Rabu, 01 April 2015

Eliza - Horror Di Ruang UKS

Mereka semua mulai melepas semua pakaian mereka, dan ternyata penis penis mereka sudah ereksi dengan gagahnya, membuat jantungku berdegup semakin kencang melihazlyrt penis penis itu begitu besar. Girno mengambil posisi di tengah selangkanganku,zu sementara yang lain melepaskan ikatan pada kedua pergelangan tangan dan kakiku.dkvm Girno menarik lepas celana dalamku, kini aku sudah telanjang bulat. Tubuhku yanbgeg putih mulus terpampang di depan mereka yang terlihat semakin bernafsu.

"Infbdah sekali non Eliza, memeknya non. Rambutnya jarang, halus, tapi indah sekali",xzo puji Girno. Memang rambut yang tumbuh di atas vaginaku amat jarang dan halus. Syijemakin jelas aku melihat penis Girno, yang ternyata paling besar di antara merekuzsa semua, dengan diameter sekitar 6 cm dan panjang yang sekitar 25 cm. Aku menatalup sayu pada Girno.
"Pak, pelan pelan pak ya.." aku mencoba mengingatkan Girno, ymdtxjang hanya menganguk sambil tersenyum. Kini kepala penis Girno sudah dalam posisiwz siap tempur, dan Girno menggesek gesekkannya ke mulut vaginaku. Aku semakin terwfangsang, dan mereka tanpa memegangi pergelangan tangan dan kakiku yang sudah tidyoezak terikat, mungkin karena sudah yakin aku yang telah mereka taklukkan ini tak aprkan melawan atau mencoba melarikan diri, mulai mengerubutiku kembali.

Kedua pjtyibayudaraku kembali diremas remas oleh Hadi dan Yoyok, sementara Urip dan Soleh beqtrgantian melumat bibirku. Rangsangan demi rangsangan yang kuterima ini, membuat drheaku orgasme yang ke dua kalinya. Kembali tubuhku berkelojotan dan kakiku melejanrastfg lejang, bahkan kali ini cairan cintaku muncrat menyembur membasahi penis Girnoxj yang memang sedang berada persis di depan mulut vaginaku.
"Eh.. non Eliza inifslbo... belum apa apa sudah keluar 2 kali, pake muncrat lagi. Sabar non,kenikmatan yobuwang sesungguhnya akan segera non rasakan. Tapi ada
bagusnya juga lho, memek nonyzw pasti jadi lebih licin, nanti pasti lebih gampang ditembus ya", ejeknya sambil uynvmulai melesakkan penisnya ke
vaginaku.
"Aduh.. sakit pak" erangku, dan Girno onberkata "Tenang non, nanti juga enak".
Kemudian ia menarik penisnya sedikit, dzuban melesakkannya sedikit lebih dalam dari yang tadi. Rasa pedih yang amat sangatpc melanda vaginaku yang sudah begitu licin, tapi tetap saja karena penis itu terlqvrybalu besar, Girno kesulitan untuk menancapkan penisnya ke vaginaku, namun dengan tmfphpenuh kesabaran, Girno terus memompa dengan lembut hingga tak terlalu menyakitikmutwsu.

Lambat laun, ternyata memang rasa sakit di vaginaku mulai bercampur rasa nxajqikmat yang luar biasa. Dan Girno terus melakukannya, menarik sedikit, dan menusujodkkan lebih dalam lagi, sementara yang lain terus melanjutkan aktivitasnya sambilstfj menikmati tontonan proses penetrasi penis Girno ke dalam vaginaku. Hadi dan Yoymbrkwok mulai menyusu pada kedua puting payudaraku yang sudah mengeras karena terus moqzpsenerus dirangsang sejak tadi. Tak lama kemudian, aku merasakan selangkanganku sabidsmkit sekali, rupanya akhirnya selaput daraku robek.
"Ooohhh... aaaauuugggh... hynngggkk aaaaagh..." Aku menjerit kesakitan, seluruh tubuhku mengejang, dan air maoktaku mengalir, dan kembali aku merasakan keringatku mengucur deras. Aku ingin mervqronta, tapi rasa sesak di vaginaku membatalkan niatku. Aku hanya bisa mengerang,ujk dan gairahku pun padam dihempas rasa sakit yang nyaris tak tertahankan ini.
"nejAduh.. sakit pak Girno... ampun", erangku, namun Girno hanya tertawa tawa puas kzyarena berhasil memperawaniku, dan yang lain malah bersorak, "terus.. terus..". Agdhku menggeleng gelengkan kepalaku kuat kuat ke kanan dan ke kiri menahan sakit, sosdementara bagian bawah tubuhku mengejang hebat, tapi aku tak berani terlalu banyagkoxk bergerak, dan berusaha menahan lejangan tubuhku supaya vaginaku penuh sesak itmivou tak semakin terasa sakit. Namun lumatan penuh nafsu pada bibirku oleh Urip ditryfambah belaian pada rambutku serta dua orang tukang sapu yang menyusu seperti anamogck kecil di payudaraku ini membuat gairahku yang sempat padam kembali menyala.

eol Tanpa sadar, dalam kepasrahan aku mulai membalas lumatan itu. Girno terus memperjrdalam tusukannya penisnya yang sudah menancap setengahnya pada vaginaku. Dan Giephdrno memang pandai memainkan vaginaku, kini rasa sakit itu sudah tak begitu kurasluakan lagi, yang lebih kurasakan adalah nikmat yang melanda selangkanganku. Peniswrcel itu begitu sesaknya walaupun baru menancap setengahnya, dan urat urat yang berdkaenyut di penis itu menambah sensasi yang luar biasa. Sementara itu Girno mulai mtraneracau, "Oh sempitnya non. Enaknya.. ah...", sambil terus memompa penisnya sampasyqbui akhirnya amblas sepenuhnya, terasa menyodok bagian terdalam dari vaginaku, munnravgkin itu rahimku. Aku hanya bisa mengerang tanpa berani menggeliat, walaupun akuijnb merasakan sakit yang bercampur nikmat.
Mulutku ternganga, kedua tanganku mencjsiqgengkeram sprei berusaha mencari sesuatu yang bisa kupegang, sementara kakiku teroxlasa mengejang tapi kutahan. Aku benar benar tak berani banyak bergerak dengan peomscnis raksasa yang sedang menancap begitu dalam di vaginaku.

Dan setelah diam ujtwyntuk memberiku kesempatan beradaptasi, akhirnya Girno memulai pompaanya. Aku menhqeugerang dan mengerang, mengikuti irama pompaan si Girno. Dan erangangku kembali tdrertahan ketika kali ini dengan gemas Urip memasukkan penisnya ke dalam mulutku yvjxmang sedang ternganga ini. Aku gelagapan, dan Urip berkata "Isep non. Awas, jangacdxzn digigit ya!" Aku hanya pasrah, dan mulai mengulum penis yang baunya tidak enakxn ini, tapi lama kelamaan aku jadi terbiasa juga dengan bau itu. Penis itu panjanesyug juga, tapi diameternya tak terlalu besar disbanding dengan penisnya Girno. Tapndfui mulutku terasa penuh, dan ketika aku mengulum ngulum penis itu, Urip memompa pxmbenisnya dalam mulutku, sampai berulang kali melesak ke dalam tenggorokanku. Aku hflbrberusaha supaya tidak muntah, meskupun berulang kali aku tersedak. Selagi aku bejmpbyjruang beradaptasi terhadap sodokan penis si Urip ini, Soleh meraih tangan kanantbzcku, menggengamkan tanganku ke penisnya.
"Non, ayo dikocok!", perintahnya. Penixobs itu tak hampir tak muat di genggaman telapak tanganku yang mungil, dan aku taksrw sempat memperhatikan seberapa panjang penis itu, walaupun dari kocokan tangankuxi, aku sadar penis itu panjang. Aku menuruti semuanya dengan pasrah, ketika tiba vstiba pintu terbuka, dan pak Edy, guru wali kelasku masuk, dan semua yang mengeruzerfbutiku menghentikan aktivitasnya, tentu saja penis Girno masih tetap bersemayam etmxkdalam vaginaku.

Melihat semuanya ini, pak Edy membentak, "Apa apaan ini? Apa sdlyang kalian lakukan pada Eliza?". Aku merasa ada harapan, segera melepaskan kuluwrayimanku pada penis Urip, dan sedikit berteriak "Pak Edy, tolong saya pak. Lepaskanepxq saya dari mereka". Pak Edy seolah tak mendengarku, dan berkata pada Girno, "Kalznuyian ini.. ada pesta kok tidak ngajak saya? Untung saya mau mencari bon pembeliankoiht kotak P3K tadi. Kalo begini sih, itu bon gak ketemu juga tidak apa apa... hahahvoipa...". Aku yang sempat kembali merasa ada harapan untuk keluar dari acara gangbavxng ini, dengan kesal melanjutkan kocokan tanganku pada penis Soleh juga kulumankkquzyu pada penis Urip. Memang aku harus mengakui, aku menikmati perlakuan mereka, tauwpi kalau bisa aku juga ingin semua ini berakhir.
Setelah sadar bahwa pak Edy juigwdtga sebejat mereka, semuanya tertawa lega, dan sambil mulai melanjutkan pompaan pumckrenisnya pada vaginaku, Girno berkata, "Pak Edy tenang saja, masih kebagian kok. dnvzItu tangan kiri non Eliza masih nganggur, kan bisa buat ngocok punya pak Edy dulwrdfu. Tapi kalo soal memeknya, ngantri yo pak. Abisnya, salome sih".
Pak Edy tertazquwa.
"Yah gak masalah lah. Ini kan malam minggu, pulang malam juga wajar kan?" nyjkatanya mengiyakan sambil melepas pakaiannya dan ternyata (untungnya) penisnya tpednzidak terlalu besar, bahkan ternyata paling pendek di antara mereka.

Tapi aku avsudah tak perduli lagi. Vaginaku yang serasa diaduk aduk mengantarku orgasme yanlsg ke tiga kalinya.
"Aaaaagh.. paaak... sayaaa... keluaaaar....", erangku yang sexowtanpa sadar mulai menggenggam penis pak Edy yang disodorkan di dekat tangan kirirxgitku yang memang menganggur.
Pinggangku terangkat sedikit ke atas, kembali tubuhksbeolu terlonjak ufl
Ludah Urip yang bercampur dengan air liurku di penis Urip yang baru kukulum tadi, tak membantu sama sekalihc. Rasa pedih yang menjadi jadi mendera anusku, dan aku kembali mengerang panjang.
"Aaaaaaaaaaaaagh... sakgqiiiit", erangku tanpa daya ketika akhirnya penis itu amblas seluruhnya dalam anusku. Selagi aku mengerang frhdan mulutku ternganga,
Soleh mengambil kesempatan itu untuk membenanmkan penisnya dalam mulutku, hingga erfgcianganku teredam. Sial, ternyata penis Soleh ini agak mirip punya Urip yang sedang menyodomiku, begitu panjrnqbang, walaupun diameternya tidak terlalu besar. Tapi penis itu cukup panjang untuk menyodok nyodok tenggorokhvfpkanku. Kini tubuhku benar benar bukan milikku lagi. Urip mulai memompa anusku. Setiap ia mendorongkan penihezbsnya, penis Soleh menancap semakin dalam ke tenggorokanku, sementara penis Girno sedikit tertarik keluar, sjniqtapi sebaliknya, saat Urip memundurkan penisnya, penis Soleh juga sedikit tertarik keluar dari kerongkonganeaywnku, tapi akibatnya tubuhku yang turun membuat penis Girno kembali menancap dalam dalam di vaginaku, ditamyvnaubah lagi Girno sedikit menambah tenaga tusukannnya, membuat aku benar benar melayang dalam kenikmatan. Haneqwya 2 menit dalam posisi ini, aku sudah orgasme hebat, namun aku hanya bisa pasrah. Tubuhku hanya bisa bergwrketar, aku tak bisa bergerak banyak karena semuanya seolah olah terkunci. Dalam keadaan orgasme, mereka tanqbkfspa ampun terus bergantian memompaku, membuat orgasmeku tak kunjung reda bahkan akhirnya aku mengalami multgwaoi orgasme!

Tanpa terkendali lagi, aku mengejang hebat susul menyusul, dan cairan cintaku keluar berulang qigjulang, sangat banyak mengiringi multi orgasmeku yang sampai lebih dari 3 menit. namun semua cairan cintakuit yang aku yakin sudah bercampur darah perawanku tak bisa mengalir keluar, terhambat oleh penis Girno.
Tanrfiztganku yang menumpu pada genggaman tangan Girno bergetar getar. Sementara Soleh membelai rambutku dan Urip hymeremas remas payudaraku dari belakang. Sungguh, aku tak kuasa menyangkal. Kenikmatan yang aku alami sekarkhxeang ini benar benar dahsyat, belum pernah sebelumnya aku merasakan yang seperti ini.
Aku memang pernah berfgxmasturbasi, namun yang ini benar benar membuatku melayang. Mereka terus menggenjot tubuhku. Desahan yang tmuwqerdengar hanya desahan mereka, karena aku tak mampu mengeluarkan suara selama penis Soleh mengorek ngorek cdtenggorokanku. Entah sudah berapa kali aku mengalami orgasme, sampai akhirnya, "Hegh.. hu... huoooooooh.."ljva, Girno melenguh, penisnya berkedut, kemudian spermanya yang hangat menyemprot berulang ulang dalam liang aovvaginaku, diiringi dengan keluarnya cairan cintaku untuk yang ke sekian kalinya. Akhirnya Girno orgasme juuorxga bersamaan denganku, dan penisnya sedikit melembek, dan terus melembek sampai akhirnya cukup untuk membudihreat cairan merah muda meluber keluar dengan deras dari sela sela mulut vaginaku, yang merupakan campuran daxaokrah perawanku, cairan cintaku dan sperma Girno.

"Oh.. enake rek, memek amoy seng sek perawan...", kata Gicwgrno, yang tampak amat puas. Nafasku sudah tersengal sengal. Untungnya, Urip dan Soleh cukup pengertian. Urrzjxip mencabut penisnya dari anusku, dan Soleh tak memaksaku mengulum penisnya yang terlepas ketika aku yang ruxytsudah begitu lemas karena kelelahan, ambruk menindih Girno yang masih belum juga melepaskan penisnya yang kjbmasih terasa begitu besar untukku. Kini aku mulai sadar dari gairah nafsu birahi yang menghantamku selamarvkb hampir satu jam ini. Namun aku tidak menangis.
Tak ada keinginan untuk itu, karena sejujurnya aku tadi aoamat menikmati perlakuan mereka, bahkan gilanya, aku menginginkan diriku digangbang lagi seperti tadi. Apalpexobagi mereka cukup lembut dan pengertian, tidak sekasar yang aku bayangkan.
Mereka benar benar menepati janjbpzi untuk tidak melukaiku dan menyakitiku seperti menampar ataupun menjambak rambutku. Bahkan Girno memelukkmhwlu dan membelai rambutku dengan mesra dan penuh kasih saying, setidaknya menurut perasaanku, sehingga memburenvatku semakin pasrah dan hanyut dalam pelukannya. Apalagi yang lain kembali mengerubutiku, membelai sekujurajvkq tubuhku seolah ingin menikmati tiap senti kulit tubuhku yang putih mulis ini. Entah kenapa aku merasa akukhmw rela
melayani mereka berenam ini untuk seterusnya, membuatku terkejut dalam hati.
"Hah? Apa yang baru satqoyja aku pikirkan? Aku ini kan diperkosa, kok aku malah berpikir seperti itu?", pikirku dalam hati.

Lamunanovhqfku terputus saat Girno mengangkat tubuhku hingga penisnya yang sudah mengecil terlepas dari vaginaku.
"Nohwgqbn, kita lanjutin ya", kata Soleh yang sudah tiduran di bawahku yang sedikit mengkangkang. Aku hanya menuruldevkt saja dan mengarahkan vaginaku ke penisnya yang tegak mengacung. Aku memegang dan membimbing penis itu uxvplntuk menembus vaginaku yang sudah tidak perawan lagi ini.
"Ooh... aaah....", erang Soleh ketika penisnya mugmulai melesak ke dalam vaginaku. Lebih mudah dari punya Girno tadi, karena diameter penis si Soleh memang ubhlebih kecil. Namun tetap saja, panjangnya membuat aku sedikit banyak kelabakan.
"Ooh.. aduuuuh...", erangyqarjku panjang seiring makin menancapnya penis Soleh hingga amblas sepenuhnya dalam vaginaku. Penisnya terasa etohangat, lebih hangat dari punya si Girno yang kini duduk di kursi tengah ruang ini sambil merokok. Mereka rjwumemberiku kesempatan untuk bernafas sejenak, kemudian Urip mendorongku hingga aku kembali telungkup, kali wtcini menindih Soleh yang langsung mengambil kesempatan itu untuk melumat bibirku. Baru aku sadar, Soleh inihbgq pasti tinggi sekali. Dan rupanya si Urip belum puas dan ingin melanjutkan anal seks denganku. Kembali akuvcl disandwich seperti tadi. Namun kali ini aku lebih siap.
Aku melebarkan kakiku hingga semakin mengkangkantlpg seperti kodok, dan... perlahan tapi pasti, anusku kembali ditembus penis Urip yang
amat keras ini, membucdat bagian bawah tubuhku kembali terasa sesak. Walaupun memang tidak sesesak tadi, namun cukup untuk membuaiogftku merintih mengerang antara pedih dan nikmat.

Kini Hadi dan Yoyok ikut mengepungku. Mereka masing masinpmg memegang tangan kiri dan kananku, mengarahkanku untuk menggenggam penis mereka dan mengocoknya. Selagi aztku mulai mengocok dua buah penis itu, wali kelasku yang ternyata bejat ini mengambil posisi di depanku, meslcmintaku mengoral penisnya.
"Dioral sekalian El, daripada nganggur nih", katanya dengan senyum yang memuakkzhxan. Tapi aku terpaksa menurutinya daripada nanti ia berbuat atau mengancam yang macam macam. Kubuka mulutkxuefru walaupun dengan setengah hati, membiarkan penis pak Edy yang berukuran kecil ini masuk dalam kulumanku. hyxJadi kini aku digempur 5 orang sekaligus, yang mana justru membuat gairahku naik tak karuan. Apalagi Solehxlqsd dan Urip makin bersemangat menggenjot selangkanganku, benar benar dengan cepat membawaku orgasme lagi.
"Ejpieeeeemmmmph....", erangku keenakan. Tubuhku mengejang, dan kurasakan cairan cintaku keluar, melumasi vaginlisaku yang terus dipompa Soleh yang juga merem
melek keenakan. Tiba tiba penis pak Edy berkedut dalam mulutkduklju, dan tanpa ampun spermanya muncrat membasahi kerongkonganku. Baru kali ini aku merasakan sperma dalam munipqlutku, rasanya aneh, asin dan asam.
Mungkin karena sudah beberapa kali melihat film bokep, tanpa disuruh craku sudah tahu tugasku. Kubersihkan penis pak Edy dengan kukulum, kujilati, dan kusedot sedot sampai tidakvqfu ada sperma yang tertinggal di penis yang kecil itu.

Soleh mengejek pak Edy, "Lho pak, kok sudah keluar? dixhMasa kalah sama sepongannya non Eliza? Bagaimana nanti sama memeknya? Seret banget lho pak", kata Soleh, ydtorang disambung tawa yang lain.
Pak Edy terlihat tersenyum malu, dan tak berkata apa apa, hanya duduk di seycbelah si Girno. Aku tertawa dalam hati, namun ada bagusnya juga, kini tugasku menjadi sedikit lebih ringanncj. Hadi yang juga ingin merasakan penisnya kuoral, pindah posisi ke depanku, dan mengarahkan penisnya ke muiptlutku. Aku mengulum penis itu tanpa penolakan, dan kocokan tangan kananku pada penis Yoyok kupercepat, menpoayzgimbangi cepatnya sodokan demi sodokan penis Soleh dan Urip yang semakin gencar menghajar vagina dan anuskwmu. Urip tiba tiba mendengus dengus dan melolong panjang
"Oooouuuuggghh...", seiring berkedutnya penisnya dyzqflalam anusku, dan menyemprotkan maninya berulang ulang. Terasa hangat sekali anusku di bagian terdalam. Kinmvii aku tinggal melayani 3 orang saja, namun entah aku sudah orgasme berapa kali. Aku amat lelah untuk menghdxitungnya. Dan Yoyok menggantikan Urip membobol anusku. Baru aku sadar, dari genggaman tanganku tadi pada pczenis Yoyok, aku tahu penis Yoyok tidak panjang, tapi... diameternya itu... rasanya seimbang dengan punya siwnaoi Girno.
Oh celaka... penis itu akan segera menghajar anusku.
"ooooh... oooooogh... sakiiiit...", erangkutfsm ketika Yoyok memaksakan penisnya sampai akhirnya masuk. Namun seperti yang tadi tadi, rasa sakit yang menqsglderaku hanya berlangsung sebentar, dan berganti rasa nikmat luar biasa yang tak bisa dilukiskan dengan kataba kata. Aku semakin tersengat birahi ketika Soleh yang ada di bawahku meremas remas payudaraku yang tergansiheqtung di depan matanya, sementara Hadi menekan nekankan kepalaku untuk lebih melesakkan penisnya ke kerongkgwvfqonganku. Di sini aku juga sadar, ternyata penis si Hadi ini setipe dengan punya Urip atau Soleh.

Dengan pormgeasrah aku terus melayani mereka satu per satu sampai akhirnya mereka orgasme bersamaan. Dimulai dari kedutwgan penis Soleh dalam vaginaku, tapi tiba tiba penis Hadi berkedut lebih keras dan langsung menyemburkan spabermanya yang amat banyak dalam rongga mulutku. Aku gelagapan dan nyaris tersedak, namun aku usahakan semuaobnya tertelan masuk dalam kerongkonganku. Selagi aku berusaha menelan semuanya, tiba tiba dari belakang Yoyovhjok menggeram, penisnya juga berkedut, kemudian menyemprotkan sperma berulang ulang dalam anusku, diikuti Svwlrjoleh yang menghunjamkan penisnya dalam dalam sambil berteriak penuh kenikmatan.
"Oooooohh... aaaaaaargh", uvrnseolah tak mau kalah, aku juga mengerang panjang. Bersamaan dengan berulang kali menyemprotnya sperma Solezeih di dalam vaginaku, aku juga mengalami orgasme hebat. Hadi jatuh terduduk lemas setelah penisnya kubersihiwnkan tuntas seperti punya pak Edy tadi.
Lalu Soleh yang penisnya masih menancap di dalam vaginaku memeluk dqskvian lembali melumat bibirku dengan ganas, sampai aku tersengal sengal kehabisan nafas. Yoyok yang penisnya pdtak terlalu panjang hingga sudah terlepas dari anusku, juga duduk bersandar di dinding. Kini tinggal aku dixan Soleh yang ada di atas ranjang, dan kami bergumul dengan panas. Soleh membalik posisi kami hingga aku tukmhaelentang di ranjang ditindihnya, dan penisnya tetap masih menancap dalam vaginaku meskipun mulai lembek, mzjsequngkin dikarenakan penis Soleh yang panjang. Tanpa sadar, kakiku melingkari pinggangnya Soleh, seakan tak fantingin penisnya
terlepas, dan aku balas melumat bibir si Soleh ini.
Pergumulan kami yang panas, menyebabkan Girno terbakar birahi. Tenaganya yang sudah pulih seolah ditandai dengan mengacobtldungnya penisnya, yang tadi sudah berejakulasi. Namun ia dengan sabar membiarkan aku dan Soleh yang bergumul dengan penuhah nafsu. Namun penis Soleh yang semakin mengecil itu akhirnya tidak lagi tertahan erat dalam vaginaku, dan Soleh pun taqkaompaknya tahu diri untuk memberikanku kepada yang lain yang sudah siap kembali untuk menggenjotku. Girno
segera menyergapmap dan menindihku, tanpa memberiku kesempatan bernafas, dengan penuh nafsu Girno segera menjejalkan penisnya yang amat bsaresar itu ke dalam vaginaku. Aku terbeliak, merasakan kembali sesaknya vaginaku.
Girno yang sudah terbakar nafsu ini mupalai memompa vaginaku dengan ganas, membuat tubuhku kembali bergetar getar sementara aku mendesah dan merintih merasakanemrb nikmat berkepanjangan ini. Gilanya, aku mulai berani mencoba lebih merangsang Girno dengan pura pura ingin menahan sodtwmzokan penisnya dengan cara menahan bagian bawah tubuhnya. Benar saja, dengan tatapan garang ia mencengkram kedua pergelakhprngan
tanganku dan menelentangkannya, membuatku tak berdaya. Dan sodokan yang menghajar vaginaku terasa semakin keras. Agnreku menatap Girno dengan pandangan sayu memelas untuk lebih merangsangnya lagi, dan berhasil. Dengan nafas memburu, Girndkvbo melumat bibirku sambil terus memompa vaginaku. Kini aku yang gelagapan. Orgasme yang menderaku membuat tubuhku bergetpoar hebat, tapi aku tak berdaya melepaskannya karena seluruh gerakan tubuhku terkunci, hingga akhirnya Girno
menggeram nobggeram, semprotan sperma yang cukup banyak kembali membasahi liang vaginaku.

Girno melepaskan cengkramannya pada keduatkud pergelangan tanganku, namun aku sudah terlalu lelah dan lemas untuk menggerakkannya. Ia turun dari ranjang, setelah mezixlumat bibirku dengan ganas, lalu memberi kesempatan pada pak Edy yang sudah ereksi kembali. Kali ini, ia terlihat lebihzui gembira, karena mendapatkan jatah liang vaginaku, yang kelihatannya sudah ditunggunya sejak tadi. Dengan tersenyum sencgbxang, yang bagiku memuakkan, ia mulai menggesekkan kepala penisnya ke vaginaku yang sudah banjir cairan sperma bercampurci cairan cintaku. Tanpa kesulitan yang berarti, ia sudah melesakkan penisnya seluruhnya. Aku sedikit mendesah ketika ia hnosmulai memompa vaginaku. Namun lagi lagi seperti tadi, belum ada 3 menit, pak Edy sudah mulai menggeram, kemudian tanpa npemampu menahan lagi ia menyemprotkan spermanya ke dalam liang vaginaku.
Yang lain kembali tertawa, sedangkan aku yang bkgqyelum terpuaskan dalam "sesi" ini, memandang yang lain, terutama Hadi yang belum sempat merasakan selangkanganku. Hadi yfxdang seolah mengerti, segera mendekatiku. Terlebih dulu ia mencium bibirku dengan dimesra mesrakan, membuatku sedikit geuiljli namun cukup terangsang juga. Tak lama kemudian, Hadi sudah siap dengan kepala penis yang menempel di vaginaku, lalu nxwjsmulai melesakkan penisnya dalam dalam. Ia terlihat menikmati hal ini, sementara aku sedikit mengejang menahan sakit karubyrcena Hadi cukup terburu buru dalam proses penetrasi ini. Selagi kami dalam proses menyatu, yang lain sedang mengejek pakdu Edy yang terlalu cepat keluar. Ingin aku menambahkan, penisnya agak sedikit lembek. Tapi aku menahan diri dan diam sajhnqa, karena aku tak ingin terlihat murahan di depan mereka.

Hadi mulai memompa vaginaku. Rasa nikmat kembali menjalari typhubuhku. Pinggangku bergerak gerak dan pantatku sedikit terangkat, seolah menggambarkan aku yang sedang mencari kenikmatpmeuwan. Selagi aku dan Hadi sudah mulai menemukan ritme yang pas, aku melihat yang lain yaitu Yoyok dan Urip akan pergi ke kpwc, katanya untuk mencuci penis mereka yang tadi sempat terbenam dalam anusku.
Sambil keluar Urip berkata, "nanti kasinmeojhan non Eliza, kalo memeknya yang bersih jadi kotor kalo kontolku tidak aku cuci".
"Iya, juga, kan kasihan, amoy cakep twlpgcakep gini harus ngemut kontol yang kotor seperti ini", sambung Yoyok.
Oh... ternyata mereka begitu pengertian padaku.ljs Aku jadi semakin senang, dan menyerahkan tubuhku ini seutuhnya pada mereka. Kulayani Hadi dengan sepenuh hati, setiap fmuvtusukan penisnya kusambut dengan menaikkan pantatku hingga penis itu bersarang semakin dalam. Tanpa ampun lagi, tak 5 mrpenit kemudian aku orgasme disusul Hadi yang menembakkan spermanya dalam liang vaginaku, bersamaan dengan kembalinya Yoyakynok dan Urip. Namun mereka berdua ini tak langsung menggarapku. Setelah Hadi kembali terduduk lemas di bawah, mereka beragiqxdua mengerubutiku, tapi hanya membelai sekujur tubuhku, memberiku kesempatan untuk beristirahat setelah orgasme barusanbsng. Mereka berdua menyusu pada payudaraku, sambil meremas kecil, membuatku mendesah tak karuan. Kini jam sudah menunjukkalzen pukul 21:00 malam. Tak terasa sudah satu jam aku melayani mereka semua.

Dalam keadaan lelah, aku minta waktu sebentaryhr pada Urip dan Yoyok untuk minum. Keringat yang mengucur deras sejak tadi membuatku haus.
"Sebentar bapak bapak, sayajov mau minum dulu ya", kataku.
Kebetulan di tasku ada sekitar setengah botol air Aqua, sisa minuman yang tadi sore, tapizk aku langsung teringat, minuman itu dicampur obat cuci perut yang mengantarku ke horor di ruang UKS ini.
"Pak Girno. Itjuclu air sudah bapak campurin obat cuci perut kan? Tolong pak, belikan saya minuman dulu. Tapi jangan dicampurin apa apa lryiagi ya pak", kataku sambil akan turun dari ranjang untuk mencari uang dalam dompet yang ada di dalam tas sekolahku.
Tazupgypi Girno berkata, "Gak usah non. Saya belikan saja".
Girno pergi ke wc sebentar untuk mencuci penisnya, kemudian kembalokcxbi dan mengenakan celana dalam dan celana panjangnya saja. Lalu ia keluar untuk membeli air minum untukku. Sambil menungjeitsgu, yang lain menggodaku, merayuku betapa cantiknya aku, betapa putih mulusnya kulit tiubuhku yang indah dan sebagainyatjg. Aku hanya tersenyum kecil menanggapi itu semua. Tak lama kemudian, Girno kembali sambil membawa sebotol Aqua, yang sevogelnya sudah terbuka. Aku menatapnya curiga, dan bertanya dengan ketus.
"Pak, masa bapak tega mencampuri air minum ini mvzflagi? Nanti kan saya mulas mulas lagi?".
Girno dengan tersenyum menjawab, "nggak non. Masa lagi enak enak gini saya pintawngin non bolak balik ke WC lagi. Ini cuma supaya non Eliza gak terlalu capek. Buat tambah tenaga non".
Yah.. pokoknya yklhfbukan obat cuci perut, aku akhirnya meminumnya sampai setengahnya, karena aku sudah semakin kehausan. Tak lupa aku mengohsjgambil botol sisa air minum yang tadi di dalam tasku, dan membuangnya ke tong sampah.

Kemudian aku kembali ke ranjang, wsemenuntaskan tugasku melayani Urip dan Yoyok. Tiba tiba aku merasa aneh, tubuhku terasa panas terutama wajahku, keringatrgax kembali bercucuran di sekujur tubuhku. Padahal mereka belum menyentuhku. Aku langsung mengerti, ini pasti ada obat perpaknmangsang yang dicampurkan dalam minuman tadi. Sialan deh, aku kini semakin terperangkap dalam cengkeraman mereka. Urip dmzxan Yoyok bergantian memompa vagina dan mulutku. Awalnya Urip melesakkan
penisnya dalam vaginaku, sementara Yoyok meminttmanwaku mengoral penisnya.
Karena obat perangsang itu, sebentar sebentar aku mengalami orgasme, dan tiap aku orgasme merekaor bertukar posisi. Rasa sperma dari banyak orang, bercampur cairan cintaku kurasakan ketika mengoral penis mereka, dan mnmembuatku semakin bergairah. Mereka akhirnya berorgasme bersamaan, Yoyok di vaginaku dan Urip di tenggorokanku. Sedangkahen aku sendiri sampai pada titik dimana aku kembali mengalami multi orgasme.
Ada 3 sampai 4 menit lamanya, tubuhku terlshonjak lonjak hingga pantatku terangkat angkat, kakiku melejang lejang sementara tanganku menggengam sprei yang sudah seiypbsmakin basah dan awut awutan. Aku melenguh panjang, kemudian roboh telentang pasrah, dalam keadaan masih terbakar nafsu lrxbirahi, tapi kelelahan dan nafasku yang tersengal sengal membuatku hanya bisa memejamkan mata menikmati sisa getaran pahfbkda sekujur tubuhku. Kemudian bergantian mereka terus menikmati tubuhku. Aku sudah setengah tak sadar kerena terbakar nagmfsu birahi yang amat hebat, melayani dan melayani mereka semua tanpa bisa mengontrol diriku.

Akhirnya mereka sudah selkaesai menikmati tubuhku ketika jam menunjukan pukul 21:45. Mereka membiarkanku istirahat hingga staminaku sedikit pulih.nowg Aku bangkit berdiri lalu melap tubuhku yang basah kuyup oleh keringat dengan handuk dan membersihkan selangkangan dan lyamcpahaku yang belepotan sperma. Dan dengan nakal Girno melesakkan roti hot dog ke dalam vaginaku. Aku mendesah dan memanduphgangnya penuh tanda tanya, tapi Girno hanya tertawa sambil memakaikan celana dalamku, hingga roti itu semakin tertekan oowzsileh celana dalamku yang cukup ketat. Aku melenguh nikmat, dan mereka berebut memakaikan braku. Tanganku direntangkan, dsjdan mereka menutup kedua payudaraku dengan cup bra-ku, memasang kaitannya di belakang punggungku. Lalu setelah memakaikaekwmfn seragam sekolah dan rokku, mereka melingkariku yang duduk di atas ranjang dan sedang mengenakan kaus kaki dan sepatu xdfsekolahku. Kemudian aku menatap mereka semua, siap mendengarkan ancaman kalo tidak boleh bilang siapa siapa lah.. ah, kcdyvalo itu sih nggak usah mereka mengancam, memangnya aku sampai tak punya malu sehingga menceritakan bagaimana aku yang akzoesalnya diperkosa kemudian melayani mereka sepenuh hati seperti yang tadi aku lakukan?? Dan tentang kalo mereka ingin meplmperkosaku lagi di lain waktu, aku juga sudah pasrah.

"Non Eliza, kami puas dengan pelayanan non barusan. Tapi tentu skhxwaja kami masih menginginkan non melayani kami untuk berikut berikutnya", kata Girno.
Aku tak terlalu terkejut mendengaraouyr hal ini, tapi aku berpura pura tidak mengerti dan bertanya, "maksud bapak?"
"Non tentu sudah mengerti, kami masih ingpxinkan servis non di lain hari. Kebetulan, minggu depan hari kamis tu kan hari terima rapor semester 3. Dua hari sebelumxmg hari Natal. Tanggal 24 kan libur, kami ingin non Eliza datang ke sini jam 7 malam untuk melayani kami lagi. Seperti haubrpri ini, non cukup melayani kami 2 jam saja. Soal pertemuan berikutnya, kita bisa atur lagi nanti tanggal 24 itu. Non haptrus datang, karena kalo tidak wali kelas non bisa memberikan sanksi tegas. Iya kan pak Edy?" jelas Girno panjang lebar.ts
Pak Edy mengiyakan dan berkata, "benar Eliza. Saya bisa membuatmu tidak naik kelas, dengan alasan yang bisa saya carieqbta cari. Jadi sebaiknya kamu jangan macam
macam, apalagi sampai melaporkan hal ini ke orang lain. Lagipula, saya yakin kapqfmmu cukup cerdas untuk tidak melakukan hal bodoh seperti itu".
Mendengar semuanya ini, aku hanya bisa mengangguk pasrah.ryuik
Oh Tuhan... di malam Natal minggu depan, aku harus bermain sex dengan enam laki laki yang ada di sekitarku ini... Danps aku tak bisa menolak sama sekali... Setelah semua beres, aku diijinkan pulang. Dalam keadaan loyo, aku berjalan tertatxlkfih tatih ke mobilku, selain sakit yang mendera selangkanganku akibat baru saja diperawani dan disetubuhi ramai ramai, retoti yang menancap pada vaginaku sekarang ini membuat aku tak bisa berjalan dengan normal dan lancar. Untungnya tak ada tpbyang melihatku dan menghadangku, akhirnya aku sampai ke dalam mobil, dan menyetir sampai ke rumah dengan selamat.

Samppkeuai di rumah, sekitar pukul 22:30, aku memencet remote pintu pagar untuk membuka, lalu aku memasukkan mobilku halaman ruoeimah. Setelah memencet remote untuk menutup pintu pagar, aku masuk ke dalam rumah, langsung menuju kamarku. Di sana aku hstbuka semua bajuku, lalu pergi ke kamar mandi yang ada di dalam kamarku, mencabut roti yang sudah sedikit hancur terkenarf campuran sperma dan cairan cintaku. Aku menyemprotkan air shower ke vaginaku untuk membersihkan sisa roti yang tertingzrefwgal di dalamnya, sambil sedikit mengorek ngorek vaginaku untuk lebih cepat membersihkan semuanya. Rasa nikmat kembali mgbcenjalari tubuhku, namun aku tahu aku harus segera beristirahat. Maka aku segera mandi keramas sebersih bersihnya, kemudmjkian setelah mengeringkan tubuhku aku memakai daster tidur satin yang nyaman, dan merebahkan tubuhku yang sudah amat kelhnfelahan ini di ranjangku yang empuk. Tak lama kemudian aku sudah tertidur pulas, setelah berhasil mengusir bayangan wajaksfh puas orang orang yang tadi menggangbang aku.

Tamat

0 komentar:

Posting Komentar