Kamis, 01 Januari 2015

Istriku Dan Benny Di Puncak

Pada suatu pagi, waktu istriku mau ganti pakaian,kurekam dengan video hpku. Dia nggak nyadar sama sekali kalau aku sedang merekamnya terutama waktu dia telanjang bulat. Beberapa hari kemudian, entah kenapa aku punya semangat aneh, ingin memperlihatkan rekaman di hpku itu kepada Benny, sahabat dekatku.
“Lihat nih, bini aku sexy kan?” kataku bangga. Benny melotot dan berdecak kagum, “Ck..ck…sexy sekali ya?”

“Yayuk (nama istri Benny) pernah direkam gini?” tanyaku tetap dengan nada bangga.

“Belum,” Benny menggeleng, “Tapi mau ah…nanti malam aku mau ML sama dia, sekalian direkam diam-diam.”

“Sip! Nanti lihatin ke aku ya,” kataku bersemangat, “sekalian aku juga nanti malam mau ML sama istriku, sambil direkam juga.”

“Terus besok hasilnya tukaran ya, punya kamu lihatin ke aku, punya aku lihatin ke kamu,” usul Benny yang langsung kusetujui.

Malamnya, aku benar-benar ML dengan Lina, istriku. Dia tidak tahu bahwa aku merekamnya di hpku yang sudah kuatur letaknya sebelum mengajaknya ML.

Besoknya, aku dan sahabatku menepati janji. Kuserahkan hpku untuk ditonton oleh Benny, sementara aku menikmati hasil rekaman sahabatku itu. Kami sama-sama terangsang oleh tontonan yang sangat pribadi sifatnya itu. Bahkan Benny sempat terlongong setelah mengembalikan hpku, seperti ada yang dipikirkan olehnya.

“Jan…kalau kita swinger gimana? Jujur, aku belum pernah merasakan swinger,” kata Benny tiba-tiba.

Aku terkejut. Tak pernah kupikir sebelumnya akan melakukan seperti yang Benny usulkan itu.

“Kamu jangan tersinggung, Jan,” Benny menepuk bahuku, “Ini cuma usul…kalau kamu nggak keberatan, aku juga gak maksa. Yang jelas, kamu bisa nyobain Yayuk, aku nyobain Lina. Adil kan?”

Aku terbengong-bengong. Terus terang, usul Benny mengejutkan sekaligus membuatku bergairah. Kubayangkan istriku sedang disetubuhi oleh sahabatku itu, sementara aku menyetubuhi istrinya.

Baru diobrolkan saja penisku sudah ngacung, apalagi kalau benar-benar dilaksanakan. Maka setelah berpikir agak lama, kujawab, “Usul edan tapi menggiurkan. Cuman…gimana cara meyakinkan istriku ya? Kalau dia gak mau kan susah. Istrimu sendiri gimana?”

“Soal istriku, serahkan padaku. Kamu urus Lina saja, atur supaya mau,” kata Benny.

“Lina sangat konservatif, kamu juga tahu itu kan?”

“Lina yang konservatif apa kamu sendiri yang tidak mau swinger?” Benny menepuk bahuku sambil menertawakanku.

“Aku mau…mau…tapi bagaimana cara meyakinkan Lina ya?”

“Begini aja,” kata Benny di tengah kebingunganku, “kita jebak mereka ke dalam situasi yang mau tidak mau harus mereka terima.”

“Maksudmu?”

“Aku kan punya villa keluarga di Cipanas. Kita ajak mereka week end di sana.”

“Yayaya…jebakannya di sebelah mananya?”

“Kita bawa Martini atau Tequila…minum rame2, kita pada minum di sana. Setelah mereka rada kleyengan, kita matiin lampu sampai gelap sekali. Saat itu aku akan menelanjangi istriku, kamu juga telanjangi istrimu. Lalu kita bikin foreplay dengan istri kita masing-masing. Nah…lalu diem-diem kita tukar tempat. Kamu terkam istriku, aku terkam istrimu. Deal?”

“Hahahaaa! Deal! Deal!” seruku gembira dengan usul sahabatku, meski sebenarnya ada tandatanya di hatiku : Benarkah mentalku sudah siap untuk membiarkan istriku disetubuhi orang lain? Tapi…bukankah aku juga akan menggauli istri Benny? Bukankah ini sangat adil bagi kami?

Lalu kami tentukan harinya. Hari yang akan sangat bersejarah itu.Setelah aku berpisah dengan Benny, aku pulang dengan 1001 khayalan di benakku. Membayangkan istriku yang manis dan bertubuh mulus itu akan digeluti oleh Benny, sementara aku akan menggeluti Yayuk, istri Benny. Aneh, baru membayangkannya saja aku jadi sangat terangsang. Apalagi pada waktu mengalaminya nanti.Lina sudah 4 tahun jadi istriku.

Pada saat kisah ini terjadi Lina sudah berusia 26 tahun, sedangkan aku sendiri sudah hampir 30 tahun. Kami sudah dikaruniai seorang putra yang baru berumur 2 tahun. Ibu mertuaku sangat sayang pada Bernard, nama anakku, jauh melebihi ketelatenan babysitter yang bekerja di rumahku sejak anakku berusia setahun. Karena itu tiada masalah kalau aku dan Lina bepergian, karena di rumahku ada babysitter dan ibu mertuaku.Maka dengan wajah cerah Lina menyetujui ajakanku untuk berakhir pekan di Cipanas. “Benny punya villa di sana, ya Mas?” tanyanya.”Iya,” aku mengangguk, “villa punya orang tuanya.””Benny dan Yayuk juga ikut nanti?””Ya iyalah.

Kalau mereka gak ikut, ya gak enak dong kita pake villa orang tanpa pemiliknya. Kecuali kalau kita sewa villa orang lain.”Singkatnya, pada hari yang telah ditentukan, Benny dan Yayuk menyampar ke rumahku dengan Honda Citynya.

Aku pun secepatnya memanaskan mesin Toyota Viosku.Tak lama kemudian, aku sudah menggerakkan mobilku, bersama Lina di sisiku, mengikuti mobil Benny dan Yayuk. Seperti yang sudah diatur semula, aku membekal Tequila, yang katanya bisa membuat wanita jadi horny. Untuk acara rahasiaku dan Benny setelah berada di villa nanti.Lina tidak tahu bahwa ketika aku menyetir mobil menuju Cipanas, jantungku berdegup-degup terus, karena membayangkan apa yang akan terjadi beberapa jam lagi.

Membayangkan sesuatu yang belum pernah kualami dan akan menimbulkan kesan mendalam dalam kehidupan dan hasrat birahiku.Sesampainya di depan villa, jantungku makin berdebar-debar. Tapi aku mencoba menekannya dengan menyapukan pandangan ke sekitar villa, yang memang indah pemandangannya.

Diam-diam kuperhatikan Benny. Ternyata sama denganku, senyumnya tampak canggung. Lalu kami masuk ke dalam villa.Lina dan Yayuk bersih-bersih dulu di dalam villa, aku dan Benny keluar lagi, lalu berjalan-jalan agak menjauh dari villa. Dan ngobrol dengan suara setengah berbisik:

“Kamu nafsu gak liat Yayuk?” tanyanya.

“Kamu sendiri gimana? Nafsu gak liat Lina?” aku balik bertanya.

“Ya iyalah, makanya aku yang usul pertama, karena tergiur sekali waktu melihat dia bugil di hpmu itu.”

“Sama,” kataku sambil tersenyum canggung, “aku juga jadi nafsu melihat bentuk istrimu yang seksi…”

Darahku tersirap mendengar pujian itu. Tapi terasa makin membuatku penasaran, ingin segera tau apa yang akan terjadi nanti.

Kami berunding diam-diam, tentang apa yang akan kami lakukan nanti. Setelah matang rencananya, kami kembali ke villa. Di dalam villa, sudut pandangku mencuri-curi pandang terus ke arah Yayuk, yang nanti akan kugauli. Kurasa Yayuk dan Lina punya keistimewaaan masing-masing. Kulit Lina kuning mirip kulit wanita Jepang, sementara Yayuk berkulit **********. Lina tergolong berwajah cantik, sementara Yayuk bisa kunilai hitam manis. Tubuh Yayuk sedikit lebih tinggi daripada Lina, kutaksir sekitar 170cm gitu, sementara Lina 168cm.

Yang menarik dari hasil curi-curi pandang ini adalah, toket Yayuk itu…aku yakin besar sekali…mungkin behanya berukuran 38 ke atas. Sedangkan toket Lina biasa-biasa saja, behanya pun cuma 34.

Menjelang senja, kami makan malam dulu di restoran yang paling dekat dengan villa keluarga Benny. Pada saat itulah kulihat Lina dan Yayuk seakan bersaing dalam berpakaian. Mereka seolah ingin tampil seseksi mungkin. Padahal aku tak menganjurkan apa-apa kepada istriku.

Dan kulihat mata Benny sering memperhatikan istriku. Sialan…sebentar lagi dia akan menikmati kemulusan dan kepadatan tubuh istriku. Tapi pikiran ini justru diam-diam membuat penisku hidup, mengeras dan mengeras terus. Terlebih-lebih setelah membayangkan bahwa untuk pertama kalinya aku akan menikmati kesintalan tubuh Yayuk yang hitam manis itu. Selesai makan, hari mulai malam. Kami pun kembali ke villa.

Seperti yang telah direncanakan, kami minum tequila di sofa ruang depan. Cukup banyak kami membekal minuman itu, karena aku membeli dua botol, ternyata Benny pun membekal tiga botol. Untungnya Lina dan Yayuk tidak menolak waktu ditawari minum, dengan alasan untuk mengusir hawa dingin.

Baru menghabiskan dua sloki, wajah Lina mulai merah. Sikapnya padaku mulai romantis. Yayuk pun sama, ia mulai memeluk pinggang Benny dengan sorot mata berharap.

Lalu kata Benny, “Kita bikin pesta di dalam kamar yuk…sama-sama main…come on honey,” Benny meraih lengan istrinya sambil melirik padaku, “ayo Jan…kamarnya cuma satu, kita pake rame2 yok.”

Kuraih juga lengan Lina yang tampak mulai agak teler. Lalu kami ikuti langkah Benny ke dalam kamar yang agak besar, dengan dua bed berdampingan. Sesampainya di kamar, Benny langsung menerkam dan menghimpit istrinya. Adegan itu tidak bisa lama-lama kulihat, karena setelah aku dan istriku naik ke atas bed yang masih kosong, Benny memijat knop sakelar yang letaknya tak jauh dari bantalnya. Kamar itu langsung gelap gulita. Dan terdengar suara Benny, “Biar kita sama-sama asyik dengan istri kita masing-masing, Jan.”

Aku cuma menjawab dengan ketawa kecil. Tapi dalam gelap aku mulai menanggalkan pakaianku sehelai demi sehelai, sampai telanjang bulat, lalu membisiki telinga istriku, “Ayo dong buka pakaianmu semua.”

Lina tidak buang-buang waktu. Ia tahu persis apa yang kuinginkan dalam saat-saat seperti itu. Dalam kegelapan kamar villa, Lina mulai menelanjangi dirinya. Sementara kudengar desah napas Yayuk yang mulai tersengal-sengal, entah apa yang sudah terjadi di bed yang satu lagi itu. Mungkin Benny sedang menjilati puting payudara atau vagina istrinya, entahlah…yang jelas aku pun mulai menggumuli istriku dalam kegelapan.

Terdengar suara Yayuk, “Oooh…Bang Benny…oooh….iya Bang…begituin….oooh…masukin aja Bang…aku gak tahan lagi nih…ooohhh…”

Terangsang oleh suara istri sahabatku itu, aku pun mulai menjilati puting payudara Lina. Tapi tak lama kemudian terasa tanganku dipegang oleh tangan kasar. Tangan Benny. Aku mengerti maksudnya, bahwa aku harus segera pindah ke bed yang satunya lagi, sementara Benny akan pindah ke bedku.

Inilah saat-saat yang paling mendebarkan. Aku bergerak ke arah bed di sebelah, lalu mulai menjamah tubuh Yayuk. Mudah-mudahan saja Yayuk tidak sadar bahwa sekarang bukan lagi suaminya yang akan menikmati kesintalan tubuhnya. Mudah-mudahan pula Lina tidak menyadari bahwa posisiku sudah diganti oleh Benny.

Wow, aku mulai menikmati hangatnya pelukan Yayuk. Tampaknya dia belum sadar bahwa posisi suaminya sudah diganti olehku.”Masukin aja Bang, sudah gak tahan nih…horny banget,” bisik Yayuk yang sudah berada di bawah himpitanku. Bicara begitu, terasa tangan Yayuk mulai memegang batang kemaluanku yang memang sudah keras. Apakah mau main langsung-langsungan saja? Kurasa untuk yang pertama kalinya memang harus begitu. Jangan banyak variasi dulu. Nanti kalau Yayuk dan Lina sudah menyadari hal ini, barulah pakai foreplay sebanyak mungkin.

Maka tanpa banyak pikir-pikir lagi, kubiarkan Yayuk meletakkan ujung penisku di ambang vaginanya. Kemudian kudorong sedikit demi sedikit, persis pada saat kudengar suara Lina, “Mas…cepetan dong masukin…duuuhh…kenapa jadi horny gini? Gara-gara minuman tadi kali ya…naaahhh…..iiih…kok punya Mas terasa jadi agak gede? Diapain?”

Gila…itu berarti penis Benny sudah dimasukin ke dalam liang kemaluan istriku! Tapi…bukankah penisku juga sudah mulai melesak ke dalam liang senggama Yayuk?

Bukan cuma melesak, tapi sudah mulai kuayun dengan mantapnya, karena liang senggama Yayuk sudah banyak lendirnya (mungkin “hasil” rangsangan Benny tadi).

Penisku sudah maju mundur dalam jepitan liang surgawi Yayuk yang terasa begini legitnya, mungkin karena dia belum melahirkan anak. Liang vaginanya terasa sangat mencengkram dan hangat. Desah nafasnya pun makin nyata diiringi rintihan-rintihan nikmatnya, “Ooohh Bang…oooh…bang…oooh…kok enak sekali ini bang…..oooh…” sementara kedua lengannya mendekap pinggangku kuat-kuat. Ini membuatku makin bernafsu.

Lalu…seperti yang sudah direncanakan, diam-diam Benny memijat sakelar lampu dan….tiba-tiba kamar itu jadi terang benderang. Ini sesuai dengan kesepakatan aku dan Benny. Bahwa dalam keadaan sudah “telanjur” (penisku sudah main di dalam liang vagina Yayuk dan penis Benny sudah maju mundur di dalam liang vagina istriku), baik Yayuk mau pun istriku takkan bisa menghindar lagi dari kenyataan yang sudah direncanakan oleh Benny denganku itu.

Setelah kamar villa terang benderang, tentu saja Yayuk dan istriku terkejut setelah menyadari dengan siapa mereka sedang bersetubuh.
“Bang Benny?!” seru istriku di bed sebelah.
“Mas Janus?!” seru Yayuk yang sedang kusetubuhi dengan gencarnya.

Lalu terdengar Benny tertawa, “Hahahaaa….kita lanjutkan saja…sudah telanjur kan?”

“Jadi semuanya ini sudah direncanakan?” tanya Yayuk yang tampak berusaha mengendalikan kekagetannya.

“Iya…ini adil kan?” bisikku sambil meremas buah dadanya yang benar-benar montok itu.

“Aaahhh…” cuma itu yang terlontar dari mulut Yayuk, kemudian dia mendekap lagi pinggangku dan mulai menggoyang pinggulnya dengan gerakan yang trampil, seperti membentuk angka 8.

Kulirik Lina seperti bingung. Ia menoleh padaku, seakan bertanya kenapa jadi seperti ini? Lalu kutanggapi dengan senyum…dan celotehku, “Enjoy saja….”

Mungkin Lina geram melihatku sedang bersetubuh dengan Yayuk, lalu ia “balas dendam” dengan mencengkram bahu Benny dan mulai menggoyang pinggulnya. Gila…cemburu juga aku dibuatnya. Seingatku, tak pernah Lina menggoyang pinggulnya seedan itu waktu kusetubuhi. Tapi kecemburuanku ini berbuah nafsu dan gairah yang luar biasa. Enjotan penisku di dalam liang surgawi Yayuk terasa nikmat luar biasa! Maka semakin edan pula kuhentak-hentak penisku, seperti meronta-ronta dalam jepitan Yayuk…oh…ini nikmat sekali!

Suasana menjadi semakin erotis dan misterius. Yayuk meladeni enjotan penisku dengan energik, pinggulnya meliuk-liuk laksana penari India. Tapi aku tak tahu apa yang bersemayam di benaknya. Ketika aku melirik ke samping, goyang pinggul Lina pun tak kalah edannya. Seolah ingin bersaing dengan dinamisnya goyang pinggul Yayuk. Ada perasaan geram dan cemburu di hatiku melihat ulah istriku seperti itu. Tapi bukankah aku sendiri sedang menikmati kehangatan tubuh istri sahabatku?

Di tengah persenggamaan yang seru ini aku sempat berbisik terengah di telinga Yayuk, “Gimana? Enak?”

“Enak sekali….aaah….” sahut Yayuk dalam bisikan juga, mungkin takut terdengar oleh suaminya.

“Nanti lepasin di dalam apa di luar?” bisikku lagi.

“Terserah, aku kan belum punya anak…siapa tahu bisa punya darimu,” bisik Yayuk pelan sekali, pasti takkan terdengar oleh suaminya yang semakin asyik menyetubuhi istriku.

Bisikan Yayuk itu membuatku semakin bergairah mengayun batang kemaluanku. Tapi sekaligus membuatku tak bisa bertahan lagi, “Aku sudah mau keluar”, bisikku.

“Tahan dulu,” sahut Yayuk, “aku juga sudah mau keluar Mas…barengin keluarnya ya…biar enak…”

Lalu kami seperti dua ekor binatang buas, saling cengkram, saling remas, saling jambak…dan akhirnya tak tertahankan lagi, bersemburanlah air mani dari batang kemaluanku, disambut dengan kedutan-kedutan liang kemaluan Yayuk di puncak orgasmenya.

Kami menggelepar…menggeliat…berkeju t-kejut…lalu sama-sama terkulai di puncak kepuasan.

Tapi kulihat Benny masih asyik mengenjot batang kemaluannya di dalam liang kemaluan istriku. Bahkan di satu saat, mereka mengubah posisi. Lina di atas, Benny di bawah. Oh…ini benar-benar membuatku cemburu. Karena kulihat istriku yang aktif mengayun pinggulnya, sementara Benny merem melek sambil terlentang…

Kucabut batang kemaluanku dari dalam vagina Yayuk yang sudah basah kuyup oleh spermaku dan lendir Yayuk sendiri. Lalu aku duduk bersila sambil menonton persetubuhan Benny dengan istriku. Aku terlongong menyaksikan betapa aktifnya Lina saat itu. Dengan sedikit berjongkok, ia mengayun pinggulnya sedemikian rupa, sehingga liang kemaluannya seolah membesot-besot batang kemaluan Benny.

Yayuk pun menonton persetubuhan antara suaminya dengan istriku itu. Dan tampaknya Yayuk seperti kepanasan. Diam-diam ia menggenggam batang kemaluanku yang sudah mulai membesar, karena terangsang menyaksikan istriku sedang gila-gilanya bersetubuh dengan sahabatku. Tiba-tiba Yayuk mendekatkan wajahnya ke pahaku yang sedang bersila ini, ah…tangannya memegang batang kemaluanku sambil menjilatinya. Sungguh semuanya ini mendebarkan dadaku…terlebih setelah Yayuk menghisap-hisap penisku, di depan mata suaminya yang sedang menyetubuhi istriku!

Hanya dalam tmpo singkat penisku sudah mengeras kembali. Dengan sigap Yayuk mendorong dadaku agar terlentang, lalu dengan berjongkok ia berusaha memasukkan penisku ke dalam liang surgawinya. Mungkin ia iri melihat suaminya sedang dipuasi oleh istriku dalam posisi terbalik begitu, lalu ia ingin melakukan hal yang sama. Blesss….penisku mulai membenam ke dalam liang Yayuk…

Yayuk mulai memainkan pinggulnya dengan energik sekali, naik turun dan bergoyang meliuk-liuk…ooh…penisku terasa dibesot-besot dan diremas-remas. Bukan main nikmatnya, membuat nafasku tertahan-tahan sambil mulai meremas-remas payudara montok yang bergelantungan di atas dadaku…dan di bed yang satu lagi, kulihat istriku lebih energik lagi, mengenjot pinggulnya sambil berciuman dengan Benny. Ih…aku cemburu…tapi kecemburuanku ini jstru membangkitkan rangsangan dahsyat di jiwaku.

Sulit menggambarkan keadaan yang sebenarnya saat itu, karena aku juga sudah dipengaruhi alkohol, dari tequila yang kami minum tadi. Yang jelas, sepulangnya dari villa itu, Lina terus-terusan menyandarkan kepalanya di bahuku. Kujalankan mobilku dengan kecepatan sedang-sedang saja, karena ingin sambil berbincang dengan istriku.

“Bagaimana kesanmu, Lin?” tanyaku di satu saat.

“Gak tau ah…” Lina menggeleng, tapi kulihat ada senyum di bibirnya.

“Suka kan? Bilang aja terus terang. Semuanya ini kan demi kenikmatan kita bersama.”

“Mas sendiri, suka kan bisa menggauli Yayuk?”

“Hmm…terus terang, aku lebih suka melihatmu sedang digauli oleh Benny. Ada perasaan cemburu, tapi cemburu itulah yang membuatku jadi sangat terangsang.”

Lina terdiam. Lalu kataku, “Makanya satu saat nanti bisa aja kita undang Benny tanpa istrinya.Atau bisa juga orang lain…biar aku bisa melihatmu digauli lelaki lain yang akan menimbulkan rangsangan hebat bagiku.”

Lina menatapku dengan ekspresi aneh. Lalu tanyanya, “Emang Mas gak tersiksa kalau aku digauli orang? Buatku, semuanya ini aneh…”

“Memang aneh,” sahutku sambil tersenyum, “tapi kamu suka kan?”

Dia tak menjawab. Matanya lurus memandang ke depan.

“Bilang aja terus terang, kamu suka kan? Seharusnya semua itu jadi pengalaman fantastis buat kita. Bener kan?”

“Iya sih…tapi aku takut akibatnya di kemudian hari…”

“Misalnya?”

“Ya…misalnya Benny…sudah telanjur merasakan tubuhku. Bagaimana kalau nanti ketagihan?”

“Kasih aja. Asal di depan mataku, jangan sembunyi-sembunyi.”

Lina menatapku dengan sorot aneh, “Mas gak sakit hati melihatku digauli sama Benny?”

“Gak,” aku menggeleng, “kan semuanya yang sudah terjadi tadi sudah kurundingkan dengan Benny beberapa hari yang lalu.”

“Jadi semuanya itu benar-benar sudah direncanakan sama Bang Benny?”

“Ya. Memang tadinya usul itu datang dari dia. Dan aku sangat tertarik pada usulnya itu. Bukan karena tertarik pada Yayuk, tapi justru ingin menyaksikan kamu di gauli orang lain. Kebetulan aku tahu persis siapa Benny. Dia bersih, tak pernah jajan dan sebagainya.”

“Terus…nantinya kita akan begitu lagi, maksudku…ngajak Benny dan Yayuk lagi?”

“Semuanya kuserahkan padamu. Karena dalam hal ini kamulah yang harus memutuskan. Dan gak usah di villa itu saja. Bisa juga kita pilih hotel di dalam kota. Dan gak usah di hari libur saja. Kapan saja kita mau, ya kita lakukan.”

“Ntar kalau aku ketagihan gimana?” tanya Lina malu-malu.

Rupanya kejadian di villa itu membuatnya terkesan dan ada kemungkinan ketagihan. Ini mendebarkan. Seandainya dia benar-benar ketagihan, apakah mentalku sudah siap? Ah, sudah kepalangan basah, aku mau jalan terus…karena aku merasakan beberapa hal positif di balik langkah “baru” ini!

Di hari-hari berikutnya, aneh…tiap kali aku membayangkan kejadian di villa itu, membayangkan istriku sedang disetubuhi oleh Benny, nafsuku mendadak bangkit. Lalu kuajak istriku bersetubuh. Anehnya lagi, tiap kali aku bersetubuh dengan istriku, aku jadi powerfull dan energik sekali.

Pernah istriku berkata seusai bersetubuh denganku, “Sekarang Mas jadi garang banget…kenapa Mas? Pake obat ya?”

“Obatku datang dari jiwaku sendiri. Tiap kali membayangkan kamu lagi disetubuhi oleh Benny, hasratku bangkit dengan hebatnya.”

“Masa sih? Apa bukan karena terbayang sintal dan seksinya tubuh Yayuk?”

“Nggak,” aku menggeleng, “sungguh. Untuk membuktikannya, nanti kita ajak Benny saja, tanpa kehadiran Yayuk. Biar kamu percaya, titik syurnya justru waktu menyaksikan kamu digauli Benny.”

“Nggak ah. Nggak enak sama Yayuk dong. Rasanya kita seperti menghianati dia. Kan kita sudah sepakat untuk jalan berempat terus.”

“Aku gak butuh Yayuk, aku butuh Benny.”
Lina menatapku dengan sorot penuh selidik. Lalu tertunduk, seperti sedang berpikir. Lalu kataku, “Kalau ada orang selain Benny, kamu mau?”
Lina menatapku lagi. “Takut ah…kalau orangnya punya penyakit kotor bisa menular nanti.”

“Orangnya kamu pilih sendiri deh,” kataku sambil memperhatikan reaksi istriku.

“Bener nih boleh milih sendiri?” tanyanya canggung.

“Bener.”

“Gak usah jauh-jauh Mas…kalau Troy gimana?”

Aku terkejut. Dia memilih adik kandungku!

Tapi apa salahnya?

“Hmm…pengen nyobain brondong ya?” kataku sambil mencolek pipi istriku.

“Bukan gitu, masalahnya biar rahasia kita gak nyebar ke luar Mas.”

Aku setuju. Troy adalah satu-satunya adik kandungku. Dia masih tergolong abg. Dia tinggal di kota lain dan kuliah di kota itu, baru semester pertama. Usianya memang jauh beda denganku. Saat istriku mengajukan namanya, usia Troy baru 18 tahun.

“Oke!” aku mengangguk sambil memijat no hp Troy.

Lina cuma bengong. Mungkin tak menyangka akan secepat itu.

“Hallo, Mas?” terdengar suara Troy di hpku.

“Gimana sehat Troy?”

“Sehat Mas. Besok libur 3 hari, nanti sore mau ke rumah Mas ya. Kangen sama Bernard. Sudah bisa jalan dia?”

“Sudah dong. Ya udah, nanti sore kutunggu ya.”

“Siap Boss!”

Aku tersenyum mendengar ucapan “siap boss” itu. Memang sejak aku yang membiayai kuliahnya, ia sering memanggilku boss.

“Nanti sore dia datang,” kataku sambil menepuk bahu istriku.

“Secepat itu?” istriku tercengang.

“Kebetulan aja, dia mulai besok libur 3 hari. Jadi mulai nanti malam mau nginep di sini.”

“Terus…aku harus gimana? Masa aku langsungajak Troy begituan?”

“Mmm…gimana ya? Mungkin juga Troy gak mau kalau ada aku….tapi gampang deh…kupasangin kamera cctv aja di kamar, terus aku monitor sambil ngumpet.”

“Terus?”

“Kamu rayu aja dia sampai mau. Bilangin aku gak ada, padahal aku ada di gudang sambil monitor di sana. Hmmm…kebayang nafsunya aku nanti waktu lihat kamu disetubuhi sama si Troy…!”

“Ah…Mas ada aja akalnya….”

Dan itulah yang kulakukan. Dengan sigap kupasang kamera cctv, dengan posisi menghadap ke tempat tidur. Monitornya kusimpan di gudang. Kuambil kursi untuk aku duduk di depan monitor.

Tidak sampai sejam, semuanya beres. Kameranya kusembunyikan di dalam lemari, lalu ada lubang kecil yang langsung mengarah ke tempat tidur. Soundnya kupasang terpisah, mikrofon kusimpan di balik lukisan, untuk memantaunya aku pakai headphone di gudang.

Ketika bunyi motor Troy terdengar memasuki pekarangan, aku sudah duduk di dalam gudang, menghadapi monitor. Lalu terdengar suara istriku menyambutnya. Pada saat yang sama, hpku yang disilent berkedip-kedip. Ada sms masuk. Aku agak kaget, karena sms itu datang dari Yayuk, bunyinya: Mas Janus…aku kok jadi kangen gini sih? Kapan kita ketemuan tanpa mereka? Aku pengin nyantai Mas.

Kebetulan Bang Benny besok mau ke Medan. Mas datang ya ke rumahku besok malam. Jangan takut sama Bang Benny. Aku sudah dapat izin kapan saja ketemu sama Mas Janus boleh. Izinnya cuma dengan Mas Janus, dengan orang lain tidak boleh.

Aku tersenyum sendiri membaca sms itu, lalu kubalas dengan sedikit gombal : Aku juga kangen sama Yayuk…tapi besok aku harus lihat-lihat dulu apakah besok ada kegiatan atau tidak. Aku siap kok….waktu di villa terasa sekali Yayuk itu…hmmm…pokoknya nikmat sekali…!

Yayuk membalas lagi: Ah yang bener? Kirain aku saja yang merasakan seperti itu. Tapi janji ya, selama Bang Benny di Medan, Mas harus datang ke rumahku.

Kujawab lagi: Iya sayang, aku pasti datang!

Waktu smsan itu mataku tetap tertuju ke monitor. Kamarku masih kosong. Mungkin Troy masih ngobrol dengan istriku di ruang depan.

Tak lama kemudian kulihat di monitor sudah ada “kehidupan”. Troy masuk ke dalam kamarku bersama istriku. Cepat kupasangkan headphone di telingaku. Dan terdengar suara mereka:

“Kamar mandi yang di belakang gak ada shower air panasnya, Troy. Makanya enak di kamar mandi yang ini.”

“Iya Mbak. Ohya, Mas Janus kapan pulangnya?”

“Gak tau. Tapi kayaknya sih tengah malam nanti, atau mungkin juga besok pagi langsung ke kantor, pulang ke sini besok sore.”

“Oh gitu…aku mau mandi dulu ya Mbak.”

“Iya. Perlu ditemenin nggak?”

Troy tampak kaget, menatap istriku yang mendadak bersikap centil. “Ah, Mbak Lina…ada-ada saja.”

“Lho…aku nggak main-main kok…”

“Bisa dibunuh aku nanti sama Mas Janus.”

“Nggak lah….nyante aja lagi…”

Troy tampak bingung sesaat, lalu masuk ke dalam kamar mandi yang bersatu dengan kamarku.
Pada saat yang sama, datang lagi sms dari Yayuk: Bang Benny sudah berangkat Mas. Ke rumahku dong sekarang…lagi horny…pengen sama Mas Janus…abisnya terkesan sih sama Mas…
Aku tercenung. Kok jadi bentrok gini waktunya ya? Apakah aku harus pergi diam-diam ke rumah Benny? Lalu harus meninggalkan detik-detik yang mendebarkan dan siap kurekam itu?

Yayuk memang sexy. Tapi saat ini aku lebih tertarik untuk melihat apa yang akan dilakukan oleh Lina dan adikku. Maka kubalas sms Yayuk: Paling bisa nanti tengah malam atau besok pagi…lagi ada kerjaan yang belum bisa ditinggalin…gimana?

Yayuk membalas smsku: Iya deh, kutunggu ya Mas…kalau pintu sdh pada dikunci, call aja dulu, biar kubukain…maunya sih nanti tengah malam juga gakpapa…kalau pagi kan kurang romantis…he e e

Aku tersenyum sendiri. Bakalan sibuk nih aku nanti.

Sejenak kulupakan dulu Yayuk yang setengah memaksaku datang ke rumahnya, karena kulihat di monitor Troy sudah keluar dari kamar mandi dengan hanya melilitkan handuk di tubuhnya, sementara Lina sedang duduk di depan meja rias.

Lalu:

“Troy…tolong lepasin ritsleting ini dong,” pinta Lina sambil menunjuk ke bagian punggung gaunnya.

“Mmm…aku mau pake baju dulu Mbak…”

“Gak usahlah, pake bajunya nanti saja. Masa minta tolong sedikit saja pake ntar dulu?!”

“Iya, iya Mbak,” sahut Troy sambil menghampiri istriku. Aku yakin ini trik yang sedang dilancarkan oleh istriku, untuk langsung menjebak Troy.

Memang benar dugaanku…waktu Troy menarik ritsliting bagian punggung gaun istriku, kulihat istriku memegang tangan Troy sambil menatapnya: “Troy…”

“Ya Mbak…?” Troy tampak gugup ditatap seperti itu oleh istriku.

“Kamu pernah begituan sama cewek?”

“Ma…maksud Mbak?”

“Masa gak ngerti sih…” kulihat tangan istriku menyergap ke dalam handuk Troy, “Ininya pernah dimainkan sama cewek gak? Hihihihi…panjang gede penismu Troy…Mas Janus kalah sama kamu…sudah keras lagi…”

“Mbak…ohhh…mbak….” Troy tampak gelagapan.

Lina bangkit dari kursi di depan meja rias. Lalu melangkah ke pintu, menutup dan sekaligus menguncinya. Lalu balik lagi menghampiri Troy yang berdiri kebingungan, masih dengan handuk melilit di badannya.

Lina melingkarkan lengannya di leher Troy. Dan terdengar suaranya, “Sudah pernah bersetubuh dengan cewek belum?”

“Pernah…” sahut Troy hampir tak terdengar.

Lina tersenyum, “Bagus…berarti kamu sudah pengalaman…aku lagi horny Troy…kamu mau kan? Mumpung Mas Janus gak ada…”

Lina mengakhiri ajakannya dengan menarik handuk yang melilit di pinggang Troy. Ini membuat Troy langsung telanjang bulat. Dan kulihat batang kemaluannya sudah ngaceng dengan mantapnya. Aku iri juga melihat batang kemaluan Troy, yang ternyata lebih panjang dan lebih besar daripada punyaku. Baru sekali ini aku melihat bentuk batang kemaluan adikku setelah usianya hampir dewasa begitu.

“Mbak…” Troy tampak kebingungan, karena Lina sudah memegang zakarnya sambil mendorong dadanya sehingga terlentang di atas tempat tidurku.

Ini mulai menegangkan bagiku. Kesannya tidak seperti waktu swinger di villa tempo hari. Mungkin karena kali ini aku konsen ke satu arah, ke adegan istriku yang sedang merangsang adik kandungku!

“Iiih…punyamu kok panjang dan gede gini, Troy…sudah keras sekali lagi…Mas Janus kalah nih sama punya kamu…” Lina mulai menciumi penis adikku, membuatku semakin degdegan. Terlebih ketika ia mulai melepas beha dan celana dalamnya, yang membuat Troy melotot. Aku juga melotot tegang. Penisku sudah ereksi sejak tadi, serasa mau ngecrot saja. Tapi kucoba menenangkan diri dengan menyalakan rokok dan mengikuti adegan selanjutnya.

Setelah telanjang bulat, istriku menelentang di sisi Troy sambil bergumam, suaranya tidak begitu jelas. Troy mengangguk, lalu bergerak menindih dada istriku.

Kusangka Troy mau langsung memasukkan penisnya ke vagina istriku. Ternyata tidak. Dia mulai mengemut-emut puting payudara istriku. Tangan istriku mulai menggapai-gapai di punggung Troy…lalu kepala Troy menurun ke arah perut istriku…turun terus sampai berada di antara kedua pangkal paha istriku. Jantungku semakin dagdigdug, kutenangkan lagi dengan sebatang rokok.

Oooh, kulihat istriku mulai menggeliat dan melenguh-lenguh…Troy semakin agresif menjilati kemaluan istriku….sampai akhirnya kudengar istriku merengek, “Sudah cukup Troy…sekarang… masukin aja Troy…masukin aja sayang…..aku ingin merasakan punyamu yang tinggi besar itu….”

Tapi Troy seperti keasyikan, terus2an menjilati kemaluan istriku. Sampai istriku merintih lagi, “Troy…aaaah…aku mau orga nih…Troooyyy…..aaaahhhh….”

Lalu kulihat istriku mengegelepar…mengelojot dan merintih lirih…”Troooy….ooohhh…aku keluar, sayaaang….”

Troy terdiam sesaat, lalu mulai naik ke atas dada istriku, sambil mengarahkan penisnya ke mulut istriku. Jelas sekali, penis Troy mulai membenam ke dalam liang kemaluan istriku yang sudah berlepotan air liur Troy, mungkin juga bercampur lendir vagina istriku sendiri.

“Oooh…Troy….sudah masuk, sayang…” istriku mendekap punggung Troy.

Gila, aku tak tahan melihat semuanya itu. Dan pada waktu kulihat Troy mulai mengayun batang kemaluannya, kuperiksa komputer yang sedang merekam adegan dari cctv, semuanya berjalan dengan baik. Lalu diam-diam aku keluar…

Beberapa saat kemudian aku sudah berada di dalam taksi (sengaja aku tidak memakai mobilku sendiri, keluar dari rumah pun diam-diam, supaya Troy tidak menyadari kehadiranku).

Setengah jam kemudian aku sudah berada di depan rumah Benny.

Yayuk menyambutku dengan hangat, “Parkir di mana mobilnya, Mas?”

“Pake taksi,” sahutku, “mobil sedang dipakai adikku.”

Semua ini di luar skenario yang sudah kutata dengan istriku. Masalahnya aku tidak mau ganggu adikku, sementara ajakan Yayuk membuatku tertarik. Biarlah rangsangan yang kutonton dari dalam gudang tadi mau kusalurkan ke Yayuk. Mudah-mudahan saja istriku tidak marah karena aku pergi secara diam-diam begini. Aku juga ingin menikmati tubuh Yayuk tanpa kehadiran Benny. Dan tampaknya Yayuk pun sama seperti keinginanku, ingin bercinta tanpa kehadiran suaminya.

Aku sudah terangsang oleh adegan Troy dengan adikku tadi. Maka ketika Yayuk menguncikan pintu depan, aku memeluknya dari belakang, “Mana pembantumu?”

“Pulang,” sahutnya, “dia kan cuma kerja sampai jam empat sore.”

“Jadi sekarang Yayuk cuma sendirian?”

“Iya Mas…makanya aku ngajak Mas…biar ada yang nemenin…” Yayuk yang sedang mengenakan kimono putih bermotif bunga Sakura, membalikkan tubuhnya dan mencium bibirku dengan hangat.

Tentu aku tak mau berdiam pasif…ketika dia meraihku ke sofa, tanganku mulai menyelinap ke belahan kimononya, langsung menyentuh payudara montoknya yang sejak tadi kuyakini tidak mengenakan beha, karena kedua putingnya tampak menonjol meski masih tertutup kimono. Terasa menghangat tubuh Yayuk setelah aku berhasil memegang payudaranya…meremasnya dengan lembut…

Tak cuma itu…tanganku yg satu lagi mulai menyelinap ke balik celana dalam Yayuk, mulai menyentuh jembutnya yang lebat…mulai menyelinap ke celah surgawinya yang mulai membasah dan hangat. Napas Yayuk mulai tertahan-tahan.

Apa yang sedang terjadi di antara istriku dengan Troy, terlintas-lintas terus dalam terawanganku. Pasti mereka sedang gila-gilanya memadu kenikmatan. Membuat darahku tersirap-sirap….lalu membuatku mulai ganas menggeluti tubuh Yayuk sebagai kompensasi…sampai akhirnya Yayuk mengajakku pindah ke kamarnya. Aku setuju.

Di dalam kamarnya, Yayuk menanggalkan kimononya dengan senyum mengundang. Sehingga tinggal celana dalam yang melekat di tubuh tinggi montoknya itu. Dalam keadaan seerotis itu, dia meraih kedua pergelangan tanganku, dengan senyum manis di bibirnya. Aku Tak mau buang-buang waktu lagi. Kutanggalkan celana jeans dan shirtku, lalu merapat ke tubuh Yayuk dalam keadaan sama-sama tinggal bercelana dalam saja…

Hawa hangat tersiar dari tubuh Yayuk ketika aku mulai menggumulinya. Sempat juga kudengar bisikannya, “Makasih Mas…Mas datang tepat pada saat aku butuh Mas…”

Aku tidak menanggapinya dengan kata-kata melainkan dengan tindakan. Aku bukan orang hipokrit. Aku juga sangat membutuhkan variasi dalam kehidupan seksualku, supaya perjalanan hidupku tidak terasa hambar….

Ketika tanganku mulai menyelinap lagi ke balik CD Yayuk, aku pun membiarkan tangan Yayuk menyelinap ke balik Cdku. Dan ketika tanganku mulai mengelus kemaluan Yayuk, aku pun rasakan Yayuk mulai menggenggam dan meremas batang kemaluanku dengan hangat dan lembut.

“Sudah keras banget Mas,” bisiknya.

“Iya…sejak smsan tadi, punyaku ngaceng terus…” sahutku bercampur dusta. Karena sebenarnya aku sedang membayangkan istriku sedang enak2nya disetubuhi oleh Troy, adikku yang masih sangat muda itu…

Lalu tanpa basa basi lagi kutempelkan moncong ku di mulut Yayuk yang sudah membasah itu…secara reflex Yayuk merenggangkan kedua kakinya…dan kudorong batang kemaluanku sampai masuk sedikit…terdengar desisan mulut Yayuk sambil melotot…kukocok2 sedikit zakarku, sampai akhirnya membenam sekujurnya di dalam liang surgawi Yayuk….

Tamat

0 komentar:

Posting Komentar