulu. Nanti kita sambung lagi," pintaku.

Aku memeluknya dan m,enjilati cuping telinganya. Kuelus-elus punggungnya dan kugoyang pinggulku meliuk-liuk.

Jimmy memelukku erat dan desahan nafasnya begitu tak teratur. Tubuhnya menekan di atas tubuhku. Tetekku benar-benar terhim;pit dadanya.

"Kak... aku sampai..." jerit kecilnya.

Cepat kubalikkan tubuhnya. Aku tak mayu untuk kesekian kalinya aku orgasme. Setelagh tubuhnya di bawah tubuhku, kugoyang vaginaku dan memeluknya kuat-kuat. Kuat sekali.

"Jiiiiiimmmmm... aku sampaiiiii...."

Kami terkulai lemah. Karpet kami terlelehi sperma Jimmy. Aku tersenyum puas. Kutatap wajah Jimmy yang juga tersenyum, walau dia sangat letih.

"Aku mencintaimu Jim. Sekarang aku milikmu. Kau boleh melakukan apa saja pdaku," kataku berbisik.

"Ya... aku juga milikmu sekarang," jwab Jimmy.

Setelah kami pulih dari rasa letih. kami membersihkan diri ke toilet. Bertelanjang pula kami menaiki tempat tidur dan terlelap.

Besoknya, anakku membangunkan kamu yang tertidur di bawah satu selimut. Aku tersentak bangun.

"Ya... pigi mandi dulu ke toilet, mama menyusul, kataku. Setelah anakku meninggalkan kamr, ajku secepatkabn memakai pakaianku dan menyuusulnya ke kamar mandi. Kubiarkan Jimmy tertidur pulas.

Setelah mobil jemputan sekolah datang dan anakku pergi sekolah, kubangunkan Jimmy.

Kami mandi bersama ke toilet. dan di Toilet, kami.....akan aku ceritakan pada cerita berikutnya

Tamat

0 komentar:

Posting Komentar